Seri Kelanjutan dari Novel PENGUASA BENUA TERATAI BIRU. Bagi yang ingin menyimak cerita ini dari awal, silakan mampir di penguasa Benua Teratai Biru 1, dan Benua Teratai 2.
Dunia Kultivator adalah jalan menuju keabadian yang merupakan jalan para dewa. Penuh dengan persaingan, pertentangan dan penindasan.
Kisah ini menceritakan sosok Qing Ruo, pemuda yang memiliki takdir langit sebagai seorang penguasa. Sosok yang awalnya di anggap lemah, di hina dan hidup dalam penindasan.
Bagaimana kisahnya. Simak perjalanannya menjadi seorang penguasa.
Penulis serampangan.
Yudhistira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Berakhirnya Pertempuran.
Di sisi lain.
Dalu Rong dan Heian Bai yang melihat Qing Ruo menjadi pusat serangan para jenderal pasukan iblis, bergerak membantu Qing Ruo dan bertempur di sisinya.
" Saudara, terima kasih..." ucap Qing Ruo sambil terus bergerak melepaskan serangannya.
" Dalu Rong, Heian Bai, terima kasih..." suara Luo Xing berbicara dalam pikiran mereka.
" Baik jenderal, kami berdua akan melindunginya," ucap Dalu Rong dan Heian Bai bersaman, sedangkan Qing Ruo yang tidak mengetahui rencana mereka terus bergerak dengan ganas, dan menyerang dengan brutal.
Argh... Baj***n itu dilindungi semi abadi tingkat lima," ucap Mogui Zuixiao mengumpat, menatap Qing Ruo yang didampingi oleh Dalu Rong dan Heian Bai.
Dua belas jam kemudian, pertempuran tanpa henti itu membuat kedua belah pihak mulai sama-sama kelelahan, namun di pihak pasukan iblis kini tidak tersisa sedikitpun para pendekar tingkat Kaisar Dewa.
" Argh..." Mogui Wangzi meraung murka, menatap pasukan Jubah Emas dan Pasukan Pelindung Benua Teratai hitam dengan sorot mata penuh kebencian, terlebih lagi pada sosok Qing Ruo.
" Para Jenderal Mari kita mati bersama!" Teriak Mogui Wangzi memanggil puluhan jenderal yang tersisa, yang merupakan para pendekar semi abadi tingkat satu hingga tingkat empat, berkumpul membentuk lingkaran.
" Para jenderal, menjauh. Teknik penghancuran tubuh iblis...!" teriak Qing Ruo mengejutkan para jenderal pasukan jubah emas dan jenderal pasukan pelindung benua teratai hitam, membuat Mogui Wangzi dan Mogui Zuixiao sekali lagi begitu murka.
" Segel langit!" ucap Luo Xing, bergerak bersamaan kedua Jenderal utama lainnya sambil membuat segel tangan secara bersamaan.
" Swhus....." Balok-balok emas raksasa muncul dari kehampaan, membentuk kubus balok emas, dan mengurung Mogui Wangzi beserta rombongannya yang sedang berkumpul di tengah bola jaring emas raksasa.
" Segel!" teriak Luo Xing.
" Swhus...swhus...." puluhan para Jenderal serta ratusan prajurit yang tersisa mengirimkan kekuatan pada perisai emas itu, tanpa terkecuali Qing Ruo, Bai Xin dan pasukan pelindung Benua Teratai Hitam juga ikut mengirim kekuatannya.
" Dhuar..." ledakan dahsyat menggetarkan perisai emas tersebut, dan merusaknya, bahkan ratusan prajurit tingkat rendah, yang merupakan para pendekar tingkat dewa surga, hingga tingkat kaisar dewa yang ikut membantu mengirimkan kekuatan pada perisai emas itu, terlempar hingga puluhan meter dan melukainnya.
" Sangat kuat. Ledakan ini bahkan mampu menghancurkan seperempat benua teratai biru." Qing Ruo membatin, sambil menatap ratusan ribu prajurit jubah emas dan pasukan pelindung benua teratai hitam yang tersisa, yang tampak begitu kelelahan.
" Apakah ini sudah berakhir...?" tanya seorang rajurit pada temannya.
