"Haiii, Ganteng. Lagi joging, ya?" sapa Agatha setelah berada di depan Elvano. Kepalanya mendongak karena perbedaan tinggi mereka. Senyuman lebar tersungging di bibir manisnya.
Elvano berdecak malas, "Menurut, lo? Udah tahu, masih aja nanya."
Selain dingin dan tidak pandai berekspresi, mulut Elvano juga sedikit tajam. Membuat siapa pun yang mendengar ucapannya merasa sakit hati.
"Galak banget," cibir Agatha.
***
Ketika secercah cahaya datang menghangatkan hati yang telah lama membeku. Akankah mereka dapat bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacang Kulit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 - Calon Pacar
Elvano berlari ke luar dari gramedia, berniat untuk menyusul Agatha. Pemuda itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru mall. Nihil, Agatha menghilang begitu cepat. Sudah berapa menit berlalu sejak Agatha pergi?
Elvano memutuskan untuk pergi ke rumah Agatha. Jangan lupa bahwa pemuda itu tahu di mana alamat rumah Agatha karena beberapa waktu lalu pernah mengantarnya pulang.
Elvano sangat yakin Agatha pasti pulang ke rumah. Dia bersyukur mengetahui alamat Agatha, dengan begitu ia tidak akan kesulitan ketika ingin menemui gadis itu.
Setelah sampai di tempat parkir, Elvano berhenti sejenak karena napasnya yang terengah-engah. Sepertinya dia terlalu semangat berlari. Setelah dirasa cukup, pemuda itu segera mengendarai motornya untuk membelah jalanan ibukota di malam yang cerah ini.
...***...
Suara ketukan pintu membuat Keenan mengalihkan perhatiannya yang semula sedang menonton televisi. Sejenak, pemuda itu menoleh ke arah Agatha yang duduk di sampingnya. Berharap Agatha berinisiatif membukakan pintu. Tetapi gadis itu hanya diam, masih setia dengan ponsel di tangannya. Adiknya itu baru pulang dengan muka kusut, entah dari mana. Dia hanya terus diam sembari menyibukkan diri dengan ponsel.
"Ada tamu," ujar Keenan.
"Terus?" jawab Agatha dengan santai tanpa peduli pada pelototan abangnya.
"Ya bukain pintu sana," suruh Keenan.
"Males, Abang aja sana."
"Dasar."
Dengan malas, Keenan berjalan menuju pintu dan membukanya. Di depan pintu, seorang pemuda berdiri dengan gelisah. Keenan menatap pemuda di depannya dengan tatapan menyelidik. Keenan merasa tidak mengenalnya.
"Siapa ya?"
"Saya temannya Agatha."
Keenan mengernyit, setahunya Agatha tidak mempunyai teman dekat seorang laki-laki. Apalagi dia datang malam-malam seperti ini. Keenan melirik jam dinding yang berada di ruang tamu. Jam sembilan malam.
"Ada perlu apa?"
"Boleh saya ketemu Agatha?" tanya pemuda itu penuh harap.
Berpikir sejenak, Keenan memutuskan untuk mempersilahkan pemuda itu masuk.
"Silahkan, masuk aja."
Keenan berjalan memasuki rumah. Pemuda itu mengangguk dan segera mengekori Keenan di belakangnya.
"Dek, ada temen kamu nih," ujar Keenan ketika mereka berdua sampai di ruang tengah tempat Agatha sedang duduk bersama Keenan sebelumnya.
"Siapa?" Agatha mendongakkan kepalanya, seketika matanya melotot tak percaya melihat seseorang di depannya.
Deg
Untuk apa Elvano berada di rumahnya malam-malam seperti ini?
"Abang ke atas dulu, awas kalau macem-macem," ujar Keenan memperingatkan. Kemudian beranjak untuk kembali ke kamarnya.
"Iya, iya." Agatha memutar bola matanya malas mendengar perkataan Keenan. Memangnya Agatha akan melakukan apa?
Setelah Keenan masuk ke kamarnya, Elvano baru berani mendekat pada Agatha. Perlahan Elvano duduk di sebelah Agatha, menggantikan posisi duduk Keenan sebelumnya.
Elvano menatap Agatha dari samping, walaupun Agatha sendiri tidak mau menatap mata Elvano. Gadis itu berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Meski jantungnya tidak berhenti berdetak kencang.
"Hei," sapa Elvano. Suaranya melembut, kontras dengan wajahnya yang tetap datar.
"Ngapain ke sini? Bukannya lagi jalan sama Elisa?" Lihat, sekarang Agatha merasa seperti kekasih yang sedang cemburu. Agatha sadar ketika dirinya bertanya dengan nada sinis. Biarkan saja, Agatha sangat ingin melampiaskan rasa marahnya. Kebetulan Elvano di sini, Agatha tidak akan menyia-nyiakan kesempatan.
"Enggak," jawab Elvano singkat. Duduknya menyerong agar lebih mudah menatap wajah Agatha yang terlihat lucu ketika sedang marah.
Agatha kesal.
"Enggak apaan? Gue liat ya tadi kalian gandengan tangan. Mesra-mesraan di mall. Terus ngapain lo ke sini? Pergi sana!" Agatha berteriak mengeluarkan kekesalannya. Hampir saja air matanya tumpah, tetapi sekuat tenaga Agatha menahannya. Dia tidak mau terlihat lemah di hadapan Elvano.
