Aisyah seorang gadis lembut nan ramah, dihadapkan pada kenyataan harus menikah di umur yang sangat muda. Ia terpaksa menerima lamaran dari seorang pemuda yang katanya, hanya dialah seorang pemuda yang bisa menerima dirinya apa adanya.
Padahal kenyataannya berbanding terbalik seperti yang dikatakan oleh pemuda itu.
Aisyah terlahir dari seorang wanita yang mengalami gangguan jiwa. Ia dilahirkan oleh seorang ibu yang penyakitnya tiba tiba saja kambuh, jika ada orang yang menyebutnya sebagai wanita pembawa sial.
Aisyah mengalami ketidak Adilan ketika ia masih kecil sampai ia tumbuh remaja. Belum kering luka lama yang digoreskan karena ia terlahir dari seorang wanita gangguan jiwa, kini ia dihadapkan pada kenyataan, jika dirinya harus menyandang status janda diumurnya yang masih sangat muda.
Pernikahan nya harus kandas tepat dua hari pernikahan nya.
Inilah kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bude alias Mama mertua
Setelah selesai dengan perbincangan nya tadi, Rani berlalu dan masuk ke kamar Bude alias Mama mertua nya.
Tok, tok, tok.
''Bude.. Rani masuk ya??''
''Ya! masuklah!'' sahut suara di dalam kamar.
Ceklek,
Pintu kamar terbuka. Sejenak Rani tertegun. Kamar yang begitu luas, dua kali lebih luas dari kamar Fatih.
Ranjang berukuran king size, dan juga sebuah foto mesra disana terpampang dengan ukuran 20 inci.
Sepasang paruh baya yang tersenyum bahagia saat saling bertatapan. Romantis sekali.
Nyonya menir tersenyum sinis melihat Rani berdiri mematung disana.
''Rani...''
''Hah?? Oh iya Bude.. maaf! saya malah bengong. Ada yang bisa saya bantu Bude??'' tanya nya, sambil mendekati ranjang yang berukuran king size itu.
Sejenak Rani terpana melihat ranjang yang lumayan besar menurutnya.
''Kamu kenapa?? Kok bengong?? Nanti ya, Mama kasi tau Fatih, kalau kamu juga mau seperti ranjang ini??'' ujarnya seakan ia tahu apa yang sedang Rani inginkan.
Heh! mimpi kamu ketinggian! jangan harap Saya akan kasi tau anak saya! yang ada besok, kau akan terusir dari sini! cih! lama-lama aku muak melihat wajahmu! Cih menjijikkan!!
Serunya di dalam hati, tapi ketika Rani menoleh ia tersenyum manis. Dasar nyai menir bermuka dua!
''Eh? Nggak kok Bude! aku nggak kepikiran seperti itu? Hanya takjub aja sih? Oh iya, ada yang bisa Rani bantu Bude??'' tanya nya.
''Ada sih.. makanya Mama minta panggilkan sama papa kamu! Maaf ya.. jadi gangguin malam pertama kamu?? Mama jadi nggak enak deh...'' ujarnya dengan wajah sendu.
Padahal mah dalam hatinya sudah mengumpat dan mual berbicara baik kepada Rani. Jika bukan karena rencana esok hari, maka ia tak akan mau berbaik hati mengijinkan gadis itu masuk ke kamar nya.
''Eh? nggak apa-apa Bude.. biasa aja kali.. aku mah santai aja! Ada yang bisa Rani bantuin Bude??''
''Ada.. tolong kamu ambilkan perhiasan Mama di dalam lemari pojok kanan itu. Mama ingin tanya pendapat kamu tentang perhiasan itu, untuk calon istri Reza nantinya??'' imbuhnya santai.
Rani yang mendengar nya tersenyum. ''Iya bude, akan Rani ambilkan!''
Lihat aja kau gadis sial! Aku akan memanasi mu dengan kalung ku itu! heh! orang miskin seperti mu, pasti akan terhina karena melihat perhiasan ku! kamu Tak akan mampu membeli nya! cih!
Nyai menir itu sibuk dengan umpatan-umpatan yang ditujukan untuk Rani di dalam hatinya.
Sesampainya Rani ditepi ranjang king size nya itu, nyai menir itu menyuruh Rani duduk didekat kakinya. Berharap gadis itu, mau memijat kakinya yang sakit akibat campakan ibunya tadi siang.
Ia bergumam dalam hati, semoga gadis sial ini mau memijat kakiku! Selamanya kau akan tetap menjadi orang di bawah kaki ku! kau tak kan bisa menyetarakan derajat mu dengan ku! mimpi kok ketinggian! heh!
''Ini Bude...''
''Ck! jangan panggil Bude... sekarang kan Mama sudah menjadi Mama mu juga?? Kamu nggak mau ya.. manggil Bude dengan sebutan Mama kayak Fatih??'' ujarnya menunduk, walau dari ekor matanya ia melihat Rani, dan tersenyum smirk.
