NovelToon NovelToon
Anjani Istri Yang Diremehkan

Anjani Istri Yang Diremehkan

Status: tamat
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Tamat
Popularitas:1.6M
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Uang miliaran di rekening. Tanah luas. Tiga ratus pintu kontrakan.

Anjani punya segalanya—kecuali harga diri di mata suaminya dan keluarganya.

Hari ulang tahunnya dilupakan. Status WhatsApp menyakitkan menyambutnya: suaminya disuapi wanita lain. Dan adik iparnya dengan bangga menyebut perempuan itu "calon kakak ipar".

Cukup.

"Aku akan tunjukkan siapa aku sebenarnya. Bukan demi mereka. Tapi demi harga diriku sendiri."

Dan saat semua rahasia terbongkar, siapa yang akan menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 20

Riki memegang pelipisnya. Di layar laptopnya tertera angka-angka yang membuat kepalanya berdenyut.

Sewa hotel: 20 juta.

Gaun pengantin: 10 juta.

Mas kawin: 30 juta.

Katering: 20 juta.

Dekorasi: 10 juta.

MUA: 10 juta.

“Hampir seratus juta,” gumam Riki pelan. “Padahal waktu nikah sama Anjani dulu, paling keluar sepuluh juta, itu juga sebagian buat ongkos ke Lampung.”

“Kenapa bro, kayaknya klusut banget mukanya?” tanya Tedi sambil menepuk bahu Riki.

“Kenapa ya biaya nikah mahal banget?” keluh Riki.

Tedi mengangkat alis. “Yaelah, kalau nggak mampu ya jangan maksain, bro. Lagi pula, adik lu kan masih semester satu, kenapa buru-buru nikah sih? Selesaikan kuliah dulu.”

“Yang mau nikah tuh gua, bukan adik gua,” jawab Riki pelan.

Tedi berdiri, lalu menghela napas panjang. “Riki… baru juga naik jabatan dikit, udah mau poligami? Emang lu udah bahagiain Anjani?”

“Dia yang gugat cerai gue, bro,” sahut Riki.

Tedi terlihat kecewa. “Sayang banget. Padahal gue liat, lu maju itu ya karena nikah sama dia.”

“Ibu gue nggak suka sama Anjani,” jawab Riki datar.

Tedi mengangguk pelan. “Yaudah, itu hak lu sih... Tapi…”

“Bro, lu punya uang seratus juta nggak?” tanya Riki tiba-tiba.

Tedi melotot. “Punya, tapi harus gadai sertifikat rumah sama BPKB. Emang buat apa?”

“Buat biaya nikahan gue.”

Tedi mendengus keras. “Ya ampun, gue kira buat usaha atau investasi. Ternyata buat pesta. Maaf bro, gue nggak bisa bantu. Saran gue, pikir ulang sebelum lu jalan lebih jauh.”

“Tapi gue kan kepala cabang. Masa nikahnya sederhana?” bela Riki.

“Lu tau Mark Zuckerberg sama Priscilla Chan?”

“Tau lah. Tapi itu nggak nyambung.”

“Nyambung banget. Mereka nikah cuma di halaman belakang rumah, undang seratus orang. Padahal dia miliarder. Nggak pakai pesta gede, tapi langgeng sampai sekarang. Orang kaya beneran nggak perlu pengakuan. Orang terhormat nggak butuh disanjung. Lu tuh lagi pengin kelihatan sukses, padahal hari ini aja lu pusing nyari dana. Menikahlah sesuai kemampuan, bukan sesuai ego.”

Riki diam. Wajahnya bingung.

“Lu pikir resepsi itu akhir? Bukan. Itu baru awal rumah tangga. Kalau sekarang aja udah megap-megap, gimana nanti?” lanjut Tedi.

Riki terdiam. Tak ada bantahan.

