NovelToon NovelToon
Derajat Rumah Tanggaku

Derajat Rumah Tanggaku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:9.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: Nona Marwa

Namanya adalah Haidee Tsabina, wanita cantik dengan hijabnya yang merupakan istri seorang Ibrahim Rubino Hebi. Kehidupan keluarga mereka sangat harmonis. Ditambah dengan seorang anak kecil buah cinta mereka yaitu Albarra Gavino Hebi

Tapi semua berubah karena sebuah kesalahpahaman dan egois yang tinggi. Rumah tangga yang tadinya harmonis berubah menjadi luka dan air mata.

Sanggupkah Haidee dan Ibra mempertahankan keluarga kecil mereka ditengah banyaknya rintangan dan ujian yang harus mereka hadapi? Atau mereka akan menyerah pada takdir dan saling melepaskan? Yuk baca kisahnya.

Follow Ig author @nonamarwa_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4

Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa

🌹HAPPY READING🌹

Bukti tidak selalu menunjukkan kebenaran. Kata-kata Bi Nini selalu terngiang di telinga Ibra. Mungkinkah selama ini ia salah, tidak mempercayai perkataan istrinya. Mungkinkah istrinya dijebak sehingga harus menanggung semuanya? segala macam dugaan ada di benak Ibra. Pikirannya menerawang kepada kejadian satu tahun yang lalu.

*Flashback

Di Aula sebuah Hotel mewah milik keluarga Hebi sedang diadakan perayaan ulang tahun seorang anak kecil yang ke tiga tahun. Perayaan diadakan dengan sangat mewah. Karena ini adalah ulang tahun cucu seorang konglomerat, Albarra Gavino Hebi. Ya, ini adalah acara ulang tahun Al yang ke tiga. Wijaya Hebi, yang merupakan kakek Al dan juga Ayah dari Ibra, mengadakan acara mewah ini untuk cucu kesayangannya. Semua tamu undangan nampak sangat menikmati acara. Mulai dari anak-anak panti asuhan hingga para kolega bisnis HGG Ofiice.

Acara berlangsung aman dan menyenangkan. Sampai saat pemotongan kue, Al tidak melihat keberadaan nenek kesayangannya, Raina Wijaya, mama dari Ibra.

"Umi, nenek kemana? kue peltama ini mau Al kasih sama nenek, kalna nenek adalah nenek kesayangan Al," ucap Al menanyakan keberadaan Raina.

Semua orang yang mendengar ucapan Al melihat sekitar, dan memang tidak menemukan keberadaan Reina.

"Mungkin nenek sedang ke toilet. Al potong kue dulu, ya," jawab Dee.

"Tapi Al ga mau kalau ga ada nenek, Umi," rengek Al pada Dee.

Ibra yang melihat anaknya akan menangis langsung menggendong Al dan menenangkannya. Acara pemotongan kue terpaksa ditunda, dan para tamu undangan di minta untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan lebih dulu.

"Mas, Adek cari mama dulu yaa. Mungkin mama masih di toilet," ucap Dee izin kepada Ibra.

"Iya sayang, kamu hati-hati ya," jawab Ibra mencium pucuk kepala Dee yang tertutup oleh hijabnya.

sudah lima belas menit, namun Dee belum juga kembali dari mencari Raina. Wijaya yang sedari tadi gelisah menghampiri Ibra, "Kenapa Dee lama sekali, papa jadi ga tenang kalau kayak gini," ucap Wijaya.

"Tenang pa, mungkin mama masih di toilet," ucap Ibra menenangkan Wijaya.

Sesampainya di toilet, Dee membuka satu persatu pintu dan tidak menemukan keberadaan mertuanya.

"Apa mungkin mama kembali ke kamar," gumam di pada diri sendiri.

Akhirnya, Dee memutuskan untuk mencari mertuanya ke kamar khusus keluarga Hebi. Disepanjang lorong hotel, Dee merasakan kekhawatiran. Entah mengapa, ia merasa akan terjadi hal buruk pada keluarganya. Sampai di depan pintu kamar Dee langsung masuk, dan alangkah kagetnya Dee melihat mertuanya sedang melindungi diri dari seorang yang menggunakan topeng yhendak menusukan pisau ke arah mertuanya.

