NovelToon NovelToon
EGO

EGO

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Wanita Karir / Keluarga
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: si_orion

Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon adalah keempat CEO yang suka menghambur - hamburkan uang demi mendapatkan kesenangan duniawi.

Bagi mereka uang bisa membuat mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan bahkan seorang wanita sekalipun akan bertekuk lutut di hadapan mereka berempat demi mendapatkan beberapa lembar uang.

Sampai suatu hari Maxwell yang bertemu dengan mantan calon istrinya, Daniel yang bertemu dengan dokter hewan, Edric yang bertemu dengan dokter yang bekerja di salah satu rumah sakitnya, dan Vernon yang bertemu dengan adik Maxwell yang seorang pramugari.

Harga diri keempat CEO merasa di rendahkan saat keempat wanita tersebut menolak secara terang terangan perasaan mereka.

Mau tidak mau Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon melakukan rencana licik agar wanita incaran mereka masuk ke dalam kehidupan mereka berempat.

Tanpa tahu jika keempat wanita tersebut memang sengaja mendekati dan menargetkan mereka sejak awal, dan membuat keempat CEO tersebut menjadi budak cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si_orion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 12

Hari ini seharusnya menjadi hari yang spesial bagi Chelsea. Seharusnya Chelsea bersuka cita hari ini, jika yang akan menikahinya adalah pria tampan impiannya. Namun, harapan Chelsea rupanya tak bisa terkabul sebab yang akan menikahinya justru adalah pria tua menyebalkan bernama Austin Dexter.

Chelsea ingin menangis saja rasanya, tapi dia terlalu sayang pada make up diwajahnya. Dia sudah pegal karena proses make up yang begitu panjang, jadi dia tak mau merusaknya dan berakhir dia harus kembali duduk lama di depan cermin.

Chelsea menatap jendela yang ada diruangan itu, haruskah Chelsea kabur saja? Tapi seketika dia urung saat melihat gaun panjang dan besarnya. Dia mendesah kecewa dan kembali duduk di meja rias.

Namun seketika, rasa ingin kaburnya kembali mencuat saat melihat ada sebuah jaket disana. Chelsea langsung berdiri mengambil jaket itu. Tangannya merambat ke belakang tubuhnya mencoba meraih resleting gaun itu. Dia akan melepaskan gaun itu dan akan menutupi tubuh atasnya dengan jaket. Beruntunglah Chelsea memakai celana pendek didalam gaunnya. Sehingga dia bisa dengan mudah kabur tanpa memakai gaun itu.

Namun, upaya Chelsea nyatanya harus terhenti akibat Damian masuk ke dalam ruangan itu. Damian memicing menatap putrinya itu yang sedang berupaya melepaskan gaunnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Damian menyelidik.

Chelsea gelapan melihat tatapan sang Ayah. "I-itu aku, aku-"

"Mencoba kabur, hem?" tanya Damian saat melihat Jaket di tangan Chelsea dan resleting gaunnya yang sedikit turun.

"T-tidak!" bantah Chelsea.

Damian menghela nafasnya. "Daddy mohon kau jangan bertingkah dan berbuat hal yang aneh. Jangan membuat Daddy semakin malu pada keluarga Dexter. Kau tidak pernah hadir dalam pertemuan keluarga, dan sekarang jangan menambah beban Daddy dengan mencoba kabur di hari pernikahan."

Chelsea menunduk, ya memang selama ini dia selalu menghindar saat ada pertemuan dengan keluarga Dexter. Dia bahkan tak pernah ikut dalam persiapan pernikahannya. Bahkan untuk cincin pernikahan Damian yang memberikan cincin Chelsea sebagai patokan ukuran, sepatu pun begitu gaun pun Chelsea tak pernah mencobanya terlebih dahulu, tapi untungnya gaun itu pas ditubuhnya.

"Daddy mohon untuk berhenti bersikap kekanakan seperti itu. Daddy sungguh menyayangimu, Daddy merasa bahwa ini adalah jalan yang terbaik untukmu. Daddy ingin kau mendapatkan pria yang berkualitas karena itu Daddy menerima lamaran mereka untukmu."

"Kau sudah besar sekarang, jadi Daddy mohon supaya kau bisa bersikap lebih dewasa. Kau akan menikah dan menjadi istri pria Dexter. Tolong jaga sikapmu dan perlakukan calon suamimu dengan baik, ya." nasihat Damian.

Air mata yang Chelsea tahan sedari tadi kini meluncur bebas dari kelopak matanya. Chelsea langsung menubruk tubuh Damian dan memeluknya erat.

Chelsea masih belum siap untuk menikah, dia belum siap berpisah dengan Damian, dia masih ingin bermanjaan pada Ayahnya itu. Chelsea belum siap menjadi istri, apalagi jika nanti dia menjadi ibu. Melihat Pricilla yang kerepotan mengurus Zayden saja sudah membuat Chelsea merasa tak yakin kalau dia akan setanggap Pricilla.

