NovelToon NovelToon
Zehya The Misterius Painter

Zehya The Misterius Painter

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cerai / Kaya Raya / Keluarga / Putri asli/palsu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: yunacana

Cinta yang datang dan menetap di relung hati yang paling dalam tanpa aba-aba. Tanpa permisi, dan menguasai seluruh bilik dalam hati. Kehadiran dirimu telah menjadi kebutuhan untukku. Seolah duniaku hanya berpusat padamu.

Zehya, seorang gadis yang harus bertahan hidup seorang diri di kota yang asing setelah kedua orang tuanya berpisah. Ayah dan ibunya pergi meninggalkan nya begitu saja. Seolah Zehya adalah benda yang sudah habis masa aktifnya. Dunianya berubah dalam sekejap. Ayahnya, cinta pertama dalam hidupnya, sosok raja bagi dunia kecilnya, justru menjadi sumber kehancuran baginya. Ayahnya yang begitu sempurna ternyata memiliki wanita lain selain ibunya. sang ibu yang mengetahui cinta lain dari ayahnyapun memutuskan untuk berpisah, dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Zehya bukanlah anak kandung dari wanita yang selama ini Zehya panggil ibu.

Siapakah ibu kandung Zehya?

yuk, ikuti terus perjalanan Zehya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yunacana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bersembunyi

Saat ini Zehya sudah terlelap di dalam kamar yang di siapkan untuknya. Aga juga meminta para pelayan untuk menyiapkan baju anak perempuan untuk Zehya. Agar gadis kecil itu tidak memakai pakaian Zain yang sudah kekecilan.

" Cari tau dimana penghianat itu berada sekarang. Aku tidak bisa mengantarkan Zehya kembali jika Penjahat itu masih bebas di luar sana. Aku yakin dia masih akan terus menempatkan Zehya dalam masalah."

" Baik, Tuan."

Aga duduk membelakangi orang kepercayaannya. Lelaki itu menatap gelapnya malam melalui jendela yang ada di ruang kerjanya. Sebelum orang yang dia tugasnya untuk mencari keberadaan Burhan pergi, Aga berkata dengan tegas.

" Tutup semua suara yang mengetahui kedatangan Zehya tadi pagi. Jangan ada satupun yang berani membocorkannya."

" Saya akan pastikan bahwa semua pekerja dan supir yang mengetahui kejadian ini menjaga informasi tetap aman."

" Aku percaya padamu. Sekarang, pergilah." Orang kepercayaan Aga menunduk kecil dan pergi meninggalkan Aga sendiri di ruangan penuh buku itu.

Aga mendengar suara langkah kaki yang ringan mendekatinya. Tanpa menoleh pun Aga tau siapa pemilik langkah itu.

"Ini sudah larut malam, Zain. Kenapa kamu masih terjaga?" Tanya Aga menyambut kedatangan cucunya. Zain berdiri di samping Grandpa nya.

" Jangan kirim dia kembali," Ujar Zain tanpa basa-basi, dengan tatapan yang penuh tekad. Aga memandangi cucunya dengan seksama.

" Zehya punya keluarga yang saat ini pasti mengkhawatirkan keadaannya. Dia juga merindukan mereka, Zain." Zain menatap Aga dengan pandangan memaksa.

" Aku menginginkannya. Tak bisakah dia disini?"

Aga menyentuh kedua bahu cucunya dengan pandangan lurus ke manik mata Zain yang gelap.

" Zain, kamu tidak bisa memaksa walau ingin. Dia bisa memutuskan sendiri apa yang harus dia lakukan dan tidak." Zain menunduk. Matanya mulai memerah.

" Tapi aku menyukainya, Zain senang karena ada yang menemani Zain bermain di rumah Grandpa yang besar ini..." Zain berkata dengan lemah. Hati Aga terenyuh. Aga tahu cucunya kesepian. Karena wajahnya yang datar dan sikapnya yang dingin. Tak ada anak seusianya yang nyaman saat bersamanya. Hanya Zehya yang sama sekali tidak terpengaruh wajah datar Zain.

" Kita masih bisa bertemu nanti. Kepulangannya kerumah orangtuanya bukan berarti kalian sama sekali tidak bisa bertemu lagi." Aga terus memberi penjelasan pada Zain.

" Aku ingin setiap hari bersamanya. Bagaimana jika Zain menikahinya? Dengan begitu Zehya bisa tinggal di sini selamanya." Perkataan Zain membuat Aga tertawa. Tawa renyah yang jarang sekali terjadi. Zain menatap Grandpa nya dengan kecut.

" HAHAHA!" Aga mengusap air di sudut matanya. " Zain, kamu masih sangat muda untuk membahas pernikahan."

Zain melipat kedua tangannya. Melemparkan tatapan kesal pada sang Grandpa .

" Aku sudah cukup besar untuk mengetahui apa itu pernikahan."

" HAHAHA!" Aga hanya bisa tertawa. Sungguh, ini adalah lelucon paling menggelitik baginya.

...****************...

 " Pasien mengalami retakan linear di bagian kepala yang mengakibatkan mati otak. Atau biasa kita sebut koma. Kami sudah mengupayakan yang terbaik untuk pasien, namun kami tidak bisa memastikan kapan pasien akan kembali sadar"

Dokter yang menangani Sarti menjelaskan keadaan Sarti kepada Bagas dan Reyhan di ruangan dokter tersebut. Ketiganya fokus pada sebuah gambar yang memperlihatkan hasil CT SCAN bagian kepala sarti.

Bagas menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Sedang Reyhan mencondongkan tubuhnya ke depan.

Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Penjelasan dari dokter tentang keadaan Sarti saat ini justru menjadi lagu sendu bagi mereka.

