Terpaksa Menikah Dengan Mantan Pacar Kakak

Pagi ini, Tia berangkat bekerja dengan perasaan yang tenang dan bahagia. Bagaiamana tidak, semalam dia bisa tidur dengan nyenyak. Bahkan sebelum tidur, dia bisa bercengkrama dengan Bintang. Sesuatu yang jarang di lakukan Tia karena saat bekerja di Minimarket, dia selalu pulang malam.

"Pagi Tia," sapa Mbak Tuti saat melihat Tia memasuki ruang khusus Office Girl.

"Pagi Mbak," jawab Tia dengan riang.

"Semangat banget, masih kepagian nih," ucap Mbak Tuti sambil tersenyum. Dia sedang mengganti bajunya dengan seragam OG.

"Hehe, Mbak Tuti malah lebih pagi."

"Ye.. rumahku kan jauh, kalau berangkat mepet bisa kejebak macet.

Tia terkekeh, " Aku duluan ya Mbak, ruangan bos gede banget! lama ngebersihin nya."

"Oke!" jawab Tuti sambil tersenyum.

Tia memasuki ruangan Troy dengan peralatan lengkap untuk membersihkan setiap sudut ruangan tanpa ada yang terlewat. Dengan semangat membara, dia pun memulai pekerjaannya. Tia harus menyelesaikan dengan cepat agar tak bertemu dengan Troy hari ini. Bisa-bisa perasaan bahagia yang sedang dia rasakan saat ini bakal langsung ambyar gara-gara bos jutek dan sok itu.

Setelah selesai membersihkan setiap sudut ruangan, sampailah Tia di meja kebesaran sang bos. Di atas meja itu tergeletak sebuah amplop besar berwarna coklat.

Di pojok kanan atas amplop berwarna coklat itu, terdapat sebuah stiker bertuliskan 'DNA Test Report' yang tentu saja membuat Tia mematung karena terkejut.

"Jangan-jangan ini hasil tes DNA Bintang..." gumam Tia.

Dengan perlahan tapi pasti, Tia menjulurkan tangannya untuk mengambil amplop coklat itu. Dengan sedikit tergesa-gesa dan gemetar, Tia memberanikan diri untuk membuka amplop tadi. Dia menarik selembar kertas berwarna putih yang ada di dalamnya secara perlahan.

"Terduga Ayah... Troy Richard Cardinal..." gumam Tia saat membaca tulisan pertama yang muncul saat kertas di tarik.

"Anak... Bintang..." Suara Tia tercekat dan hilang di tenggorokan.

Rupanya benar, amplop ini berisi tentang hasil tes DNA Bintang.

Tia menelan salivanya, sebelum akhirnya dia menarik kertas putih yang berada di dalam amplop coklat hingga keluar dan terlepas dari si amplop.

Sambil membulatkan keberanian, Tia membaca isi kertas itu dengan jantung yang bertalu-talu dengan kencang.

Tia mengacuhkan kata-kata yang tak penting, dia langsung mencari hasil dari tes tersebut, "Probabilitas Troy Richard Cardinal sebagai ayah dari Bintang Richardson adalah 99,99998%..." ucap Tia saat membaca tulisan bercetak tebal yang tertera di dalam surat itu.

Seketika napas Tia tercekat, dia menelan salivanya beberapa kali karena rasa gugupnya.

Tia tak bisa membayangkan jika nantinya, dia harus di pisahkan dari Bintang. Walaupun Bintang bukan anak kandungnya, tapi Tia sudah sangat menyayanginya seperti anak sendiri. Hari-hari Tia begitu bahagia dan ceria bersama Bintang, Bintang adalah sumber kebahagiaannya, pelepas lelah nya dan segalanya.

Bintang tak boleh di rampas! Tia akan melakukan apapun agar Bintang tetap disisinya.

Tia menatap ke arah pintu, dan dengan penuh keberanian dia merobek kertas hasil tes DNA Bintang. Merobeknya hingga menjadi kepingan kepingan kecil lalu memasukkannya ke dalam saku bajunya.

"Kalau Troy tidak memiliki surat ini, dia tidak akan bisa merebut Bintang!" gumam Tia sambil kembali melanjutkan aktivitas nya untuk bebersih.

Dia harus segera menyelesaikan semuanya dan pergi dari ruangan ini sebelum Troy datang.