Sekitar jam sebelas, Tedi keluar dari ruangan Riki. Beberapa menit kemudian, pintu diketuk dan Dodi masuk sambil membawa dua gelas kopi.

“Bro, kenapa lu keliatan kusut banget? Lagi butuh duit ya?” tanya Dodi sambil duduk di depan Riki.

“Iya, pusing banget gue. Gue mau nikah lagi, tapi duit cuma ada 20 juta. Padahal, gue hitung-hitung, total biaya nikah bisa sampai 100 juta,” ucap Riki sambil menunjuk deretan angka di layar laptop.

Dodi mendecak. “Astaga, Ki… Riki… Kepala cabang kok nikah cuma habis 100 juta? Itu mah paling nikah di hotel bintang dua atau tiga, ya?”

“Ya gimana lagi, bro. Duit gue segitu doang,” keluh Riki.

“Lu itu kepala cabang. Gak pantes nikah sederhana. Bisa rusak citra lu. Nanti dicemooh kepala cabang lain. Lu harus bikin pesta mewah, minimal habis 500 juta lah,” kata Dodi penuh keyakinan.

“Gue juga pengennya gitu, tapi lu tahu sendiri gue masih nanggung bokap nyokap, adik gue kuliah, belum lagi cicilan mobil,” ujar Riki lesu.

Dodi bersandar santai. “Lu kepala cabang, bro. Lu itu yang nentuin suplier mana yang bisa masuk atau enggak ke cabang lu.”

“Maksud lu?” tanya Riki curiga.

“Ya main lah dikit. Lu bakal ngelola anggaran besar. Lu ambil aja dulu buat nikahan. Nanti tinggal atur,” bisik Dodi.

“Lah, terus gantinya gimana?”

“Mainin suplier. Mereka harus bayar fee dulu biar bisa kerja sama. Dari situ lu nutupin. Simple kan?”

Riki menggeleng. “Ah, gue takut dipecat, bro. Lagian itu nggak bener.”

“Alah, jangan sok suci deh. Otak lu tuh dipake. Masa bos-bos enak-enak aja, kita yang kerja keras dapet sisa?” ucap Dodi dengan nada meremehkan.

“Tapi gue belum resmi jadi kepala cabang.”

“Udah ditetapkan. Tinggal nunggu penempatan. Minggu depan anggaran juga bakal cair,” jelas Dodi.

“Dari mana lu tahu?” tanya Riki curiga.

“Gue ini staf keuangan, bro. Semua data lewat meja gue. Tapi inget ya, kalau lu mau ikutin pola gue, kasih fee ke gue juga. Fair, kan?” ujar Dodi sambil tersenyum licik.

“Lu gak takut ketahuan?”

“Nggak lah. Gue udah lama main kayak gini dan aman-aman aja. Kalau kita gak korupsi, kapan kayanya, bro?”

Riki termenung. Pikirannya bercabang. Antara keinginan buat menikah mewah dan prinsip yang selama ini ia pegang.

“Ya udahlah, nanti gue pikirin dulu, bro,” jawab Riki pelan.

....

Sementara itu, di Bandara Raden Intan II, Anjani baru saja menjejakkan kakinya di tanah kelahirannya. Ia mencoba menelepon abangnya, Reno, tapi panggilannya tidak dijawab.

“Mana sih Bang Reno…” gumamnya kesal. Rina baru datang nanti sore bersama rombongan kementerian. Anjani memang sengaja datang lebih awal untuk bertemu abang tercinta.

Tiba-tiba…

“Anjaniiiii!” terdengar suara teriakan dari kejauhan.

Anjani menoleh cepat. Matanya menyipit, mencoba mengenali sosok lelaki yang berlari ke arahnya seperti adegan sinetron FTV.

“Rizki?” gumamnya, antara syok dan bingung.

Rizki sampai di hadapannya, napasnya ngos-ngosan tapi senyumnya tetap ceria. “Kamu nanya kenapa aku di sini?”

