Duda Ganteng Ku

Tepat jam delapan pagi, Sanjaya beserta rombongan nya mulai memasuki rumah nya, dilihat ada beberapa orang disana, Ada Anton, Rosa serta kedua bodyguard nya yang sama-sama mengikuti Sanjaya di belakang nya.

Lilis yang sedang menyirami tanaman di temani bi Asih terheran saat suami nya membawa wanita lain di tambah bodyguard untuk menahan nya, Lilis menyuruh bi Asih untuk melanjutkan pekerjaan nya sementara ia menyambut kedatangan suami nya.

Tanpa basa-basi Sanjaya mencium kening Lilis lalu segera menggiring nya masuk kedalam rumah dengan di ikuti oleh Rosa dan Anton, tidak dengan kedua bodyguard, mereka menunggu di depan bersama para satpam.

"Ada apa sih Pa? Itu siapa?" tanya Lilis sambil melepas rangkulan dari Sanjaya dan berbalik menghadap ke arah nya.

"Huhh ..." Sanjaya menarik nafas nya perlahan lalu menghembuskan nya, belum sempat berbicara, tanpa aba-aba Sanjaya memeluk Lilis lalu menciumi seluruh wajah nya.

Cup ... Cup ... Cup ...

Dengan terisak, ia masih setia memeluk Lilis. Tetapi Lilis hanya diam saja dan masih banyak pertanyaan di isi kepala nya.

"Maafin Papa Ma ..." ujar Sanjaya dengan terisak.

"Maaf untuk?" tanya Lilis sambil menatap Wanita itu. Dan alangkah terkejut nya ia melihat Rosa yang cukup terkenal di kalangan milenial bisnis yang mewarisi perusahaan Guntur Pratama.

"Maaf sebelum nya teruntuk Oma Lilis, saya disini akan menceritakan semua kejadian nya, bagaimana Pak?" tanya Anton sambil melirik ke arah Sanjaya, lalu Sanjaya mengangguk kepala nya pelan.

Anton mulai menceritakan kejadian itu secara rinci tanpa terkecuali dan tanpa di tambah-tambahkan atau di kurangi, Lilis menahan amarah nya melihat Sanjaya begitu pula Rosa secara bergantian.

PLAKKKK ....

PLAKKKK ....

Tamparan bertubi-tubi Lilis layangkan kepada Rosa yang ada di hadapan nya.

"Dasar brengsek! Berani nya kamu melakukan hal ini kepada suami saya hah!"

"Dasar Bajingan! Wanita matre! Memang benar ya berita yang buruk tentang mu itu benar ada nya!"

Sanjaya memeluk Lilis dengan erat berusaha menenagkan nya.

"Lepasin Pa! Kenapa Papa tega melakukan semua nya hah!" Lilis memberontak dan langsung menepis kasar tangan Sanjaya.

"Sumpah demi apapun, Papa benar-benar tidak sadar melakukan nya Ma." jawab Sanjaya tertunduk lesu, saat ini istri nya benar-benar sangat marah.

"Maaf Bu Lilis, saya benar-benar merasa bersalah dan mengakui ini kesalahan murni dari saya sendiri, mas Sanjaya tidak ada tau menau atau ikut campur, saya menjebak mas Sanjaya di resto itu ... Saya atas nama pribadi minta maaf sebesar-besarnya." Jelas Rosa sambil menangkup kan kedua tangan nya.

Revano yang turun dari tangga ingin bekerja mendengar kejadian itu, ia sontak mengepalkan erat kedua tangan nya.

"Kau! Dasar wanita ******! Pelacur!" Seru Revano dan gatal sekali ingin menampar wajah yang ada di depan nya. Revano tersentak hebat plus kaget melihat ibu tiri Delisa yang saat ini ada di depan nya.

Revano benar-benar geram, gara-gara wanita ini juga membuat Delisa hidup nya menjadi menderita.

PLAKKK ....

Revano tidak sengaja menampar Rosa sampai terdungsuk ke pinggir.

"Van!" Sanjaya, Anton, dan Lilis sangat kaget melihat Revano yang menampar nya dengan keras.

