Ini tentang patah hati. Tentang sakitnya dikhianati. Tentang kepercayaan yang telah mati. Tentang penghianatan yang tak bisa ditoleransi. Namun bertahan demi buah hati. Agar hidupnya terjamin nanti.
Rosmiati atau yang dipanggil Ross, seorang wanita beranak dua. Usianya 31 tahun dan dia harus menyaksikan pernikahan suaminya yang kedua kali setelah selingkuhan dari suaminya mengandung benih yang suaminya tanam. Rasa sakit hati. Rasa dikhianati begitu membellengu hati Ross.
Andre Winata, 40 tahun. Duda beranak dua, dia ditinggal istrinya meninggal lima tahun silam. Dia seorang pemilik perusahaan dan juga Ayah dari dua orang anak.
Bagaimana kah dia bertahan? Apakah dia memilih pergi? Atau tetap tinggal dengan rasa sakit? Sementara anak-anak nya butuh kasih sayang dan figure seorang Ayah?
Yukkkk simak kisah perjuangannya.
Ini bukan sekedar halu nya author aja yang gaeesss sebagai besar cerita ini author angkat dari kisah nyata.
Jangan lupa like komen, vote nya buat author.
Teri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil
Selamat Membaca....💔💔💔💔💔💔💔
Herman masuk dengan seorang Dokter. Dokter pribadi Andre.
"Siang Pak". Sapa Dokter Samsir
"Siang Dok. Tolong periksa dia". Suruh Andre tanpa basa-basi.
"Baik Pak".
Samsir langsung memeriksa keadaan Ross. Wajah Ross memang pucat tanpa darah. Mungkin karena banyaknya masalah yang menghantam kehidupan rumah tangga nya sehingga membuat wanita itu kurus tak terurus.
"Gimana Dok?". Tanya Andre setelah Samsir selesai memeriksa Ross.
"Dia hamil".
"Hamil?". Ulang Andre. Dia memang tidak tahu asal usul wanita ini.
"Baik Dok terima kasih". Ucap Andre. Dia beralih menatap Ross yang terpejam.
"Saya akan resepkan vitamin untuknya. Setelah dia sadar nanti tolong suruh dia minum".
Andre mengangguk dan menerima obat yang diberikan oleh Samsir.
"Kalau begitu saya permisi Pak".
Andre hanya menghela nafas panjang. Dia sedikit risih ada wanita diruangan. Tapi dia juga tidak tahu harus membawa Ross kemana. Wanita ini sedang hamil, dan mungkin saja belum tahu tentang kehamilan nya.
Andre kembali duduk dikursi kebesaran nya sambil melanjutkan kembali.
Ross mengerhab-ngerjabkan matanya. Kepalanya terasa berat dan juga pusing bukan main.
Ross bangkit dan duduk perlahan. Matanya masih kabur belum bisa melihat jelas.
"Kenapa aku bisa berbaring disini?". Gumam Ross. Ross melirik jam dinding "Astaga jam 4. ahhh kenapa aku bisa ketiduran? Jacky sama Jack pasti udah nungguin aku". Wanita itu bangkit.
"Ehhh mau kemana?". Tanya Andre menatap Ross yang hendak keluar.
"Ehhh Pak, maaf saya buru-buru".
"Tunggu sebentar". Andre berdiri dan memberikan kantong obat "Minumlah. Jaga kesehatan. Kalau capek gak usah dipaksa. Kamu sedang hamil".
Mata Ross membulat sempurna "H-hamil?". Ulang Ross tak percaya. Bagaimana mungkin dia bisa hamil?
"Jangan bilang kamu gak tahu kalau kamu hamil?". Tanya Andre.
Ross mengangguk dengan wajah polosnya "Bagaimana mungkin aja bisa hamil Pak?". Ross masih tidak percaya.
"Kenapa nanya saya? Kamu kan punya suami, ya pastilah kamu hamil karena suami kamu". Ketus Andre kembali ke kursinya.
Ross langsung terdiam. Ketika menyembut nama suami dadanya kembali sesak.
"Saya permisi Pak. Makasih obatnya".
Ross mengambil ember dan kain pel nya. Bahkan dia belum membersihkan kaca dan meja Andre yang lainnya. Dia panik, pasti kedua anaknya sudah menunggu.
Andre menatap punggung Ross yang keluar dari ruangannya. Dia sedikit aneh mendengar pertanyaan Ross kenapa bisa hamil? Padahal dia menikah tentu saja bukan hal yang salah jika hamil punya suami.
Andre juga heran melihat Ross yang biasa saja padanya. Biasanya cleaning service yang membersihkan ruangannya akan merasa canggung dan juga malu. Tapi Ross biasa saja.
Andre membereskan meja kerjanya. Mematikan lapotopnya dan menyimpan beberapa berkas penting didalam laci mejanya.
Pria tampan itu keluar dari ruangan nya. Wajahnya sanggar, garang seakan siap menelan siapa saja didepan matanya.
"Sore Pak". Sapa Herman saat Andre keluar.
Pria itu hanya membalas dengan anggukan saja. Kantor sudah sepi para karyawan sudah meninggalkan kantor.
Andre masuk kedalam mobil dan diikuti oleh Herman.
"Kenapa gak jalan Man?". Tanya Andre heran, sebab dari tadi Herman terdiam sambil melihat wanita yang ada didepan mereka.
"Bukannya itu wanita yang tadi Pak? Kenapa dia masih ada disini? Kayaknya sepedanya rusak". Ujar Herman.
"Kamu liat gihh, saya gak punya waktu banyak". Andre melirik arloji yang melingkar ditangannya.
"Baik Pak".
Andre keluar dari mobil dan menghampiri wanita itu.
"Ada apa Bu?". Tanya Andre
"Sepeda saya rantai nya putus Pak". Ucap Ross. Keringat sudah membasahi keningnya. Dia mengkhawatirkan kedua anaknya.
"Coba saya liat dulu Bu".
Ross memberikan sepedanya pada Herman dan membiarkan pria itu memeriksa nya.
"Ini harus dibawa ke bengkel sepeda Bu. Soalnya saya gak punya alat buat nyambungin rantainya". Ucap Herman.
"Gitu ya Pak". Ross menghela nafas pelan "Makasih ya Pak". Ross memarkir sepedanya.
Ross bingung bagaimana caranya dia pulang? Uangnya hanya sepuluh ribu tidak akan cukup naik taksi. Ojek juga tidak ada sore-sore begini, dan bayarannya juga pasti mahal apalagi jarak tempuh nya jauh.
"Ibu mau balik sama siapa?". Tanya Herman kasihan melihat wajah lelah Ross.
"Saya jalan aja Pak". Ross mencoba tersenyum.
"Tunggu bentar ya Bu".
Ross mengangguk. Namun dia berjalan pelan, dia harus menjemput kedua anaknya. Pasti Jacky dan Jackson masih menunggunya disekolah.
"Kenapa Herman?". Tanya Andre dingin. Sebenarnya ingin marah tapi dia sedang tidak mau membuat pikiran nya pusing.
"Maaf Pak. Ibu yang tadi sepeda nya rusak gak bisa diperbaiki. Dia mau pulang jalan kaki, apa sebaiknya kita anterin aja ya Pak?". Ucap Herman hati-hati.
Andre terdiam. Lalu menatap langkah kaki Ross. Wanita itu berjalan dengan tertatih. Andre teringat jika Ross sedang hamil. Bukankah wanita hamil tidak boleh lelah.
"Iya".
Bersambung...