“Ya iyalah! Kenapa kamu di sini?” tanya Anjani, curiga.

“Abang kamu yang nyuruh aku jemput kamu.”

Anjani mengerutkan kening. “Kenapa juga dia percaya sama lelaki pecicilan kayak kamu?”

Rizki memasang wajah sedih dramatis. “Astaga, Anjani… aku ini sudah punya anak. Masa aku masih pecicilan?”

Anjani menghela napas kasar. “Ya sudah lah… ayo kita ke rumah.”

“Alhamdulillah!” seru Rizki senang.

“Kenapa?” Anjani memelototinya.

“Akhirnya aku dan kamu… jadi kita,” ucap Rizki sambil tertawa geli.

Anjani memonyongkan bibir. “Barusan bilangnya gak pecicilan lagi.”

“Eh, udah nih... awan makin gelap. Mau hujan. Cepet!” kata Rizki sambil menarik koper Anjani.

Belum sempat mereka masuk mobil, hujan langsung turun deras. Rizki buru-buru buka jaketnya dan menggunakannya sebagai pelindung kepala Anjani. Ia sendiri basah kuyup.

“Jangan so manis, nunggu reda aja,” protes Anjani sambil menoleh ke belakang.

“Gak bisa, sekarang ada peraturan baru. Parkir bandara gak boleh kelamaan,” elak Rizki.

Anjani memperhatikan wajah Rizki. Lagi-lagi bohong batinnya. Tapi melihat hujan makin deras, dia menyerah. Ia pun ikut berlari menuju mobil.

Sesampainya di mobil, Anjani berusaha membuka pintu belakang. Tapi… klik!… terkunci.

“Loh, kok gak bisa dibuka?”

“Pintunya lagi rusak,” jawab Rizki enteng.

Anjani menatap tajam ke arah Rizki. “Mobil baru kok pintunya rusak?”

Rizki masih dengan senyum sok polosnya. “Sepertinya harus komplain ke dealernya, ya.”

Anjani mendecak, tapi akhirnya masuk juga ke kursi depan. Rizki tampak puas.

Mobil melaju pelan, dan suasana di dalam cukup hening. Sampai akhirnya Rizki nyeletuk, “Duduk depan bareng kamu gini… rasanya kayak pacaran lagi.”

Anjani melirik tajam. “Siapa yang pacaran?”

“Eh, belum ya? Oke… PDKT dulu deh, insya Allah barokah.”

Anjani hanya menatap ke luar jendela, tapi ujung bibirnya tertarik sedikit. Meski menyebalkan, Rizki tetap saja bikin hatinya hangat—seperti teh panas di tengah hujan.

“Kenapa kamu di sini? Bukan kah perusahaan kamu ada di Jakarta?” tanya Anjani sambil menatap Rizki dengan heran.

“Perusahaanku sudah aku serahkan ke mantan istriku,” jawab Rizki santai.

“Demi anakmu, ya?” tebak Anjani.

“Iya. Aku gak bisa jauh dari anakku. Jadi aku pilih anakku, walau harus kehilangan perusahaan,” ucap Rizki sambil tersenyum ringan.

Anjani terdiam sejenak. “Jadi sekarang kamu tinggal di sini?”

“Ya iyalah... Siapa lagi yang mau nolong pengusaha kere kaya aku kalau bukan kakak kamu,” jawab Rizki sambil tertawa kecil.

Anjani memandang Rizki dengan bingung. “Kok kamu bisa biasa aja sih? Kamu kan kehilangan perusahaanmu.”

Rizki menoleh dan mengangkat bahu. “Ya gimana? Hidup cuma sekali, Jan. Kalau terlalu sayang sama harta, bisa gila. Lagian, masih ada kamu… Eh maksudku, masih ada keluarga.”

