Sungguh perjalanan yang penuh liku dan misteri! Dari seorang penyendiri dengan masa lalu kelam, Sean menjelma menjadi sosok yang ditakuti sekaligus dihormati, bahkan kekuatannya mampu mengguncang sebuah kerajaan. Keputusannya untuk "pensiun" dan menyerahkan tanggung jawabnya kepada Sang Pencipta membuka lembaran baru bagi alam semesta.
Kelahiran Ling di tengah hutan belantara, jauh dari hiruk pikuk dunia luar, seolah menjadi jawaban atas permintaan Sean. Kehidupan damai Ling di hutan, pertemuannya yang tak terduga dengan dunia luar, dan bakatnya yang luar biasa membawanya ke Akademi Peacock, tempat di mana potensi tersembunyinya mulai terungkap.
Pertemuannya dengan Dekan Fu Dai menjadi titik balik penting dalam hidup Ling. Bimbingan khusus dari sang Dekan membuka jalannya untuk memahami dan mengendalikan 'Napas Pembekuan Roh', sebuah kekuatan unik yang misterius. Latihan yang keras dan pengetahuan yang ia dapatkan di akademi perlahan mengikis kebingungannya dan mengasah kemampuannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kejutan
Di lapangan luas Akademi Peacock, ribuan peserta yang berhasil melewati ujian pertama kemarin telah berkumpul, siap untuk menghadapi tantangan selanjutnya. Dari ribuan pendaftar awal, kini hanya tersisa sekitar dua ratus jiwa yang akan mengadu kemampuan.
Sebagai salah satu dari tiga akademi terbesar di Kerajaan Krisan, Akademi Peacock dikenal dengan standar ujiannya yang sangat ketat.
Kecurangan nyaris mustahil terjadi, terutama pada ujian pertama. Bola kristal yang digunakan adalah kuncinya, sebuah artefak langka yang mampu mendeteksi bakat dan identitas peserta dengan akurat, menyingkap segala bentuk manipulasi. Meskipun seorang kultivator tingkat tinggi mampu menilai kultivasi di bawahnya, kemampuan itu masih rentan terhadap teknik atau ramuan khusus. Demi menjaga integritas akademi dan mencegah masuknya "sampah" yang hanya mengandalkan tipu daya, Dekan Akademi memutuskan untuk menggunakan harta karun langka tersebut.
Akademi Daun Semanggi dan Akademi Guntur pun memiliki bola kristal serupa, hadiah dari pendiri Akademi Peacock sebagai ucapan terima kasih atas bantuan mereka dalam mengatasi masalah besar di masa lalu. Dahulu, ketiga akademi terbesar Kerajaan Krisan menjalin hubungan yang erat. Namun, seiring berjalannya waktu dan kepemimpinan yang beralih ke generasi penerus, hubungan persahabatan itu mulai merenggang.
Jika Akademi Daun Semanggi dan Akademi Guntur terus bersinar di puncak kejayaan, Akademi Peacock justru mengalami kemunduran dalam beberapa tahun terakhir. Murid-muridnya sering dipandang sebelah mata, terutama dalam acara unjuk bakat antar akademi, di mana kemampuan mereka jauh tertinggal dari dua akademi besar lainnya. Tahun ini pun tersiar kabar mengejutkan. Saat ujian di Akademi Daun Semanggi, muncul seorang jenius dengan atribut cahaya yang sangat langka. Hal serupa terjadi di Akademi Guntur, di mana seorang dengan atribut kegelapan yang langka juga ditemukan. Berita ini semakin membuat para Profesor di Akademi Peacock merasa prihatin dengan nasib akademi mereka yang belum juga menemukan bibit jenius untuk mengangkat kembali nama baiknya.
"Selamat pagi semuanya," sapa seorang pria paruh baya yang berdiri di hadapan para peserta. "Perkenalkan, nama saya Profesor Jian Hui. Kali ini, saya yang akan memimpin ujian yang akan menentukan masa depan kalian. Keluarkan seluruh kemampuan dan bakat yang kalian miliki, perlihatkan kepada semua yang hadir di sini dan kepada para pemimpin besar Akademi Peacock." Ucapannya membuat suasana tegang menyelimuti para peserta. Profesor Jian Hui kemudian menyingkir, memperlihatkan lima sosok agung yang duduk di atas altar, memimpin Akademi Peacock.