"MAMA," teriak Dee dan langsung berlari membantu mertuanya.

Tapi terlambat, "sret," orang itu berhasil menusukan pisau ke perut Raina. Tidak hanya satu, orang bertopeng itu melakukannya sampai tiga tusukan, dan berlari kabur keluar melewati Dee yang masih syok menyaksikan semua yang terjadi didepan matanya. Raina tergelatak dilantai dengan darah yang mengalir. Dengan sekuat tenaga Raina berusaha untuk tidak memejamkan mata dan berusaha untuk memanggil Dee.

"D-dee," panggil Raina terbata-bata menahan sakit.

Dee langsung berlari dan bersimpuh didepan Raina, membawa kepala Raina kepangkuannya. Air mata Dee sudah tak terbendung. Tangannya dipenuhi oleh darah Raina.

"Dee, ma,,maaf,,kan,,ma,,ma," ucap Raina terbata-bata.

"Mama, hiks ga pernah salah hiks sama, Dee hiks,' ucap Dee terisak memandang wajah Raina.

"Mama bertahan yaa, mama kuat."

"To-long cab-but pisau i-ini, Dee. Sa-saakiit," ucap Raina memohon kepada Dee.

Dee yang awalnya menolak tidak kuasa melihat mertuanya yang menahan sakit. Hingga akhirnya, Dee memberanikan diri untuk mencabut pisau dari perut Raina.

"APA YANG KAU LAKUKAN, DEE," suara bariton Ibra mengagetkan Dee. Dee yang kaget bukannya mencabut pisau dari perut Raina, malah semakin menancapkanya karena terkejut.

Semua orang yang ada di sana terkejut bukan main. Dari arah mereka terlihat jelas, Dee menusukkan pisau ke perut Raina. Mereka yang melihat itu adalah Ibra, Wijaya, Al yang berada digendongan Wijaya, Naina, kedua orang tua Dee dan juga Kevin (sahabat sekaligus asisten pribadi Ibra).

"Mas ini ga seperti yang kamu liat mas. Tadi waktu aku masuk ada seseorang yang nyerang mama dan nusuk mama, mas," Ibra hanya diam melihat Dee dengan emosi yang memuncak.

"Pa, papa percaya Dee kan. Bukan Dee, yang nusuk Mama. Ayah sama Ibu percayakan," ucap Dee meyakinkan semua orang. Ketakutan kini dirasakannya. Bagaimana jika semua orang tidak percaya padanya, bagaimana jika nanti mama mertuanya tidak selamat?

"Ibra, cepat bawa mama ke rumah sakit," titah Wijaya tanpa mendengarkan perkataan Dee.

Ibra langsung mengangkat Raina dan membawa ke rumah sakit. Saat sampai di rumah sakit, Raina langsung ditangani oleh dokter. Semuanya ikut ke rumah sakit. Merek menunggu di luar ruangan UGD selagi Raina diperiksa dokter.

Terlihat Al yang menangis di pelukan Ibra sambil terus memanggil-manggil neneknya. Wijaya berjalan mondar-mandir didepan pintu UGD, dan yang lainnya duduk di kursi dengan perasaan cemas. Diam-diam ada seseorang yang menghubungi polisi untuk melaporkan Dee.

Ibra yang melihat Dee sedang menangis di pelukan bundanya, langsung menghampiri setelah sebelumnya menyerahkan Al pada Naina. Ibra melepaskan Dee dari pelukan bundanya. Ia langsung memberikan tamparan di wajah istrinya itu.

"Plak"

"Plak"

Tidak hanya sekali, Ibra menampar pipi kiri dan kanan Dee secara bergantian, dengan sangat keras. Hingga sudut bibir Dee mengeluarkan darah segar.

"Kalau sampai terjadi apa-apa sama mama, kamu harus bertanggung jawab atas semua ini."