1
shari ayi
selamat berjuang rizki dan raka 💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪
Hainun Hanafiah
kok kaya kisah nyata yaa..
Rika Hassan Aulia
terimakasih Thor cerita yg keren happy ending bikin seneng... coba kl sad ending g bisa tidur 👍
Ari Peny
yaaa anjani kok kalah
Memyr 67
𝖻𝖾𝗋𝗁𝖺𝗋𝖺𝗉, 𝗌𝖾𝗍𝖾𝗅𝖺𝗁 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗅𝗎𝗌𝗂 𝖽𝗂𝗍𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺𝗉, 𝗋𝗂𝗄i, 𝗒𝗀 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂𝗇𝗒𝖺 𝖽𝗂𝗍𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺𝗉. 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗅𝗎𝗌𝗂 𝗆𝖾𝗇𝖾𝗋𝗎𝗌𝗄𝖺𝗇 𝗉𝗋𝗈𝖿𝖾𝗌𝗂 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗃𝖺𝗅𝖺𝗇𝗀 𝖽𝖺𝗇 𝖻𝖾𝗋𝗍𝖾𝗆𝗎 𝗌𝗂 𝗄𝖾𝗆𝖻𝖺𝗋 𝗇𝗂𝗇𝖺 𝗇𝖺𝗇𝗂, 𝗌𝖾𝗆𝗎𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗍𝖾𝗋𝗉𝖾𝗋𝗈𝗌𝗈𝗄 𝗓𝗂𝗇𝖺, 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗅𝗄𝖺𝗇 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗋𝗂𝗄𝗂 𝗌𝖾𝗇𝖽𝗂𝗋𝗂, 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗃𝖾𝗅𝖺𝗌.
Dedeh Dian
sungguh sangat bagus ceritanya.... makasih author
Dedeh Dian
terimakasih author...sangat sangat bagus ceritanya... terinspirasi..untuk menjadi lebih kuat.💪
Ladya
Cih nulis pake chatGPT aja bangga 😏
SOPYAN KAMALGrab: hahaha.... terimakasih KA udah mampir
total 1 replies
Memyr 67
𝗀𝖺𝗒𝖺 𝗁𝗂𝖽𝗎𝗉 𝗅𝗎𝗌𝗂? 𝗅𝗎𝗌𝗂 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀, 𝗆𝖺𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗆𝗈𝗋𝗈𝗍𝗂𝗇 𝗋𝗂𝗄𝗂, 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗎 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗒𝗀 𝖽𝗂𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝗋𝗂𝗄𝗂 𝗂𝗍𝗎 𝖻𝖺𝗇𝗍𝗎𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂𝗇𝗒𝖺. 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖼𝗈𝖼𝗈𝗄, 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗋𝗂𝗄𝗂 𝗍𝗎 𝗅𝗎𝗌𝗂. 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀.
Memyr 67
𝗂𝗇𝗂 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝗄𝖺𝗉𝖺𝗇, 𝗄𝖾𝗌𝖺𝖻𝖺𝗋𝖺𝗇𝗇𝗒𝖺 𝖺𝗇𝗃𝖺𝗇𝗂?
Alang Sari
kereen bab ini
Lina Gunawan
realita politik dn birokrasi di negeri antah berantah
Yusni
cerira yg menaruk....sesuatu yg jrg sekali ada di novel..semua dikemas dlm saty cerita walau ada jg yg typo ...semoga semakin keren lagi kedepannya
Lina Gunawan
suka bngt sm alur ceritanya, kereen thor/Good//Good/
Dessy Lisberita
anjani sekarang berkuasa dari kakenya
Alma Zhienot
nah kn Jamal lagiiiiii. awas aza kmu Jani kalo sampe mecat jamal
Alma Zhienot
brp kali idup kmu d selamatin sama Jamal hei janiiiiiiii.
Rafinsa
bingung euy..
Rafinsa
gimana sih maksudnya..
Dessy Lisberita
nasib wulan ya firman bukan orang sembarangan sama. dngan rizki
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!