Kelima sosok itu adalah Profesor Jia Li, pemimpin besar kelas Elemen; Profesor Hua Mei, pemimpin besar kelas Mistis; Profesor Long, pemimpin besar kelas Darah; Profesor Yu Zhang, pemimpin besar kelas Spiritual; dan yang terakhir, Dekan Fu Dai, pemimpin tertinggi Akademi Peacock. Semua peserta langsung memberikan salam hormat kepada kelima pemimpin besar tersebut.
Profesor Jian Hui kembali berbicara, "Baiklah semuanya, untuk ujian kali ini peraturannya cukup mudah." Ia melambaikan tangannya, dan sebuah layar besar muncul, menampilkan informasi yang jelas bagi semua orang. Peraturan yang tertulis di layar itu sederhana: setiap peserta hanya perlu mengeluarkan bakat dan atribut yang mereka miliki dalam pertarungan di arena yang telah disiapkan. Tingkat kultivasi tidak lagi menjadi fokus utama, karena semakin kuat dan unik atribut serta bakat seseorang, semakin mudah baginya untuk mencapai ranah yang lebih tinggi, memiliki ketahanan yang lebih baik, dan mengeluarkan kekuatan yang lebih dahsyat. Lagipula, rata-rata tingkat kultivasi minimal para peserta ujian jenius ini adalah ranah Pembentukan Jiwa ke atas.
Layar itu juga mengumumkan bahwa semua peserta yang berhasil melewati ujian pertama dinyatakan lolos. Tentu saja, pengumuman ini disambut sorak sorai kegembiraan dari seluruh lapangan. Profesor Jian Hui meminta semua orang untuk tenang dan melanjutkan membaca informasi di layar.
Semua peserta kembali terdiam dan membaca dengan seksama. Setiap orang akan ditempatkan di kelas yang berbeda berdasarkan kekuatan atribut dan keunikan bakat yang mereka miliki.
Peserta dengan atribut paling langka akan ditempatkan di Kelas S (kelas para jenius di atas jenius). Peserta dengan bakat unik dan atribut langka juga akan masuk Kelas S. Peserta dengan atribut langka namun bakat bawaan akan ditempatkan di Kelas A (kelas para jenius). Peserta dengan atribut kuat dan bakat biasa akan masuk Kelas B (kelas para pemilik bakat jenius biasa). Terakhir, peserta dengan atribut biasa dan tanpa bakat khusus akan ditempatkan di Kelas C (kelas para peserta yang mengandalkan kekuatan tanpa pendukung).
Panel layar kemudian menampilkan daftar nama-nama peserta yang ditempatkan di masing-masing kelas:
* Kelas S: 10 orang
* Kelas A: 30 orang
* Kelas B: 60 orang
* Kelas C: 100 orang
Para Profesor merasa tak percaya bahwa ada sepuluh orang yang berhasil menempati Kelas S. Akankah tahun ini akademi akan kembali mencapai kejayaannya? batin para profesor dan Kepala Dekan penuh harapan.
Ling, yang sudah memahami sistemnya, segera mencari namanya dimulai dari kelas terendah, Kelas C yang berisi seratus orang. Namun, ia tidak menemukan namanya di sana. Kemudian, ia memeriksa Kelas B dan seterusnya hingga Kelas A, tetapi namanya tetap tidak ada. Ketika matanya tertuju pada daftar nama di Kelas S yang hanya berisi sepuluh orang, akhirnya ia menemukan namanya.
Profesor Jian Hui mengamati semua peserta, dan setelah memastikan semua telah membaca penjelasan di layar, ia kembali berbicara. "Semua hasil ini belum final. Siapa pun berhak menantang peserta yang ditempatkan di kelas mana pun. Contohnya, jika peserta Kelas C menantang peserta Kelas B dan berhasil menang, maka peserta Kelas C akan naik ke Kelas B, dan peserta yang kalah akan turun ke Kelas C. Bahkan, jika peserta dari kelas mana pun berhasil mengalahkan peserta Kelas S, maka ia akan langsung ditempatkan di Kelas S. Setiap orang hanya memiliki satu kesempatan untuk menantang, dan orang yang telah ditantang tidak bisa ditantang lagi oleh orang lain. Apakah kalian semua mengerti?"