Saat telah selesai dengan pekerjaannya, buru-buru Tia meninggalkan ruang kerja Troy sebelum si empunya datang. Jantung Tia sempat berdebar dengan kencang saat dia berpapasan dengan Troy dan asistennya di lorong. Tia tak berani bertatapan dengannya, dia terus menunduk dan berjalan cepat sambil membawa troli yang berisi perlengkapan bersih-bersihnya.

Saat Troy sudah masuk ke ruang kerjanya, dengan cepat Tia masuk ke dalam lift dan turun.

"Akhirnya.. aku bisa bernapas lega..." gumamnya.

***

"Prit! mau kemana? aku mau beli nasi uduk buat sarapan, kamu mau nggak?" tanya Tia saat melihat sahabatnya terburu-buru menuju sebuah ruangan.

"Mau meeting," jawab Prita sambil berlari kecil bersama beberapa rekan kerjanya.

"Mau nasi uduk, nggak?" seru Tia.

"Boleh, satu ya."

Tia mengacungkan jempolnya, entah Prita melihatnya atau tidak, karena dia sudah masuk ke sebuah ruangan yang cukup besar.

Prita duduk di salah satu kursi yang di sediakan, kemudian dia berbisik kepada rekan yang duduk di sampingnya.

"Hari ini pertama kalinya kita ketemu sama Pak Troy, kan?"

"Iya, aku nggak sabar..." balas wanita yang di ajak ngobrol oleh Prita.

"Se-ganteng apa sih dia?" sambungnya sambil tersenyum-senyum.

"Ck! jangan terlalu berharap!" Prita kembali berbisik.

"Kemarin temenku ketemu dengan Pak Troy, katanya, orangnya botak dan perutnya buncit!"

"Serius?!" pekik salah satu wanita yang duduk di belakang Prita.

Prita mengangguk sambil melirik ke kanan dan kiri, takut ketahuan oleh manager kalau mereka sedang bergosip.

"Sial! padahal gue udah beli skincare mahal! muka gue udah glowing! buat apa coba!" kesal si wanita yang tadi terkejut.

"Sama! gue juga nyesel!" aku Prita sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Selamat pagi semuanya!" Tiba-tiba seorang lelaki berbadan tegap dan sangat atletis dengan setelan yang pas di badan hingga menunjukkan otot-ototnya yang menawan, muncul dan berdiri di podium kecil yang berada di depan ruang meeting.

Sorot mata yang tajam di hiasi bulu mata berwarna kelabu nan lentik menyasar seluruh ruang meeting. Hidungnya yang tinggi menjulang diikuti garis rahang yang keras menambah kesan tegas dan misterius di wajah rupawan itu.

Semua karyawan yang ada di ruangan sontak berbisik dan membuat ruangan sedikit riuh.

"Siapa dia?" gumam Prita takjub, mulutnya bahkan terbuka tanpa dia sadari.

Tidak hanya Prita, semua wanita yang berada di ruang meeting pun tampak terhipnotis dan setengah sadar saat memperhatikan Dewa Yunani berdiri tepat di depan mereka.

"Perkenalkan, Saya Troy. Mungkin karyawan yang baru bergabung di Perusahaan ini belum mengenal saya karena Saya tinggal di Luar Negri selama lima tahun..."

"Prit!" bisik wanita yang duduk di belakang Prita.

"Hmm?" jawab Prita setengah sadar.

"Mana perut buncit nya? mana kepala botaknya! Lu sengaja mau nyebar hoax, ya?!"

Prita hanya menggeleng pelan, "gue juga di tipu..." gumamnya.

"Awas, Lo, Tia!"

Prita terus memandangi lelaki tatapan berparas Eropa yang sedang berbicara di podium, dia tak mendengarkan apa isi pidatonya, dia hanya memandangi wajah sempurna yang terpampang di depan sana.

Lalu tanpa sengaja, Prita menatap sosok lelaki yang berdiri di belakang Troy. Lelaki berambut hitam klimis dengan mata sipit yang menawan dan kulit putih yang bersinar.

Bentuk tubuhnya pun tak kalah atletis di bandingkan Troy, Tinggi mereka berdua pun hampir sama, mungkin sekitar 180cm... oh, Prita benar-benar merasa sedang berada di surga karena di kelilingi pria-pria tampan tanpa cela.

"Tuhan... terimakasih karena sudah menunjukkan surga padaku..." gumam Prita