Mariza dan Derriz menikah karena perjodohan. Selama satu tahun pernikahannya, Derriz tak pernah menganggap Mariza.
Mereka tinggal satu rumah tapi seperti orang asing. Derriz sendiri yang membuat jarak diantara mereka. Karena Derriz mencintai dan masih menunggu mantan kekasihnya kembali, Luna.
Seperti yang di katakan Derriz di awal pernikahannya. Mereka akan berpisah ketika Luna kembali. Apalagi Mariza tak bisa membuatnya jatuh cinta. Bagaimana bisa jatuh cinta jika selama ini saja Derriz selalu menjaga jarak darinya. Bukan hanya di rumah, tapi di kantor juga mereka seperti orang asing.
"Apa alasanmu ingin bercerita dariku?" tanya Derriz saat Mariza memberikan surat cerai yang sudah dia tandatangani.
"Apa aku kurang memberikan uang bulan padamu? Apa masih kurang?" Derriz tak terima Mariza ingin bercerai darinya.
"Karena masa lalumu sudah kembali, Mas! Aku pergi karena aku sudah tak ada gunanya lagi di sini!" jawab Mariza.
"TIDAK!" jawab Derriz membuat Mariza bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Pamit, Mas! 19
"Apa kamu memakai make up? Kenapa tebal sekali?" tanya Derriz penasaran.
"Iya," jawab Izha singkat.
"Apa karena kamu sedang dekat dengan pria lain? Sudah aku katakan padamu! Jaga batasanmu sebagai wanita beristri! Jangan terlalu dekat dengan pria lain!" kesal Derriz pagi-pagi.
"Apa aku boleh meminta hal yang sama? Jika tidak, maka jangan bicara seperti itu, Mas. Silahkan makan sarapannya,"jawab Izha membuat Derriz terdiam.
Derriz kesal melihat Istrinya yang tak pernah berdandan kali ini memakai make up. Dalam keadaan badan yang mulai tak karuan setelah sebelumnya kehujanan dan kemarin di pukuli ayahnya. Izha masih melakukan pekerjaan rumah seperti biasa dan menyiapkan sarapan untuk suami tanpa mengeluhkan apapaun ataupun meminta sedikit perhatian suaminya.
"Apa kamu masih mencintaiku Izha?" untuk kedua kalinya dalam waktu berbeda Derriz bertanya hal ini.
"Dulu iya, sekarang tidak," jawab Izha menatap ke arah suaminya, Derriz melihat ada yang aneh dengan bibir Izha yang sedikit bengkak. Apa kemarin terjadi sesuatu padanya?
"Semudah itu perasaan kamu berubah?" Tanya Derriz kembali.
"Iya," jawab Izha kembali melanjutkan sarapannya.
Walau bibirnya terasa sangat perih dan sakit kerena lu-ka pukulan ayahnya. Dia harus tetap makan. Dia harus tetap kuat dan sehat setidaknya untuk dirinya sendiri.
"Kenapa kamu berubah Izha?" pertanyaan aneh yang di lontarkan Derriz.
Padahal yang membuat Izha berubah adalah dirinya. Beberapa hari ini dia merasa tak karuan dengan perasaanya. Apalagi setelah melihat Izha mulai dingin padanya. Belum lagi ada jas pria di kamar Izha. Membuatnya semakin tak karuan, bahkan saat bersama dengan Luna, yang ada dalam benaknya malah Izha. Dia tak suka dengan perasan ini.
"Aku hanya menyesuaikan situasi dan keadaan, Mas!" jawab Izha yng kaget saat berbalik dari wastafel suaminya ternyata ada di belakang dia.
"Kenapa kamu tak lagi mencoba mencari perhatian padaku seperti dulu? Kenapa kamu bersikap dingin padaku? kenapa kamu berubah? Katakan padaku, siapa pria yang sedang dekat denganmu?"tanya Derriz memberondong Izha banyak pertanyaan.
"Kamu sendiri tahu jawabannya Mas. Kenapa kamu malah bertanya lagi padaku? Maaf saya harus segera berangkat. Nanti saya akan terlambat tidak kebagian angkutan umum," jawab Izha yang sudah malas berdebat dengan Derriz akhir-akhir ini.
Bukankah dia sudah memberikan berkas perceraian mereka ke pengadilan? Lalu kenapa dengan dia sekarang? Sikap Derriz membuat dia merasa bingung. Apa dia sedang berakting karena takut jika Izha mengatakan keburukannya kepada Kakek Bima? Deris menghela napas panjang. Jawabannya karena Luna. Entah apa saja yang sudah di katakan Luna kepada Izha sehingga membuat senyum di bibir istrinya tak pernah dia lihat lagi. Tatapan penuh cinta sudah menghilang.