''Eh? Nggak.. bukan gitu.. belum biasa aja.. ya udah, Rani panggil Mama ya..'' sahutnya sembari tersenyum menatap nyai menir yang sedang tersenyum manis juga padanya.
Dasar! Nyai menir bermuka dua!
''Ayo.. kita buka ya! Mama ingin tanya kamu, yang mana menurut mu bagus, pilihkan salah satu karena ini akan menjadi hadiah untuk calon istri Reza.'' imbuhnya, sesekali memperhatikan raut wajah Rani.
Rasain kau gadis sial!
Rani tersenyum dan memilah-milah mana perhiasan yang paling bagus. Saat matanya menatap satu buah kalung biasa bertahtakan permata putih berinisial AR, Rani terkejut.
Deg!
Kalung ini....
''Rani?? Kok bengong?? Ayo dipilih? Mama ingin tau, pilihan mu jatuh pada yang mana??'' desaknya, membuat Rani tersadar dari dalam lamunannya.
''Eh? I-iya Ma.. menurut Rani ini bagus, kok! emas dengan taburan permata putih di inisial namanya dan juga sangat simpel ketika dipakai?'' imbuh Rani, sembari terus menatap kalung yang berliontin inisial AR.
AR?? Apa maksudnya?? Kenapa kalung ini mirip sekali dengan kalung yang pernah di pakai ibu dalam foto di dompet ayah??
Dan kenapa pula kalung ini pada Bude Nia?? gumam nya dalam hati, sembari terus menerus menatap liontin yang ada di tangannya.
Ck! dasar orang miskin! pilihannya pun tetap miskin! Si papa juga?! Mengapa pula liontin nggak bermutu dan ketinggalan jaman itu diberikan kepada ku sebagai hadiah keberhasilan nya yang telah membunuh Alam?? Katanya barang penting! Penting apa nya?? Kuno iya! Ck! biar ku berikan kepada menantu yang tak pantas ini saja?? Toh, disimpan di berangkas perhiasan ku, membuat mataku semak saja memandangi nya! hisshh... gerutunya dalam hati, sambil terus memandangi Rani, yang masih saja memandangi liontin murahan itu menurutnya.
''Kalau yang ini bagaimana??''
''Oh.. itu juga bagus, kok. Cukup sepadan nantinya dengan calon istri Reza!'' ujar Rani tersenyum manis.
Uueeeekkk.. nyai menir itu mual ketika tersenyum manis pada Rani.
Nyai menir juga membalas senyum Rani. ''Ya sudah, kalung yang ada di tangan mu itu, ambil saja! sebagai hadiah dari Mama untuk mu! Sedangkan untuk istri Reza, Mama memilih yang ini saja! Sangat cocok untuknya! nggak sabar nunggu harinya.. aduh...'' rintihnya, membuat Rani panik.
''Ada apa Ma ?? Mana yang sakit ??''
''Nggak ada.. hanya sedikit ngilu.. bekas hantaman ke dinding!" sahutnya.
"Ma-maaf kan Ibu Rani.. Ma.. Rani mohon maaf yang sebesar besarnya sama Mama! Rani tau mungkin Mama sulit akan memaafkan Ibu, jadi biarlah Rani yang jadi penebus kesalahan Ibu, Bude..'' lirih Rani, sambil menunduk.
Nyonya menir itu tersenyum smirk, 'ya! memang itu yang aku inginkan! tunggu saja pembalasan ku! aku tidak bisa membalas pada ibumu! tapi aku bisa membalasnya padamu! terimakasih kau hadir disini! karena kau rencana ku akan di permudah.'
''Ya.. tidak apa-apa.. sebaiknya sekarang Mama tidur saja! tolong kamu pindahkan perhiasan ini ke tempatnya! dan liontin yang ada di tangan kamu, ambil saja! Mama ikhlas!'' ucapnya sambil berbaring menyelimuti dirinya.
''Iya, Ma..''
Setelah nya Rani memindahkan perhiasan itu ketempat semula. Ketika ingin tidur, ia bingung harus tidur dimana.
Setelah melihat ada Ambal tebal dilantai dekat dengan sofa dan meja rias, Rani pun melangkah kesana dan berbaring disana.
Tubuhnya terasa letih dan penat. Rani tidur tanpa beralaskan bantal hanya tangan sebagai penyangga.
Asik dalam lamunan, Rani teringat akan liontin berinisial AR itu. Apa maksud nya?? Lama ia menatap liontin itu, lama kelamaan matanya meredup dan tertidur pulas.
Hingga suara Kokok ayam membangunkan diri nya yang sedang tertidur pulas. Rani bangun beristighfar dan membaca doa setelah bangun tidur.
Setelah nya ia beranjak untuk sholat tahajud. Karena waktu masih menunjukkan pukul empat dini hari.
Rani beranjak ke Mushola untuk mengambil wudhu. Setelah selesai, Rani masuk dan tertekejut melihat seseorang disana.
Deg!
''Abang..''
💕
Ada yang tau siapa itu??
TBC
Assalamualaikum Thor lanjuuut...