"Tapi bukan Adek yang melakukannya, mas."

"Apa kamu pikir, kami semua buta tidak melihat kejadiannya. Kamu menusukan pisau kepada mama. Ingat Dee, dia itu mertua mu, IBU DARI SUAMIMU SENDIRI", bentak Ibra tepat didepan wajah Dee. Amarah dan kecewa menjadi satu. Membuat Ibra tidak bisa melihat wajah ketakutan dan kesakitan Dee. Air matanya sedari tadi tidak berhenti mengalir. Jari tangan yang saling meremas menandakan bahwa ia sangat ketakutan melihat kemarahan Ibra.

"Ceklek"

Pintu UGD terbuka dari dalam dan melihatkan seorang dokter yang masih menggunakan masker rumah sakit.

Semua orang yang melihat dokter keluar langsung berdiri menghampiri.

"Dokter bagaimana keadaan mama says ?" tanya Ibra cepat.

"Pasien sadar, dan dia ingin bertemu dengan semua anggota keluarganya," ucap dokter kepada Ibra.

Mereka semua masuk. Berjalan perlahan mendekati ranjang tempat Raina. Raina yang semula hanya menatap langit kamar menahan sakit di tubuhnya dengan pandangan kosong menoleh, melihat semua keluarganya.

Dee hanya berdiri di depan pintu, dia tidak berani melihat keadaan mertuanya.

"Mama baik-baik saja? mana yang sakit? bilang sama papa yaa. Papa akan hukum orang yang buat mama jadi kaya gini," ucap Wijaya menangis melihat keadaan istrinya.

Raina menatap satu persatu orang yang ada di ruangan itu, tapi dia tidak menemukan orang yang dia cari. Air mata Raina mengalir saat matanya melihat Dee yang berdiri seorang diri di ambang pintu.

Dengan sekuat tenaga Raina berusaha mengangkat tangannya menunjuk kearah Dee, dan berhasil. Niat Raina memanggil Dee agar mendekat disalah artikan. Semua orang yang ada diruangan melihat arah tunjuk Raina. Semua mengira bahwa Raina menunjuk Dee, itu menandakan bahwa Dee yang telah mencelakainya. Setelah menunjuk ke arah Dee, Raina kembali tak sadarkan diri.

......................

Hai Teman-Teman, Terimakasi sudah mampir dan temani Dee menggapai kembali cinta suaminya yaa ,,,

Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa untuk melihat ucapan ucapan mutiara author yaa.....

1
Sri Rahayu
kasian dee/Sob//Sob/
Nur Aulia
terlalu banyak bawangnya tor,aku JD 😭😭
Rini Amelia
Luar biasa
Nur Aulia
suami jolim banget SM istri,, katanya CEO tp bodoh,,bukanya di cari dl siapa yg salah,,jgn main hakim sendiri
Qaseh Khadijah
Kecewa
Qaseh Khadijah
Buruk
Qaseh Khadijah
Kecewa
Qaseh Khadijah
Buruk
Novianty 01
karya yg sangat luar biasa😊😊
Ratnasihite
selalu nangis dgn pelajaran novel ini bagud👍
Ratnasihite
aq nangis baca novel ini jd inget alm mama papa
dugong
Luar biasa
punya tian
lagian aku greget anjayy ama si dee
Yushfi 853
Luar biasa
Nnek Titin
kena deh d prank ibraa
tapi seruuu puas bgt bacanya
terimakasih thooor
semoga karya mu selalu d gemari
Nnek Titin
padahal ijab kabul nya ga sah tuh Thor pengucapan nya ga pake Binti
Nnek Titin
ooohhgg melowww
Nnek Titin
ko bisa giniiii thooorr nangis akuuuu
berbahagialah dee
Nnek Titin
waaah untung besar dong ibunya Jaka dapet duit banyaak
paling buat berobat Jaka 15rb tuuh beli betadine
Nnek Titin
ini bukan handall lagi
ini mah kelasss kata org serang mah
beeud dah paling Top
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!