"Oh jadi ini ibu tiri yang sudah gila, menyiksa suami sendiri dan anak tiri nya luntang lantung di jalanan dan meninggalkan nya sendirian." Ujar Revano sambil menatap Rosa.

Deggg!

Rosa mengangkat kepala nya dan tersenyum miring ke arah Revano.

"Tahu apa kau tentang hidup saya hah!" kata Rosa berdiri sambil memegang pipi nya yang nampak sangat merah.

"Sudahlah Delisa aman dengan saya! Jangan sekali-kali kau menyakiti dia untuk kedua kali nya! Ingat itu! Kalau sampai terjadi ... Anda akan berurusan dengan saya." kata Revano, membuat Lilis bingung. Sanjaya lantas menaikkan senyuman nya melihat anak nya membela diri nya.

Para bodyguar masuk dan memborgol Rosa lagi.

"Bawa ke kantor polisi Pak! Sebelum nya Saya sudah melaporkan kejadian ini." ujar Sanjaya.

"Hah! Tidak bisa! apa maksud kamu mas, gila kamu! Lepas ... Lepas ..." ujar Rosa memberontak.

"Kamu yang gila!" seru Lilis.

"Baik Pak ... Laksanakan." ujar kedua bodyguard itu mengangguk patuh dan menjalankan tugas nya di temani Anton.

Lilis menangis tersendu, ia juga masih kesal terhadap suami nya, tetapi ia juga bingung kenapa membawa bawa nama Delisa di kejadian itu, Lilis tidak tahu bahwa Rosa ibu tiri yang kejam terhadap Delisa beserta ayah nya, Guntur Pratama.

"Maaf kan Papa ya Ma ... Sekali lagi Papa minta maaf ... Sudah, Mama tenangkan diri dulu biar Papa yang keluar, Van jaga Mama mu, Papa ingin keluar sebentar."

"Kemana Pa?" tanya Revano, ia juga mengerti dengan perasaan ibu nya saat ini, Revano menghampiri Lilis lalu memeluk nya memberi kekuatan.

"Apartemen." ujar Sanjaya lalu mengambil kunci mobil dan melenggang pergi keluar.

"Sudah Ma, Papa tidak bersalah disini." kata Revano sambil mengelus pundak Lilis, Lilis hanya diam saja yang masih menangis.

"De ... Delisa siapa nya Rosa?" tanya Lilis sambil terisak.

Perlahan tapi pasti, Revano menceritakan kehidupan Delisa yang ia baca di sosmed-sosmed, dan memberi tahu bahwa Delisa merupakan Anak dari Guntur Pratama serta Dewi Alindalisa.

"Kamu jangan dekat-dekat dengan Delisa lagi!" sentak Lilis sambil melototkan mata nya.

"Usir dia dari perusahaan! Biarkan dia merasakan apa yang di rasakan sakit nya perasaan Mama Van." imbuh nya.

"Tidak, Vano tidak mau Ma ... Yang bersalah disini hanya Rosa itu pun sudah lama berpisah dengan Delisa dengan waktu yang cukup lama." jelas Revano, tetap saja Lilis menggeleng.

"Kalau kamu tidak mau, biar Mama saja yang urus. Kamu tidak perlu menghalangi Mama untuk melakukan ini karena ini merupakan kebaikan kita bersama." jelas Lilis dengan lantang.

"Mama jangan ngaco deh ... Tenangin diri Mama dulu, jangan coba-coba memecat Delisa Ma, please ... Kasihan Aurel juga." kata Revano mencoba membawa nama cucu kesayangan nya.

"Aurel juga nurut sama Mama, biarkan saja orang seperti itu harus di beri pelajaran." kata Lilis, lalu mengambil tas dan langsung keluar, tujuan saat ini ia ingin bertemu langsung dengan Delisa di perusahaan Revano.

"Akhh issh!" Revano mendengus kesal lalu menyusul menggunakan mobil nya sendiri, karena Lilis sudah lebih dulu menaik mobil bersama mang Eja.