Elvano tersenyum tipis tanpa Agatha sadari. Ternyata benar apa kata Elisa, ini hanya salah paham. Agatha cemburu pada orang yang salah. Gadis itu terlihat menggemaskan di matanya saat ini.
"Lo cemburu?" tanya Elvano, dia ingin menggoda Agatha.
"Dih, apaan? Siapa juga yang cemburu!" Agatha menunduk, mendadak rasa marahnya menguap begitu saja, digantikan oleh perasaan malu.
Elvano tidak tahan, dia tersenyum meskipun Agatha tidak melihatnya. Gadis itu masih setia menatap ponselnya.
"Muka lo merah," gumam Elvano yang dengan jelas didengar oleh Agatha karena jarak mereka sangat dekat.
"Apa sih, diem!" bentak Agatha, wajahnya semakin memerah.
Ketika suara tawa merasuki indra pendengarannya, tubuh Agatha menegang. Secepat kilat, Agatha menatap Elvano dengan pandangan tidak percaya. Elvano tertawa?
Agatha sama sekali tidak mengatakan apapun. Gadis itu merasa bingung dengan keadaan ini. Bingung dengan sikap Elvano yang seperti ini. Sebenarnya apa mau Elvano?
Merasa paham dengan tatapan Agatha, Elvano mulai membuka suaranya.
"Gue mau ngomong sesuatu." Kali ini terlihat jelas tatapan Elvano yang menyiratkan cinta.
"Apa?" tanya Agatha pelan, nyaris seperti bisikan.
"Elisa sepupu gue."
"HAH?" Agatha kembali berteriak. Kali ini bukan karena marah, tetapi karena terkejut dengan fakta yang baru saja dia dengar.
Elvano terkekeh geli menatap wajah Agatha. Sepertinya malam ini dia terlalu banyak tersenyum dan tertawa.
Agatha menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ah, dia terlalu terkejut hingga tanpa sadar berteriak sangat kencang. Sudah tidak perlu dijelaskan lagi bahwa saat ini gadis itu sedang sangat malu.
Elvano mengangkat kedua tangannya untuk menarik tangan Agatha yang menutupi wajahnya. Tatapan mereka bertemu, Elvano yang menatap lembut pada Agatha, sedangkan gadis itu bingung harus melakukan apa.
"Kenapa?" tanya Agatha. Dia tidak mengerti mengapa Elvano repot-repot menjelaskan ini padanya. Bukankah pemuda itu tidak menyukainya?
"Jangan menghindar," ujar Elvano memohon.
"Hah?" Agatha benar-benar bingung. Elvano sangat aneh malam ini.
"Jangan cemburu sama Elisa lagi, dia cuma sepupu aku, paham?" jelas Elvano dengan lembut.
Seolah tersihir oleh ucapan Elvano, Agatha hanya bisa mengangguk patuh.
Elvano semakin dibuat gemas, pemuda itu mengacak rambut Agatha pelan.
"Aku pulang ya. Kamu istirahat, jangan begadang." Entah sejak kapan Elvano berbicara aku-kamu pada Agatha. Pemuda itu hanya ingin.
Agatha sendiri tidak tahu harus mengatakan apa. Tubuhnya membeku, lidahnya kelu. Rasanya seperti mimpi. Gadis itu hanya terus menatap Elvano yang tersenyum sebelum pamit untuk pulang. Agatha masih terdiam bahkan ketika Elvano sudah benar-benar hilang dari pandangannya.
Sesaat kemudian, Agatha tersadar.
"Astaga, gue merinding." Agatha memeluk tubuhnya sendiri, benar-benar merasa merinding melihat sikap manis Elvano. Jika terus seperti ini, lama-lama dia akan pingsan.
"Kamu ngapain bengong gitu?"
"ABANGGG!"
Keenan terkejut sampai memegang dadanya, teriakan Agatha tidak main-main.
"Apasih teriak-teriak? Udah malem, Dek."
Agatha tersenyum lebar, tidak peduli pada omelan Keenan. Karena saat ini dia sedang sangat bahagia.
"Aku bahagiaa, hahaha." Agatha tertawa girang sembari memeluk bantal.
"Kenapa?" tanya Keenan, meski dia sudah menebak apa alasan Agatha sampai berteriak heboh seperti ini. Pasti karena pemuda tadi.
"Kepo." Agatha menjulurkan lidahnya ke arah Keenan. Abangnya itu mendengus geli melihat tingkah laku adiknya. Dalam hati, Keenan merasa bahagia melihat senyum Agatha.
"Temen kamu udah pulang?"
"Udah."
"Dia siapa?" Keenan tidak ingat pasti siapa nama pemuda yang Agatha sukai. Tetapi dia yakin, orang itu adalah orang yang sama dengan pemuda yang beberapa menit lalu datang ke rumah ini.
"Calon pacar," jawab Agatha dengan semangat. Harapannya melambung tinggi melihat sikap manis Elvano, mungkin kali ini dia akan berhasil merebut hati pemuda itu.
"Oh, orang yang sering buat kamu uring-uringan," ledek Keenan.
"Bodoamat, yang penting aku bahagia sekarang, hahaha."
...***...
End
Tapi boong :)
Thor buat part 2nya dong, suka bnget soalnya Sma ni cs