Demi menjaga nama baik keluarga Adiguna, Sandra harus rela menjadi istri pengganti majikannya sendiri. Insiden mempelai wanita yang melarikan diri, justru membuat Sandra terseret dalam ikatan suci pernikahan dengan putra sulung keluarga Adiguna yang lemah lembut dan sangat ramah.
Namun sangat di sayangkan, akibat pelarian sang pujaan hati membuat sifat Harun Pradipta berubah sepenuhnya. Sifat lemah lembut dan ramahnya seakan terkubur dalam dalam bersamaan dengan perasaanya terhadap sang kekasih.
Penghinaan tepat di hari pernikahan merubah sosok Harun menjadi pria arogan dan dingin. Termasuk kepada wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.
Lalu bagaimana dengan Sandra? Akankah dia bisa membawa Harun kembali dari jurang keterpurukannya.
Update setiap hari jam 12.00.
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Kejutan
Semua orang dirumah termasuk para pelayan tidak ada yang berbicara pada Harun, mereka tentu tidak akan berani melakukan itu apabila bukan perintah dari nyonya besar mereka. Termasuk Sandra, biasanya setiap hari ia akan membantu menyiapkan pakaian Harun dan membawakannya jus tapi hari ini tidak.
"Sandra, kenapa kau tidak membawakan ku jus seperti biasa?" tanya Harun pada Sandra yang sedang menata makanan di meja.
Sandra mengigit bibirnya, ia benar-benar takut jika Harun akan marah karena ia tidak menjawab perkataan nya. Tanpa menjawab, Sandra buru buru berlalu dari hadapan Harun.
"Sandra, saya sedang bicara." Cegah Harun, suaranya tidak terdengar marah hanya saja membuat Sandra langsung gemetaran.
"Ada apa ini?" tanya Adiguna duduk di kursi tempat biasa ia duduk.
"Selamat pagi tuan besar," sapa Sandra menunduk sopan.
"Kenapa kamu marah sama Sandra? lihat dia sampai gemetaran begitu," tanya Amira semakin membuat Harun terpojok.
"Aku tidak memarahinya mah, aku hanya bertanya kenapa dia tidak mengantar jus seperti biasa," jawab Harun menjelaskan.
"Kamu sudah besar, seharusnya kamu bisa mengurus dirimu sendiri Harun." Ucap Amira meninggikan suaranya.
"Mamah marah sama aku?" tanya Harun tidak menyangka jika sang mamah marah padanya.
"Sudah susah, cepat duduk dan sarapan," ucap Adiguna menengahi perdebatan sandiwara itu.
"Sandra, tolong panggilkan ana ya," ucap Amira dibalas anggukan oleh Sandra yang segera pergi.
***
Harun hanya memakan sedikit sarapannya karena merasa semua orang berubah padanya, meski kesal tapi ia tetap sopan pada kedua orangtuanya. Ia pamit, mencium tangan keduanya kemudian pergi meninggalkan rumah untuk segera ke kantor.
"Pasti Kakak merasa jika dia di cuekin kita," ucap ana heboh.
"Sandra, tadi kamu di marahi Harun?" tanya Amira pelan.
"Tidak sama sekali nyonya, den Harun hanya bertanya kenapa saya tidak membawakan jus padanya," jawab Sandra tersenyum.
"Sandra, hari ini kita akan bekerja ekstra. Kau tidak apa apa kan?" tanya ana dengan semangat.
"Iya nona tentu saja," jawab Sandra menganggukan kepalanya.
"Kita tidak memberitahu Isabel soal pestanya?" tanya Amira membuat ana menghela nafasnya.
"Tidak perlu mah, lagipula dia pasti sedang sibuk dengan kontes modelnya itu." Jawab Ana sewot.
"Hus kamu ini sembarangan saja," cicit Adiguna melihat putrinya yang sangat jutek.
Di kantor, Harun sibuk dengan berkas dimeja kerjanya. Laptop dan komputer sudah menyala secara bersamaan agar pekerjaan dan pikirannya bisa cepat selesai. Berharap dapat ucapan dari keluarga justru di cuekin.
Harun istirahat sebentar, ponselnya mendapatkan notifikasi dari Isabel dan ia senang karena mengira Isabel akan mengucapkan selamat padanya. Namun nyatanya tidak, Isabel mengirim pesan padanya hanya sekedar mengabari jika dia lolos kontes.