Mereka keluar dari ruangan dokter yang menangani Sarti dengan wajah kusut. Keduanya berjalan berisihan, tenggelam dalam sibuknya otak mereka.

" Bagaimana dengan hasil penelusuran Alex?" Bagas memecahkan keheningan diantara mereka.

" Mereka kehilangan jejak Burhan dan antek-anteknya," Ujar Reyhan sembari memberikan kode pada pengawalnya untuk menjaga ruang rawat Sarti. " Para Intel yang bekerja denganku juga sudah meretas semua CCTV di sekitar tempat kejadian. Tapi belum ada satupun jejak Zehya maupun Burhan. Polisi juga sudah mengumumkan kehilangan Zehya. Para detektif yang aku sewa saat ini sedang mengupayakan yang terbaik." Bagas menjelaskan semua pada Bagas.

" Hah... Aku harap Zehya baik-baik saja saat ini." Reyhan menepuk pundak Bagas. Memberikan semangat pada Sahabatnya.

" Sekarang lebih baik kita pulang. Sejak kemarin kita belum beristirahat. ingat, jaga kesehatanmu, Bro. ada Syeina dan calon bayi kalian yang harus kamu jaga." Bagas mengangguk.

" Kita berpisah disini. Aku masih harus mampir ke Kantor polisi untuk memberikan kesaksian."

" Ya. Jaga dirimu. Hubungi aku jika terjadi sesuatu."

Kedua sahabat itu perpisah di depan rumah sakit. Mereka masuk ke mobil masing-masing. Pergi ke tujuan mereka, dengan hati dan pikiran yang masih di penuhi dengan Zehya. Tanpa mengetahui bahwa, keberadaan Zehya saat ini di rahasiakan oleh Aga. Lelaki paruh baya itulah yang menutup semua pintu yang mengarah pada lokasi Zehya berada saat ini.

...****************...

Satu minggu berlalu.

Orang yang Aga perintahkan belum juga menemukan keberadaan Burhan. Mereka sudah mengecek semua jalur pelarian yang mungkin Burhan lewati. Tapi bahkan sampai jalur tikus pun mereka belum menemukan jejaknya.

" Bagaimana dengan penerbangan dan pelayaran ke keluar negri?"

" Tidak ada jejak mereka Tuan. Tapi kami mencurigai sebuah dermaga kecil yang menuju pulau- pulau terpencil. Dari informasi yang kami dapatkan, pulau itu adalah pulau pribadi dari Bos kaya raya yang tidak di ketahui namanya." Mendengar laporan dari orang kepercayaaannya, Aga tertegun. Dia tahu siapa pemilik pulau itu.

" Kirim tim untuk memantau pergerakan di sana. Laporkan padaku kegiatan yang terjadi di sana."

" Baik, tuan."

Aga melambaikan tangan kanan nya. Mempersilahkan Orang kepercayaannya pergi.

" Selama penghianat itu masih terkurung di pulau itu, kamu aman Zehya."

...****************...

" Kita mau kemana sih? Aku sudah lelah. Lihat perut gemasku mengempes!" Zehya menggerakkan tangan kanannya yang sedari tadi di tarik oleh Zain. Bocah lelaki itu menarik lengan Zehya menjauh dari rumah Grandpa nya. Zain menghentikan langkahnya dan menatap Zehya yang kini sibuk mengelus perut buncitnya. Wajah gadis kecil itu sudah basah oleh keringat.

" Kita harus sembunyi. Aku tidak mau kamu di antar pulang oleh Grandpa ." Zehya mengangkat wajahnya dan menatap kesal pada Zain. Dengan kekuatan yang dia miliki, Zehya menghempaskan tangan Zain hingga tangannya terlepas.

" Heh! Aku tidak mau! Aku mau pulang ke rumah Ayah dan Buna. Kenapa kakak menyuruhku sembunyi?" Zehya bertanya dengan marah pada Zain. Zain meraih kedua tangan Zehya, namun gadis kecil di depannya menghindar.

" Aku suka kamu disini. Bisakah kamu tidak pergi? Tinggalah bersamaku," Zain meminta dengan tulus. Mencoba merayu Zehya.

" Tidak. Aku mau pulang!" Seru Zehya tanpa mau berkompromi. Zain masih belum menyerah.

" Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau tetap di sini?" Kali ini Zain menggunakan cara yang berbeda. Zehya menggelengkan kepalanya.

" Kak Zain. Tidak ada yang perlu kamu lakukan. Aku hanya mau pulang."

Zain menangkupkan kedua tangannya ke pipi cubby Zehya.

" Baiklah. Tapi berjanjilah padaku, dimasa depan kamu hanya boleh menikah denganku," Zain berkata dengan sungguh-sungguh. Zehya menatap malas pada Zain. Di tariknya kedua tangan Zain dari pipinya dengan keras.

" Siapa kamu? Kenapa aku harus berjanji untuk menikah denganmu? " Tanya Zehya sembari memutar tubuhnya dan berjalan cepat kembali ke rumah Aga. Zain yang merasa di tolak memandangi punggung Zehya yang menjauh.

" Apa aku di tolak?"

1
Titi Matul Hayati
masih ada beberapa kesalahan penulisan. tapi selebihnya baik. semangaaat
Sea
bahasanya bagus . alur nya mudah di pahami , dan karakternya jelas. saya sangat menyukai nya ...
yunacana: Terimakasih^^
kata-katamu memberikan motivasi untuk ku. ^^
total 1 replies
Sarah
Tidak sabar lanjut baca
yunacana: Setiap hari akan ada bab baru, selamat membaca/Smirk/
total 1 replies
Kazuo
Aku suka karakternya, semoga bisa jadi buku cetak!
yunacana: aamiin... terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!