Widuri memilih kabur dari rumah, pergi jauh dari keluarga kakeknya yang tiba tiba menjodohkannya dengan sesosok pria yang bahkan tidak dia kenal.
Akibat perbuatannya itu sang kakek murka, tidak hanya menarik uang sakunya yang fantastis, sang kakek juga memblokir kartu kredit, mobil bahkan kartu kartu sakti penunjang hidup dan modal foya foya yang selama ini Widuri nikmati.
Akankah Widuri menyerah ataukah bersikeras pada pendiriannya yang justru membuatnya semakin terjerumus masalah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaa_Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23
Raut kecewa terlihat di wajah gadis berambut ikal itu, ia tidak menyangka Daniel yang selama ini kerap menjadi penyelamat justru mendorongnya ke jurang, tidak hanya dirinya namun juga kehancuran keluarga Bramajaya.
Padahal Daniel tahu bagaimana Handoko menjaga perusahaan seumur hidupnya, bahkan pria itu tahu bagaimana didikan keras sang kakek agar layak menjadi pewaris yang memimpin perusahaan.
"Kau putuskan saja, lebih baik menyerah dan menerima kembali Reno. Aku sudah berjanji membuat semuanya baik-baik saja termasuk perusahaan kakek," suara Daniel kini melemah. Menatap iba pada Widuri. "Tidak perlu membuktikan kalau kau akan menemukan pria yang benar-benar tulus seperti ucapanmu tadi pagi. Itu sangat mustahil!"
"Kenapa kau bersikeras seperti ini, Daniel. Bukankah aku sudah bicara pada kalian kalau aku tidak ingin terlibat dalam hubungan kalian. Lagi pula kau harus sadar kalau Reno itu memiliki maksud lain. Dia tidak hanya ingin merebut perusahaan tapi juga menghancurkan keluarga ini! Sadar itu Daniel! Dan satu lagi, aku percaya diluar sana ada pria yang aku maksud, yang normal dan juga waras. Tidak seperti Reno dan keluarganya akan merebut kekuasaan atas nama merger yang kau tangani ini!"
"Sudahlah, pendirianku tidak akan berubah. Mereka akan menolong perusahaan untuk sementara selama kakek dirawat di Rumah sakit. Dan kau...!" Daniel menunjuk hidung sepupunya itu. "Fikirkan lagi matang-matang apa yang akan kau lakukan, jangan sampai menyesal!"
Widuri mendengus, lalu berkacak pinggang saat Daniel melangkah keluar dengan Map merah yang ia bawa.
"Sialan!"
Widuri yang tidak puas dengan jawaban serta argumennya segera menyusul Daniel yang sudah lebih dulu menuruni anak tangga dan berjalan menuju ruangan kerja. Widuri gegas menyusulnya, tidak ingin membiarkan semuanya terjadi begitu saja dan mempertaruhkan perusahaan yang milik sang kakek.
"Tunggu. Aku belum selesai bicara!" katanya mencekal lengan Daniel dari belakang.
"Apa lagi?"
"Aku tahu mungkin keegoisan diri ku sendiri yang akan menghancurkan perusahaan, tapi tolong ...!" katanya mengiba. "Aku juga punya hak yang sama sebagai pewaris perusahaan dan aku menentang merger ini! Kita masih bisa mencari cara lain, aku bisa mencari investor yang berbisnis dengan cara yang benar!"
Daniel menghela nafas berat, dia pun memegang kedua pundak Widuri dengan erat. "Dengarkan aku Widi, bukan maksudku ingin menyakitimu. Tapi kakek sudah bicara pada pengacara keluarga dan ingin mengeluarkanmu dari daftar ahli waris kecuali kau menikah dengan Reno! Kalau pun tidak, bawa pria mana saja yang bisa menggantikan Reno dan kakek setuju! Ku fikir itu sudah berat Widi, Reno benar, kau hanya mempersulit diri sendiri."
Widuri terbeliak, secepat itukah sang kakek membuang dirinya, anggapan Daniel bahwa ucapannya itu mustahil, juga ketidak percayaan pada keputusannya. Dan lebih parah menghapus namanya dari daftar keluarga juga ahli waris.
"Bukankah seharusnya kau tahu itu saat memutuskan kabur di hari pernikahan?" kata Daniel saat melihat raut wajah sepupunya itu berubah cepat.
"Sekarang waktumu sangat sempit, temukan pria mana saja yang bisa menikahimu dalam waktu dekat, maka keuntunganmu adalah saham diperusahaan!" ujar Daniel, melepaskan tangannya dari bahu Widuri.
