Hari itu Jeri tak sengaja melihat Ryuna yang sedang menari sendirian di lapangan basket. Ia yang memang dasarnya iseng malah memvideokan gadis itu. Padahal kenal dengan Ryuna saja tidak.
"Lo harus jadi babu gue sampai kita lulus SMA."
"Hah?!" Ryuna kaget.
"Pasti seru." Jeri tersenyum misterius membuat Ryuna menduga lelaki itu akan menyiapkan seribu rencana untuk membuatnya sengsara.
"Seru apanya?! Fix sih, lo yang nggak waras di sini!" gadis itu menatap Jeri dengan pandangan menghujat.
Sejak hari itu, Ryuna harus selalu berurusan dengan Jeri yang senang sekali bukan hanya mengganggu namun juga menjadikannya babu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Lama-lama Jeri kesal ada di antara perdebatan ini.
"Yaudah kalau emang nggak papa. Biarin aja dia, lain kali hati-hati kalau bawa motor. Jangan sampai orang lain juga ikut kena imbasnya." Lalu Jeri berlalu dari sana meninggalkan Jimi dan Ryuna yang menatap lelaki itu dari belakang.
Sayangnya, Jeri tak tahu bagaimana kejadian itu berakhir. Karena ia pulang lebih dulu. Entah Ryuna masih mengingat dirinya saat kejadian itu atau tidak. Jeri memakai helm dan seragamnya pun tertutup jaket. Bisa saja Ryuna tak tahu itu adalah dirinya.
Jeri tersenyum tipis mengingat kejadian dulu. Tatapannya teralih ketika tanpa sengaja melihat Luna berlari dari arah ujung koridor.
Tak berapa lama, Jeri bisa melihat Ryuna datang. Gadis itu berekspresi biasa saja, lalu ketika melihatnya, dia melambaikan tangan. Kali ini Ryuna mulai melompat-lompat kecil dan tersenyum. Jeri salah fokus ketika melihat Jimi juga ada beberapa meter di belakang gadis itu. Ryuna sampai di dekatnya.
"Ada apa lagi? Lo mau bawa gue ke Mars?"
Jeri tak menjawab, ia masih menatap ke arah Jimi. Ekspresi lelaki itu tampak kusut. Apa yang terjadi? Apa ia melewatkan sesuatu hal yang seru?
"Jer?" Ryuna menoel lengan atas Jeri.
Jimi sempat menoleh ke arah mereka. Jelas bukan tatapan bersahabat, ia berekspresi datar. Jeri masih belum menanggapi Ryuna, ia hanya menatap Jimi yang mulai berlalu pergi dengan motor lelaki itu. Lalu, beralih menatap Ryuna.
"Ada apa?" tanya Jeri.
Kening Ryuna mengernyit. "Ada apa apanya?" katanya, entah benar-benar tak mengerti maksud ucapan Jeri atau pura-pura.
Lelaki itu mendengus pelan dan membuat smirk kecil.
"Sekarang mau kemana? Gue malas ikut, pengen istirahat," ucap Ryuna.
"Yaudah sana pulang."
"Hah?"
Jeri menyalakan motornya. "Pulang, Sanastasya Ryuna."
Lalu, Jeri menyalakan motornya. Ia hendak berlalu pergi namun tak jadi, ia menggaet leher Ryuna dengan lengannya. Tak sampai di sana, Jeri mengacak-acak puncak kepala gadis itu dengan tak berperasaan sampai rambutnya berantakan. Ryuna berteriak kecil dan berusaha melepaskan diri.
"Jeri!!!"
Pelakunya malah terkekeh tanpa dosa, lalu melepaskan Ryuna setelah cukup puas.
"Dasar lo! Anak an---" kata-kata Ryuna tertahan di tenggorakan, ia menggeram kecil, lalu cemberut dan sebagai ganti tak jadi mengumpat, gadis itu memukul lengan Jeri dua kali, karena ketika melayangkan pukulan yang ketiga kali, Jeri sudah lebih dulu menangkap tangannya.
"Anak apa?"
Ryuna tak menjawab, ganti memukul lelaki itu dengan tangan kiri. Namun di pukulan keempat, Jeri malah berhasil menangkap tangannya lagi.
"Lo titisan Hulk apa? Mukul mulu," sarkas lelaki itu yang ditanggapi cibiran oleh Ryuna.
"Lepasin!" Gadis itu menarik tangan dari cengkraman Jeri dan kini mulai merapikan rambut sambil menggerutu.
Sementara itu, Jeri mengusap bekas pukulan Ryuna yang ternyata lumayan sakit. Gadis ini terlalu bar-bar. Ia memundurkan motor.
"Duluan, sampai ketemu lagi, babu," ucapnya sambil tersenyum meledek sebelum melajukan kendaraan dan berlalu pergi meninggalkan Ryuna.
Gadis itu bengong sesaat dengan tangan yang masih berusaha merapikan rambutnya. Ryuna mendecak kesal, namun jadi tersenyum ketika sadar hari ini setidaknya sudah lepas dari Jeri. "Tumben dia nggak minta gue ikut."
Tapi berikutnya, suasana hati Ryuna berubah lagi mengingat apa yang terjadi di lapangan tadi.