" Sepertinya demikian," ucap Luo Xing, sambil meminta pasukan itu bergerak menjauh sebelum mereka membuka perisai balok-balok emas raksasa tersebut.
Setelah prajurit beserta para Jenderal pasukan menjauh, Luo Xing dan kedua Jenderal utama itu lalu membuka kurungan emas itu secara perlahan.
Tampak hanya ada kekosongan, yang diserta debu yang langsung tersapu, membuat pasukan itu seketika bersorak gembira.
" Semuanya telah berakhir. Sebelum kembali, pulihkan diri kalian..." ucap Luo Xing memberi perintah.
" Terima kasih jenderal...." sambil bergerak menuju piringam emas raksasa yang ikut melebar, menampung seluruh prajurit yang ada di tempat itu.
Luo Xing, dan kedua Jenderal utama, serta para Jenderal lainnya, bergerak menuju tempat peristirahatan yang telah disiapkan oleh pasukan secara khusus untuk memulihkan diri. Sedangkan Bai Xin, lalu mengerahkan pasukannya untuk berkumpul sebelum meninggalkan tempat itu.
" Swhus..." Qing Ruo menghampiri Jinse dan Liong Hei yang berada di dalam kerumunan itu.
" Tuan..." menyapa Qing Ruo dengan hormat.
" Bagaimana keadaan kalian?"
" Tuan, kami baik-baik saja..." jawab Liong Hei, yang diikuti anggukan Jinse.
" Syukurlah.." sambil meminta mereka berdua untuk mengikuti rombongan pasukan pelindung Benua teratai Hitam.
" Tunggu aku di perbatasan daratan Kehampaan Abadi," ucap Qing Ruo sambil meminta mereka bersembunyi di tempat itu.
" Baik Penguasa..."
Tidak lama kemudian, Bai Xin yang telah selesai mengarahkan pasukannya, lalu berpamitan pada Luo Xing dan para Jenderal pasukan langit lainnya, dengan perlahan bergerak meninggalkan tempat itu.
" Saudara Qing Ruo," ucap Heian Bai dan Dalu Rong menghampiri Qing Ruo yang berpura-pura hendak bergerak meninggalkan tempat itu.
" Saudara, bicaralah..." ucap Qing Ruo ramah.
" Apakah suadara akan pergi? kami berdua ingin mengenalkan saudara pada jenderal besar," ucap Heian Bai.
Qing Ruo menganggukkan kepalanya menatap mereka dengan ramah.
" Saudara Heian Bai, saudara Dalu Rong, terima kasih atas niat baik kalian, namun aku rasa itu juga percuma, karena aku juga tidak bisa kembali ke daratan ilahi. Aku Qing Ruo akan selalu mengingat kalian. Sampai jumpa di lain kesempatan....," ucap Qing Ruo tiba-tiba menghentikan kata-katanya saat seorang komandan pasukan menghampiri mereka.
" Jenderal Heian Bai, jenderal Dalu Rong, Jenderal besar memanggil, dan meminta jenderal untuk membawa tuan ini untuk menghadap.." sambil menangkupkan tangannya dengan hormat.
" Baik, kembalilah. Kami akan memyusul," jawab Dalu Rong sambil menatap Qing Ruo yang tampak ragu.
" Saudara, ayolah," ucap Dalu Rong dengan penuh semangat tetapi dengan wajah ragu.
" Suadara, bicaralah," ucap Qing Ruo.
" Saudara, kebetulan sekali. Ini adalah kesempatan saudara untuk menemui jenderal besar, dan kembali ke daratan Ilahi, teapi..." ucap Dalu Rong ragu.
" Bicaralah..." ucap Qing Ruo penasaran.
" Jenderal Besar Luo Xing, mungkin menyukai saudara, tetapi tidak dengan jenderal Kongqi Chu dan Jenderal Baoyang Ran..." berbicara melalui telepati sambil mengarahkan pandangannya pada dua jenderal yang duduk bersama Luo Xing.
" Mengapa bisa demikian?" tanya Qing Ruo heran.
" Mereka berdua adalah Jenderal kepercayaan Kaisar langit Baoyang Tian. Dan mereka sangat tidak senang pada para jenius..." ucap Heian Bai, membuat Qing Ruo tertawa kecil.
