Hana, sosok istri bertubuh gendut terpaksa harus menelan pil pahit saat suaminya melemparkan sebuah surat perceraian tepat mengenai wajahnya.
Ternyata menjadi sosok istri baik dan penurut saja tak membuat Bagas merasa bangga. Nyatanya, Hana harus menerima kenyataan bahwa suaminya berselingkuh dengan sang adik tiri lantaran tubuhnya sudah tak semolek dulu lagi.
Tiga tahun pasca kejadian itu, Hana datang kembali dengan penampilan fantastis dan juga drastis. Inilah saatnya ia mengacaukan hidup Bagas dan si Adik tirinya yang tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adinasya mahila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Offside
“Tunggu! apa aku tidak salah dengar, apa yang Mama kirim ke apartemen Hana?”
Kelana yang baru saja mengambil minum di kulkas nampak kaget saat Dinar yang duduk di meja makan mengatakan, bahwa dia mengirim seorang guru kepribadian untuk Hana.
“Aku tidak ingin punya menantu yang brandalan seperti dia, kamu tahu dia bertengkar dengan wanita bahkan saling jambak, ada videonya dan itu viral, kalau sampai nenekmu tahu, apa kamu pikir kamu masih bisa selamat? Aku yakin kamu akan disunat olehnya menggunakan gunting rumput.”
Kelana bergedik, ucapan Dinar benar-benar sangat mengerikan jika dibayangkan. Ia tidak tahu kalau kejadian pertengkaran Hana dan Bunga bisa tersebar ke sosial media. Zaman sekarang memang jarang orang yang mau memikirkan perasaan orang lain, seperti para pembaca novel online yang suka komentar pedas bahkan menyumpahi penulis cerita jika tidak sesuai dengan apa yang dia kehendaki, begitu juga dengan orang yang menyebarkan video perkelahian dua wanita yang memiliki hubungan dengan Bagas itu, dia tidak memikirkan akibat yang bisa terjadi karena keisengannya.
“Dia itu manis tahu Ma,” ucap Kelana dengan senyuman di wajah. Ia seperti tidak sadar mengucapkan hal itu, karena tiba-tiba dia melebarkan matanya. Untuk menutupi rasa canggung di dada, Kelana memilih membuang muka.
“Kamu sepertinya sangat menyukai wanita itu, padahal dia janda. Kamu tidak akan bisa merasakan yang namanya belah duren, durennya sudah terbelah,” cicit Dinar. Wanita itu memandang sang putra dari balik kacamata yang dia kenakan untuk menatap layar ponsel.
“Tidak masalah, karena menikah itu bukan sekedar belah membelah Ma, tapi di sini.” Kelana menunjuk dadanya, kemudian memulas senyum seolah mengejek Dinar dan memilih pergi meninggalkan sang Mama.
“Jika dia tidak bisa melewati tes kepribadian itu, jangan harap aku akan menerimanya sebagai menantu!” ujar Dinar.
***
“Aku cantik, aku langsing, aku bahagia,” ucap Hana pagi itu sambil mematut dirinya di depan cermin.
Wanita itu berputar sekali untuk memastikan penampilannya. Kemeja merah muda dengan kerah renda, juga rok ketat selutut yang membentuk lekuk badan membuat Hana nampak lebih seksi. Tak lupa juga Hana semprotkan parfum ke leher dan pergelangan tangan.
Ia menghirup aromanya dan berkata, “Ah … parfum merek centel memang beda dari parfum yang ada di toserba, wanginya seperti orang kaya.”
Hana terkekeh sendiri, dia letakkan parfum itu ke tempatnya dengan hati-hati. Mendapat banyak uang dari Kelana membuatnya bisa memberi barang-barang yang dia inginkan. Ia pun keluar kamar setelah mengenakan sepatu, tak lupa dia meminum segelas susu nutrisi untuk pengganti sarapan.
Mungkin bagi orang yang tidak tahu, Hana seperti wanita pada umumnya. Namun, sejatinya dia sedikit berbeda dari sebelum diceraikan oleh Bagas.