"Jangan menangis." Damian mengusap lembut jejak air mata Chelsea laku mengecup kening putrinya sayang.

"Dad, apa benar aku akan menikah dengan Austin Dexter? Daddy yakin? Dia sudah tua, Daddy." rengek Chelsea.

Damian terkekeh, Chelsea sangat mewarisi sifat mendiang istrinya. "Siapapun yang akan jadi suamimu, kau harus menerimanya. Salah kau sendiri tak pernah ikut dalam pertemuan keluarga."

****

Chelsea dengan langkah kecilnya melangkah bersama Damian di gandengannya menuju Altar. Chelsea terus menunduk tak ingin melihat Austin yang sudah berdiri menunggu di Altar.

Membayangkan wajah menyebalkannya saja sudah membuat Chelsea ingin melepaskan tangan Damian lalu kabur dari sini.

Chelsea dan Damian sampai di depan Altar. Damian menyerahkan Chelsea pada pria yang sudah menunggu didepan Pendeta itu. Dengan ragu Chelsea memegang tangan pria yang akan jadi suaminya.

Chelsea masih menunduk, enggan untuk melihat wajah menyebalkan pria itu. Dia benar-benar ingin menangis ketika Pendeta menyuruhnya untuk mendongak menatap pria di depannya saat janji suci akan diucapkan.

Chelsea hanya terdiam sambil menatap tangan mereka yang sudah bertautan. Namun, bola matanya tak sengaja menemukan sosok pria tua tampan menyebalkannya sedang duduk di barisan keluarga mempelai pria.

Tunggu! Jika pria tua tampan menyebalkan itu ada di sana, lalu siapa yang ada di hadapannya sekarang?

Chelsea langsung mendongak dan begitu terkejutnya dia ketika pria yang ada di hadapannya kini adalah Edric Dexter?

Lho? Bukannya seharusnya dia menikah dengan Austin? Bahkan ayahnya sendiri yang bilang, Edric juga bilang bahwa Chelsea akan menikah dengan kakaknya. Lalu kenapa sekarang tiba - tiba pria itu yang ada dihadapan Chelsea.

Chelsea langsung terkesiap saat Edric menyadarkannya dan Chelsea segera berkata.

"Ya, aku bersedia."

Keduanya saling mengucapkan janji suci sambil saling berpegangan tangan dan menatap pada bola mata masing-masing, setelah Pendeta mempersilakan.

"Now, you may kiss the brides."ucap Pendeta.

Chelsea yang masih mencerna keadaan hanya terdiam saat Edric mendekatkan wajah dan mempertemukan bibir mereka.

"Now, i kiss you, gadis cerewet." bisik Edric setelah melepaskan ciumannya.

****

Acara pernikahan di lanjutkan dengan resepsi, para sahabatnya tak henti - hentinya menggoda Edric sebagai anggota pertama yang melepaskan masa lajang dalam keadaan perjaka pula.

Mereka terus menggoda Edric mengenai malam pertamanya bersama Chelsea nanti, membuat wajah Chelsea memerah bak kepiting rebus, sedangkan Edric hanya menanggapinya dengan santai.

"Rencana berapa anak yang kau inginkan?" tanya Vernon dengan ekspresi nakalnya.

"Aku ingin membuat kesebelasan tim sepak bola, kalau bisa dengan cadangannya juga." jawab Edric santai.

Chelsea langsung memukul bahu suaminya keras. "Kalau begitu kau saja yang hamil!" seru Chelsea, memangnya mudah apa mengandung dan melahirkan, dasar pria, tahunya hanya proses bikinnya saja.

"Hei, tugasku hanya menanam, sayang." jawab Edric.

"Ya, berapapun anakmu tapi jangan sampai seperti...." ucap Daniel menunjuk Maxwell dengan dagunya.

Namun Maxwell tak peduli, sebab perhatiannya sedari tadi hanya tertuju pada Pricilla yang sedang memangku Zayden sambil berbincang bersama, seorang pria? Siapa pria itu? Kenapa akrab sekali dengan Pricilla?

Vernon menyeringai saat melihat arah pandang Maxwell.

"Setahuku Pricilla sekarang sedang mencari Ayah untuk Zayden, benarkah begitu Chelsea?" tanya Vernon dianggukı Chelsea.

"Hem benar. Zayden masih terlalu kecil sehingga dia butuh sosok Ayah. Pricilla tak mau anaknya besar tanpa dampingan seorang Ayah." jawab Chelsea.

"Dia sudah menemukannya?" tanya Vernon.

Chelsea menggeleng. "Ku rasa belum. Zayden tak mudah dekat dengan orang asing, dia akan mudah menangis saat bersama orang lain. Lagipula Pricilla hanya mengutamakan Zayden selama ini. Memang banyak yang mendekati Pricilla, tapi Zayden tak pernah mau menerima mereka."

"Bagaimana dengan Ayahnya?" tanya Vernon lagi.

"Ayah Zayden? Pricilla tak pernah cerita lebih detail tentang Ayahnya Zayden. Pricilla hanya bilang bahwa Ayahnya Zayden adalah sosok pria yang baik dan bertanggung jawab." jawab Chelsea.