" Suadara, ini serius..."
" Aku tahu, tetapi kata jenius itu..." ucap Qing Ruo terkekeh.
" Hais, saudara ini. Mereka sangat tidak suka pada seseorang yang bisa mengancam keberadaan mereka..." Heian Bai menjelaskan.
" Lalu apa yang harus aku lakukan?"
" Kami berdua ingin saudara mengaku sebagai orang dari Klan Shen Shandian Luo. Alasannya, jika saudara mengaku berasal dari klan kecil di luar klan utama, aku yakin mereka berdua tidak akan memberi wajah, bahkan kesempatan saudara untuk kembali ke dataran ilahi akan sangat sulit..." Dalu Rong menjelaskan.
" Benar, tetapi-"
" Ambilah, aku secara tidak sengaja melakukannnya," ucap Heian Bai memberikan cincin penyimpanan pada Qing Ruo dengan cepat, yang berisi lencana dari prajurit Klan Luo yang mati dalam pertempuran sebelumnya.
" Baik saudara, terima kasih..." sambil bergerak meninggalkan tempat itu.
****
Di atas piringan emas raksasa.
Luo Xing, Baoyang Ran dan Kongqi Chu duduk dengan tenang, berbincang-bincang santai sambil mendengarkan laporan dari masing jenderal.
" Lapor Jenderal, jumlah pasukan yang tersisa sebanyak seratus tiga puluh lima ribu orang. Delapan puluh ribu luka ringan dan dua puluh lima ribu luka berat..."
" Itu berarti kita kehilangan seratus enam puluh lima ribu prajurit," ucap Kongqi Chu sambil menggelengkan kepala.
" Benar, tetpi pihak musuh bahkan kehilangan lima ratus ribu prajuritnya..." ucap Luo Xing.
" Baik, perintahkan mereka yang tidak terluka untuk membantu para petugas medis. Karena semakin cepat kita pergi maka semakin baik," ucap Baoyang Ran.
" Baik jenderal," jawab sang komandan lalu meninggalkan tempat itu.
Tidak lama kemudian, Qing Ruo, Dalu Rong dan Heian Bai tiba di tmpat itu.
" Jenderal..." ucap Qing Ruo dan rombongannya memberi hormat.
" Kemarilah...!" ucap Luo Xing, menyambut kedatangan mereka dengan ramah, sambil mempersilakan mereka duduk pada kursi yang tersedia.
" Jenderal Heian Bai, Dalu Rong, terima kasih..." ucap para jenderal itu lalu menatap Qing Ruo yang masih terdiam.
" Jenderal, Aku Luo Ruo," ucap Qing Ruo memperkenalkan diri, menangkupkan tangannya dengan hormat.
" Luo Ruo, terima kasih," ucap Luo Xing, Baoyang Ran dan Kongqi Chu satu persatu, sambil menangkupkan tangannya, membuat Qing Ruo berdiri dari kursinya.
" Jenderal, ini... Aku tidak pantas mendapat hormat dari kalian..." sambil menangkupkan tangannya dengan hormat.
" Luo Ruo, kemenangan ini semua berkatmu," ucap Luo Xing dengan gembira.
" Jenderal, ini berkat kerja sama semua orang, bahkan mereka yang telah tiada. Tanpa hal itu, mustahil ada kemenangan..." Qing Ruo merendah, membuat Luo Xing semakin menyukainya.
" Baiklah... baiklah. Jenderal Heian Bai, Dalu Rong, silakan beristirahat dan pulihkan diri kaliam," ucap Baoyang Ran.
" Baik jenderal..."
" Saudara Luo Ruo, kami pergi dulu..." ucap Heian Bai sambil bergerak meninggalkan tempat itu.
" Jenderal, bagaimana dengan hamba?." tanya Qing Ruo dengan heran.
" Luo Ruo, kamu tetap disini. Ada beberapa hal yang ingin kami bicarakan denganmu," ucap Baoyang Ran serius.
" Baik Jenderal," jawab Qing Ruo dengan tenang.
Setelah Dalu Rong dan Heian Bai benar-benar pergi, Baoyang Ran lalu menyegel tempat itu, membuat Qing Ruo yang sebelumya begitu tenang tampak begitu terkejut.