"Kami mengerti!" jawab semua peserta serempak.
Dekan Fu Dai yang sedari tadi duduk tiba-tiba bangkit dari kursinya, membuat semua orang langsung berdiri tegak dan terdiam. "Untuk sepuluh peserta yang ditempatkan di Kelas S, silakan maju ke depan," ucap Dekan Fu Dai. Ia ingin melihat sosok-sosok muda yang berpotensi mengguncang dunia di masa depan, apakah aura mereka mampu mengintimidasi para peserta lain di kelas bawah.
Seketika, semua mata tertuju dengan fokus untuk melihat siapa saja sepuluh orang berbakat tersebut. Akankah ada yang berani menantang salah satu dari mereka? Semua orang yakin bahwa mereka yang masuk Kelas S bukanlah orang biasa.
Dari kerumunan, muncul seorang remaja laki-laki bertubuh tinggi, berambut hitam panjang sebahu dengan wajah tampan bak dewa Yunani namun berekspresi dingin. Ia maju ke depan, dan remaja itu adalah Pangeran Zhao Han, sang putra mahkota Kerajaan Krisan. Sebuah kejutan bagi semua orang yang langsung memberikan hormat kepada sang putra mahkota.
Kemudian, diikuti oleh seorang remaja laki-laki berambut kuning dengan senyum lebarnya yang menawan, membuat para wanita terpesona. Ia adalah Pangeran Song Kang dari Kerajaan StarLight. Kejutan lain bagi semua orang, karena pangeran mahkota dari kerajaan tetangga pun menjadi salah satu dari sepuluh orang paling berbakat.
Kini, maju juga satu per satu orang-orang berbakat lainnya, terdiri dari empat remaja perempuan dan tiga remaja laki-laki. Mereka adalah Fang Yin, gadis yang kemarin mengobrol dengan Ling, dan ketiga temannya, yaitu Yi Hai, Han Lili, dan Yu Sin. Ternyata, mereka berempat adalah anggota keluarga bangsawan kelas atas.
Tiga remaja laki-laki lainnya terdiri dari seorang remaja berbadan kekar dan berwajah sangar bernama Gua Hong, putra dari kepala sekte Naga Petir; seorang pria yang terlihat feminin, selalu menutupi wajahnya dengan kipas, bernama Bai Hou, putra dari kepala sekte Salju; dan yang terakhir, seorang pria tampan menawan namun terlihat mengantuk terus dan seolah tidak mempedulikan sekitarnya, bernama Fang Fang, kakak laki-laki Fang Yin.
Semua orang merasa kagum karena ternyata orang-orang berbakat itu adalah anggota bangsawan kelas atas semua. Kini, mereka menunggu satu orang lagi untuk maju ke depan.
Semua mata tertuju pada layar, dan ketika membaca nama terakhir, mata mereka membelalak karena terkejut.
Ling dengan santai menggeser orang-orang yang menghalangi jalannya. Saat ia berjalan ke depan, orang-orang menatapnya dengan tatapan kosong. Tidak mungkin anak sekecil itu bisa berada di Kelas S, pikir semua orang. Namun, ketika mengingat namanya, mereka langsung mengenyahkan pikiran itu karena mereka semua tahu betapa berbakat dan "kejamnya" keluarga Ling itu.
Para Profesor yang melihat nama tersebut di layar merasa was-was, tetapi tidak dengan Dekan Fu Dai. Ia langsung berbisik kepada para profesor, membuat mereka mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut. Dengan ketenangan Dekan Fu Dai saat berbicara, sepertinya ada rahasia yang ia sembunyikan. Mereka memutuskan untuk menunggu dan melihat, karena mereka yakin anak bernama Ling itulah kuncinya.
Para remaja pria di depan sana memandang Ling dengan waspada, berbeda dengan Fang Yin dan teman-temannya yang telah mengetahui identitasnya. Fang Yin sendiri merasa terkejut bahwa anak kecil ini akan memberikan kejutan sebesar ini padanya. Selama ini, ia tidak pernah mendengar ada anak seusia Ling yang mengikuti ujian masuk akademi, apalagi berhasil masuk ke Kelas S yang terkenal ketat, sibuk, dan keras, karena di sana adalah kelasnya para jenius di antara para jenius.