Hati Maxwell merasa tercubit. Baik? Bertanggung jawab? Apa Chelsea memang berniat menyindirnya?

Hei, memangnya Chelsea membicarakanmu, Max?

"Tapi tunggu?! Kalian mengenal Pricilla?" tanya Chelsea.

Edric mengangguk. "Hem, bahkan salah satu dari mereka adalah Ayahnya Zayden sekaligus mantan calon suami Pricilla."

"Siapa?" tanya Chelsea mengenyit.

Semua langsung kompak menunjuk Maxwell.

"Aku? Kenapa?" Maxwell yang sedang memperhatikan gerak - gerik Pricilla terkejut ketika keempat pria itu menunjukkannya secara bersamaan.

"Kau Ayahnya Zayden?" pekik Chelsea.

"A-apa? Aku? T-tidak!" bantah Maxwell.

"Jangan membantah!" seru Daniel.

Chelsea berdecak tak percaya. "Aku tak percaya. Deskripsi Pricilla tentang Ayahnya Zayden bahkan tak sesuai dengan dirimu. Kau tidak terlihat seperti pria baik - baik dan bertanggung jawab."

"Kau pikir suamimu adalah pria baik - baik?" balas Maxwell.

"kau pikir aku meyakini hal itu? Bahkan sifat kalian saja blangsakan, sudah barang tentu sifat dia juga sebelas dua belas dengan kalian." balas Chelsea membuat Edric menatapnya tajam.

"Jaga ucapanmu jika kau tak ingin di gempur Edric semalaman." bisik Vernon.

*****

Di pertengahan pesta resepsi pernikahannya, Edric justru menarik Chelsea menuju kamar mereka. Dia sudah tak bisa lagi menahan diri.

Chelsea gugup ketika Edric mengunci pintu kamar hotel yang sudah dihias sedemikian rupa itu. Dia semakin gugup ketika Edric melepas jas lalu mengurai kancing kemeja. Oh God! Otot perut Edric kesukaan Chelsea terpampang jelas didepan matanya.

"Kenapa kau mematung disana? Kemarilah." ucap Edric yang sedang duduk disofa sambil menuangkan wine ke dalam gelas. Pria itu masih mengenakan kemejanya meskipun seluruh kancingnya tak terpasang.

Dengan gugup Chelsea mengangkat gaunnya lalu berjalan ke arah Edric. "P-pestanya belum selesai, kenapa kau membawaku kesini?"

Edric meneguk wine didalam gelasnya lalu berdiri di hadapan Chelsea dengan tatapan pemburunya. "'Cause I can't stop myself from touching you, baby" bisik Edric membelai pipi Chelsea lalu memangut bibirnya.

"Kau boleh menyentuh dan mengelus sayang, dia milikmu." bisik Edric lagi meletakkan kedua tangan Chelsea di dadanya.

Pipi Chelsea memerah tapi tangannya tetap bergerak membelai dada bidang Edric lalu turun menuju jajaran otot perut sang suami. Sedangkan Edric, pria itu melanjutkan aksinya melumat bibir Chelsea sambil tangannya bergerilya mencari resleting gaun yang Chelsea kenakan.

Srett

Edric berhasil menarik turun resleting, lalu dengan mudah menarik turun gaun itu hingga kini teronggok dikaki Chelsea.

Chelsea mendesah dengan sentuhan Edric membuat pria itu semakin terpancing. Sampai tangannya semakin bergerilya dan merasakan sesuatu mengganjal. Tunggu! Apa ini?

Edric melepaskan ciumannya lalu menatap Chelsea bertanya. "Kenapa kau memakai bantalan di celana dalammu?"

Chelsea gugup menggigit bibir bawahnya, dia lalu menatap Edric dengan cengiran berdosa. "I-itu, aku, aku sedang menstruasi." cicit Chelsea.

"Menstruasi?" Edric.

Chelsea mengangguk. "Hari pertama."

"Hari pertama?!" pekik Edric tak percaya.

Shit! Menstruasi hari pertama? Di malam pertama? Edric menatap nanar Chelsea kesal. Sedangkan Chelsea menatap Edric bersalah.

Awalnya Chelsea merasa senang saat tahu dirinya menstruasi. Itu artinya Austin yang dia pikir akan jadi suaminya tak akan bisa menyentuhnya. Tapi rupanya kini Chelsea agak menyesal karena dia menginginkan lebih dari sentuhan Edric.

Edric berdecak kesal. Pria itu menggaruk kepalanya kesal, lalu melepas kemejanya dan memakaikannya pada Chelsea. Setelahnya pria itu pergi ke kamar mandi.

"K-kau mau kemana?" tanya Chelsea menahan lengan Edric.

"Menidurkan adikku." jawab Edric sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

Sementara Chelsea, dia yang awalnya merasa bersalah kini justru terkikik geli saat mendengar desahan frustrasi Edric.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!