Pria itu melangkah masuk ke dalam ruangan kerja, tapi sebelum menutup pintu ia kembali menatap Widuri.
"Hubungi aku kalau kau kesulitan mencari pria yang bisa menikahimu. Kalau perlu pakailah uangku untuk membayarnya,"
"Apa gunanya semua itu kalau namaku saja sudah tidak lagi berada di keluarga ini?" tukas Widuri menatap pintu ruangan kerja yang kini tertutup.
Widuri tampak masih tertegun di tempatnya, merasa heran atas sikap Daniel yang sulit ia tebak. Disisi lain Daniel menawarkan bantuannya tapi juga mendorongnya masuk ke dalam lubang neraka.
Tak lama Laksmi yang baru saja datang begitu shock saat melihat keponakannya berdiri didepan ruang kerja. Langkahnya menjadi cepat dan dengan kasar menarik lengan Widuri hingga gadis itu kaget bukan kepalang.
"Bibi?"
"Apa yang kau lakukan disini. Bukankah kau sudah pergi jauh!" katanya dengan kedua mata membola.
Widuri menghela nafas dengan malas, jujur saja ia tidak ingin meladeni Laksmi apalagi bertengkar dengan bibinya itu.
"Kau punya mulut kan. Jadi jawab aku sedang apa kau disini!" sentak Laksmi lagi.
Widuri tidak menggubris perkataan Bibinya, lebih baik baginya kalau ia pergi saja. Baru beberapa langkah, Laksmi kembali mencekal pergelangan tangannya.
"Dasar kurang ajar! Apa kau seberani itu sampai tidak mau menjawabku!"
"Sudahlah, apapun mau Bibi sekarang yang jelas aku kembali, entah kapan aku akan pergi lagi, tapi bukan hari ini!" tukas Widuri kembali melenggang pergi dari hadapan Laksmi.
"Dasar kurang ajar! Kau bahkan sudah bukan penghuni rumah ini, ayahku juga akan segera menghapus namamu dari daftar ahli waris!"
"Terserah apapun terserah Bibi saja!" gumam Widuri seraya terus menaiki tangga dan kembali ke kamar miliknya.
Gadis itu menyandarkan tubuhnya di pintu, kedua matanya kembali terbeliak saat melihat ruangan kamar miliknya kini kosong melompong, tidak ada satu pun barang miliknya yang ada disana. Entah siapa yang membuang barang-barang miliknya yang pasti Widuri merasakan kecewa.
"Semua ini pasti ulah nenek lampir itu. Dia yang paling senang aku pergi!"
TOK!
TOK!
Pintu kamarnya diketuk dari luar, Widuri yang berdiri dibelakangnya terhuyung seketika saat pintu terbuka dengan sengaja. Dua pria tinggi besar mendorong pintu dan langsung menyeret lengannya.
"Apa-apaan! Lepaskan... Lepaskan bajingan!" teriak Widuri.
"Lebih baik Nona menurut saja!"
Tubuhnya diseret menuju ke lantai bawah, menuruni anak tangga dengan terseok seok dan hampir kehilangan keseimbangan. Dibawah sana Laksmi berdiri dengan melipat tangan di dada, dan menyuruh kedua pria itu membawa Widuri keluar.
"Lemparkan dia keluar. Aku tidak ingin melihatnya lagi!"
Dua pria itu hanya mengangguk, menarik paksa tubuh Widuri dan membawanya keluar.
"Maafkan kami Nona, kami hanya melaksanakan perintah," bisik keduanya saat mendorong tubuh Widuri kejalanan bak seekor anak kucing yang tak bertuan.
"Arghhh!! lepaskan!"
Brukk!
Tubuh Widuri dilepaskan begitu saja, dia limbung dan terjatuh ke jalan. Gadis itu meringis saat kakinya terasa terkilir.
"Awas kalian ya!"
Laksmi menatapnya kejam, bibirnya berseringai dan merasa diatas angin terlebih disaat ayahnya tengah di Rumah sakit.
"Sudah sangat bagus kau menghilang saja, kenapa justru malah kembali. Jadi kini rasakan lah!"
Widuri membalas tatapannya dengan tajam juga, ia juga berusaha bangkit dengan cepat.
"Andai saja aku bisa mengatakan yang sebenarnya. Aku jamin Bibi akan malu sampai ingin ma ti saja!"
"Apa maksudmu hah?"
cus lah update k. yg banyak