Harun segera menelpon Isabel mungkin saat mendengar suaranya, Isabel akan ingat hari apa sekarang.
"Halo sayang?"
"Hai, sudah membaca pesanku?"
"Sudah, selamat ya. Aku senang mendengarnya,"
"Terimakasih sayang, lusa aku harus pergi ke Paris. Tapi kamu tenang saja sebelum hari pernikahan kita, aku sudah kembali."
"Kau yakin? acaranya tinggal 2 Minggu lagi?"
"Iya, ya sudah aku tutup ya. Dah sayang,"
Harun menghela nafas, ia melihat ponselnya dimana walpaper nya adalah foto dirinya dan Isabel saat mereka baru menjalin hubungan. Isabel yang sekarang dan yang dulu sangat jauh berbeda, sekedar mengingatkan makan saja Isabel tidak pernah. Bahkan jika bukan Harun duluan yang mengirim pesan maka Isabel tidak akan mengirim nya sampai berhari-hari.
"Sudahlah Harun, calon istrimu itu sangat sibuk," gumam Harun menyemangati dirinya.
Tiba tiba pintu ruangan kantornya di ketuk, ia segera menekan tombol membuka kunci setelah itu mempersilahkan orang untuk masuk.
"Masuklah," ucap Harun.
Dan masuklah beberapa karyawannya, salah satu dari mereka membawa kue dan yang lainnya membawa balon. Harun tersenyum senang karena setidaknya ada yang mengingat hari ulang tahunnya.
"Selamat ulang tahun pak CEO Harun Pradipta Adiguna," ucap para karyawan itu serempak.
"Ya ampun, kalian ingat ulang tahunku?" tanya Harun bahagia.
"Tentu saja pak, kami akan ingat ulang tahun atasan kami yang baik hati ini," jawab salah satu dari mereka.
Dan setelah itu, karyawan di bebaskan dari pekerjaan selama 1 hari lagipula memang pekerjaan. Harun memberi kebebasan 1 hari untuk sekedar merayakan hari lahirnya.
"Terimakasih untuk hari ini pak, semoga bapak dan perusahaan Adiguna semakin sukses," ucap karyawan itu seraya menjabat tangan Harun.
"Terimakasih banyak atas doanya," balas Harun tersenyum ramah.
Harun segera pulang, ia sudah sangat lelah hari ini. Semoga saja sampai di rumah semua orang sudah kembali seperti semula padanya. Benar benar tidak enak jika di diami oleh keluarga.
Mobil Harun memasuki parkiran rumah, baru saja dia menutup pintu mobilnya ia terkejut mendengar suara tembakan dari dalam rumahnya. Dengan secepat mungkin ia berlari masuk.
"Mamah, papah, ana??" panggil Harun di tengah kegelapan rumah itu.
"Kenapa gelap sekali," gumam Harun mencoba mencari dimana letak stop kontak rumahnya.
Dor
Harun sampai melompat karena terkejut, ia tambah terkejut melihat rumahnya sudah seperti sedang ada pesta besar. Dan dari belakang, sang mamah memegang kue kemudian memberikannya pada Harun.
"Selamat ulang tahun putraku," ucap Amira dengan sayang.
"Kalian semua ingat ulangtahun ku?" tanya Harun tidak menyangka.
"Tentu saja, dan kau tahu semua ini yang menyiapkan adalah Sandra," jawab Ana diakhiri dengan menunjuk Sandra.
"Selamat ulangtahun den, maaf tidak menjalankan tugas dengan baik hari ini," ucap Sandra terbata karena takut.
"Tidak apa apa, terimakasih untuk pestanya." Jawab Harun lembut.
"Ayo kak kita potong kuenya," ajak Ana menarik tangan Harun.
"Isabel tidak datang?" tanya Harun seketika membuat Ana memutar bola matanya malas.
"Lupakan dia, dia tidak mungkin ingat ulangtahun mu karena dia sibuk dengan urusannya," jawab Ana kesal.
"Ana!" seru Amira.
"Kenyataan mah," balas Ana membuat Harun menghela nafas karena apa yang Ana katakan itu benar adanya.
LANJUT YA?
BERSAMBUNG..........