"Kenapa dengan bi-birmu? Kenapa bisa luka seperti itu? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Derriz membuat Izha yang sedari tadi memalingkan wajahnya menatap kepada Derriz.
"Apa jika aku katakan kamu akan peduli, Mas? Bukankah yang hanya kamu tahu dariku, jika aku adalah wanita matre saja?"jawab Izha, tatapan penuh lu-ka dan kecewa terlihat semakin besar di matanya.
"Aku suamimu, Izha!" jawab Derriz pelan.
Bahkan dia sedikit malu mengatakan hal itu kepada istrinya. Suami macam apa dia untuk Izha? Tangan Derriz terulur untuk menyentuh ujung bibir Izha yang terlu-ka. Walau dia coba untuk menutupinya, ternyata masih terlihat juga.
"Iya Mas. Aku tahu kamu pria yang berstatus suamiku. Hanya status dan tak bisa mengubah apapun. Toh satu tahun pernikahan kita juga tidak ada artinya mas. Karena kamu tak pernah mau membuka hatimu untukku. Aku sudah mempersiapkan diri untuk melepaskanmu bersama dengan wanita yang kamu cintai. Ku doakan semoga kamu bahagia bersamanya. Aku juga harus memulai hidupku yang baru," ucap Izha yang menahan tangan Derriz untuk menyen-tuhnya.
"Jangan bersikap seperti ini padaku Mas, jangan memberikan aku harapan yang tak akan pernah bisa terwujud. Bersikap biasa di ujung perpisahan kita. Aku tak pernah marah kepada siapapun, termasuk padamu, Mas. Aku ikhlas dengan takdirku, karena memang sebenarnya, aku tak pernah di takdirkan untuk bahagia," tambah Izha.
Greeeepp
Derriz memeluk Izha dengan erat. Dulu, dulu saat wanita yang di cintai suaminya belum kembali. Saat dia masih berusaha untuk mendapatkan perhatian dan cinta suaminya. Mungkin akan sangat bahagia mendapatkan pelukan seperti ini. Tapi sekarang, bahkan hanya rasa sakit yang dia rasakan. Bahkan dia tahu suaminya jauh lebih banyak memeluk pria lain. Sedangkan padanya?
"Tunggulah sebentar lagi. Sampai kakek benar-benar sehat dan bisa menerima Luna. Aku akan melepaskan kamu, Izha. Karena aku sadar bukanlah pria yang bisa membahagiakan kamu. Tapi aku minta, selagi kamu menjadi istriku, jangan terlalu dekat dengan pria manapun. Jangan sampai kakek melihatnya dan membuat dia sedih," ucap Derriz.
Tanpa di sadari ucapannya itu kembali membuat Izha semakin sakit. Ternyata demi Luna. Semua perlakuan suaminya ini demi Luna. Bahkan pelukan untuknya ternyata hanya untuk Luna, bukan karena benar-benar peduli dengan dirinya.
"Maaf saya harus ke kantor. Karena saya harus memiliki tabungan untuk melanjutkan hidup sebelum perpisahan,"Izha sedikit mendorong tubuh suaminya.
"Kita pergi bersama," jawab Derriz.
"Tidak usah, Mas. Karena berangkat denganmu pada akhirnya akan di turunkan lagi. Satu yang ku pinta darimu. Sebelum perpisahan kita, bersikap biasa seperti yang kamu lakukan selama satu tahun ini padaku. Anggap saja aku tak pernah ada seperti selama ini," tolak Izha kembali Derriz hanya bisa menatap punggung Izha yang menjauh.
"Apa aku salah bicara lagi? Kenapa sulit sekali memahami keinginan dia? Astaga, siapa yang sudah membuat dia terlu-ka? Apa ayahnya? Kenapa sampai terlu-ka seperti itu? Kenapa aku peduli kepada dia? Aku tak mungkin mulai suka padanya. Wanita yang aku cintai hanyalah Luna!" kembali Derriz berbicara sendiri di dalam mobilnya.
akhir nya babang axcel turun tangan jg menyelamatkan izha
skrg otw menjemput calon ibu mertua mu ya babang axcel👍👍
muak sangat sm s derris
buat izha cepet bebas dr derris n axcel membantu smua nya biar lancar
klau udh beres dgn derris br izha d bantu axcel untuk menyelamatkan ibu nya
babang axcel gercep dong tolongin izha ya, kasian izha sendirian