Hana memiliki kecemasan yang sangat berlebihan tentang berat badan, dia bahkan memiliki lima timbangan digital di rumah karena menurutnya satu timbangan saja tidak bisa dijadikan acuan. Meski terkadang dia mau makan di luar menu dietnya, tapi setelah itu dia pasti akan melakukan diet ekstrim dengan hanya memakan satu buah apel dan segelas susu nutrisi selama berhari-hari. Untung saja dia mengkonsumsi vitamin, sehingga tubuhnya terlihat bugar.
Mengibaskan rambut yang dia ikat model ekor kuda, Hana kaget saat berbalik dan mendapati Nila dan dua pengawal yang semalam dia temui sudah berada di depan mukanya. Pundaknya terjatuh, melihat tampang tiga mahkluk itu membuat suasana hati Hana sedikit kacau.
“Apa harus mulai hari ini? setidaknya biarkan aku mengadu dulu pada Kelana, dia harus tahu apa yang dilakukan mamanya ke aku, dia bahkan tidak membalas pesanku,” cerocos Hana dengan nada suara manja, bahkan menggoyang-goyangkan pundaknya.
“Masih kekanak-kanakan di depan orang lain, poin minus sepuluh,” ucap Nila sambil membuka sebuah catatan kecil di tangannya.
Hana yang melihat pun seketika melongok kaget dan mencoba merebut catatan itu dari tangan Nila. “Apa yang kamu lakukan? Aku pikir kita teman,” ucapnya.
Nila pun mengedip heran, apa karena kemarin dia lebih ramah dari Tria sehingga Hana menganggapnya teman?
“Maaf tapi saya harus bekerja dengan profesional,” jawab gadis yang Hana perkirakan masih berumur dua puluh tahunan itu.
“Harusnya kamu catat juga, melihat catatan orang lain adalah tindakan kurang baik,” ucap salah satu pengawal itu dengan cara berbisik.
Hana pun membuang muka, dia berdehem sebelum berkata,” Baiklah, kalau itu yang kalian inginkan, kalian ingin tahu sebaik apa kepribadianku ‘kan?”
Nila mengangguk cepat, bersamaan dengan itu Hana melepas sepatu dan menaikkan roknya.
“Kalau begitu kejar saja aku kalau bisa.” Hana berlari masuk ke dalam lift dan langsung menutupnya. Ia bahkan menekan terus tombol tutup agar ke tiga orang yang mengejarnya tidak bisa masuk. Hana tertawa puas dengan apa yang baru saja dia lakukan.
“Kalian pikir mudah berurusan denganku, jika dia tidak mau menjadikanku menantu ya sudah, toh yang rugi putranya sendiri,” gerutu Hana. Ia tersenyum lebar dan keluar dari lift.
Namun, tak dia sangka tiga orang itu sudah berdiri di hadapannya. Bahkan Nila nampak menunduk sambil memegangi perutnya. Gadis itu mengeluarkan kartu kuning lalu diacungkan ke Hana.
“Kamu pikir aku pemain sepak bola? Memang apa yang aku lakukan? aku tidak melanggar apapun?”
“Jika sampai saya Anda mendapat kartu merah, artinya kepribadian Anda benar-benar sangat buruk Nona, kita bahkan tidak perlu observasi lagi," ucap Nila sambil mengatur napasnya.
“Kenapa aku?” tanya Hana ke Nila sambil mendekat ke salah satu pengawal yang juga nampak mengatur napas. “Siapa namamu?”
“Budiman,” jawab Pria itu.
“Seharusnya dia yang kamu beri kartu kuning, lihat bibirnya offside.”
“Nona Hana, Anda tidak boleh body shaming,” pekik Nila. Sementara Budiman langsung memegang bibir.
_
_
_
_
😜 jarinya jangan sampai off side ya 😘 komen yg baik aja 🤣🤣
tidak ada pembenaran untuk perselingkuhan, alasannya hanya satu yaitu nafsu, nafsu ingin memiliki yang lebih dari apa yang sudah mereka miliki. l