Mengkisahkan Miko yang terjebak lingkaran setan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Romi Bangun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EGO
Pagi menjelang siang itu aku kalut. Hasrat untuk kembali bermain sempat muncul, tapi berhasil kutepis.
Aku membuka Instagram. Scrolling, lihat meme, video lucu, dan apa saja yang bisa mengalihkan otak dari pikiran buruk itu.
Untungnya waktu berjalan cepat. Begitu jam kerja dimulai, aku kembali masuk ke Lane.
Saldo itu… aman. Setidaknya sampai siang ini.
-
Aku bekerja lagi, dan anehnya rasa malas yang sejak pagi menempel tiba-tiba hilang.
Entah karena ada uang masuk, atau karena aku merasa seolah diberi kesempatan kedua.
Uang dari Wijaya datang tepat waktu. Tiga bulan lalu dia meminjam dengan alasan yang sama seperti aku waktu itu: judol.
Aku mengiyakan tanpa pikir panjang. Sekarang dia bahkan sudah habis kontrak dua bulan lalu.
Setidaknya uang itu bisa kupakai untuk bertahan, rokok, makan enak dan pengeluaran kecil.
Hal-hal yang membuatku merasa sedikit hidup.
Namun pikiran busuk di kepalaku tak mau berhenti bergerak. Bisikan kecil muncul.
“Kalau coba lagi? Siapa tahu bisa bangkit.”
Omong kosong.
“Enggak. Duit ini harus gue jaga,” ucapku pelan.
-
Waktu beranjak sangat cepat hingga sore hari, waktunya pulang. Aku mengajak rekan-rekan untuk nongkrong seperti biasa.
"Bro, ngopi bentar kuy."
"Coy, ngopi dulu."
Semua rekan mengiyakan. Bahkan ada yang sempat heran, karena belakangan ini aku selalu langsung pulang setiap habis kerja.
"Tumben bang. Aku kira bang Miko lupa tempat nongkrong." sahut rekan juniorku.
"Gitu dong Mik, kemaren lu pulang terus. Tongkrongan jadi sepi." sambung Riko.
Sepulang kerja, menuju tempat nongkrong aku melihat Yudha. Dia bersama rekan yang lain dengan tujuan sama, ngopi sore.
Sore itu pun kami berkumpul bareng. Saling bercanda dan menyapa. Aku duduk tepat di sebelah Yudha.
Rekan lain sudah sangat paham dengan aku dan Yudha. Kata orang sih, kami berdua Ce'es.
Obrolan awalnya ringan. Sampai Yudha mulai mengeluh.
“Gila, semalam gue kalah besar,” katanya sambil menghembus napas panjang.
"Kayak ada yang nahan rezeki gue anjir.”
Riko yang selalu sok paham, menimpali cepat, “Slot lagi busuk, bro. Gue aja nyerah."
Yang lain cuma tertawa kecil, menanggapi dengan seperlunya.
Aku diam. Tapi untuk alasan yang bahkan aku sendiri gak ngerti, tiba-tiba aku ikut bicara.
"Gue malah ada saldo masuk hari ini,” ucapku datar.
"Wijaya bayar utang.” sambungku.
Seharusnya aku tidak bilang. Tapi sudah terlontar.
Yudha langsung menoleh, mata berbinar seperti melihat peluang.
"Wah, yaudah coba togel dulu lah, Mik. Pemanasan. Kecil-kecilan aja.” ucap Yudha.
Awalnya aku ingin simpan uang itu. Tapi celah kecil yang Yudha buka… membuatku goyah.
"Berapa nomernya?" tanyaku.
Yudha mulai melihat pasaran togel. Dahinya mengkerut seakan mulai berfikir keras, kemudian menoleh.
"Empat, tiga, delapan, satu..." jawab Yudha.
"...pasang dikit aja Mik. Gak usah banyak-banyak." sambungnya.
Walau sudah diperingatkan, tanpa sadar juga aku malah deposit 100 ribu. Rencananya 20 ribu buat togel, sisanya main santai bareng.
Ibaratnya buat tontonan di tongkrongan sore itu.
"Udah gue pasang Yud 20 ribu. Nih ada sisa 80 ribu gue pengen main roullete lagi." ucapku tanpa sadar.
Semua tindakanku terjadi begitu saja. Seakan sudah menyatu dan menjadi bagian penting dari hidupku.
Aku pun beralih ke meja roullete. Yudha dan Riko memperhatikan, diikuti beberapa rekan lain yang penasaran.
Tiba-tiba..
"Wah, ini bukanya roullete ya bang?" tanya salah satu Juniorku.
Yudha menjawab dengan senyum.
"Bener bro, dan Miko tuh jagonya kalo roullete...
"...tebakannya jitu parah!!" sambungnya.
"Mantep tuh bang. Kemaren temen saya menang 8 juta dari roullete juga." ucap Juniorku memberi tahu.
Hatiku langsung panas.
Ego naik tak terkendali.
Kini, dengan sadar aku memasang bet besar. 80 ribu langsung aku taruhkan.
Hasilnya? Benar. Tebakanku benar. Saldo naik, rekan lain melongo tak percaya.
"Wihhh bener jir..."
"Buset, gampang bener nyari duit hahaha."
Pujian masuk dari segala arah. Hatiku makin tak karuan rasanya. Saldo semakin naik, 450 ribu kudapatkan sore itu.
Bahkan rekan yang tadinya sudah pamit tidak jadi pulang.
Yudha mengamati dengan senyum puas.
Sedangkan Riko geleng-geleng tak percaya.
Aku sendiri saja tak percaya. Sampai akhir aku mengamankan 550 ribu.
Menjelang bubar, hanya tersisa aku dan Yudha.
"Udah jam lima Mik, cek togel dulu." sambil membakar rokok Yudha memberitahu.
"Oke baik..." sahutku.
Nomer keluar dan... meleset satu angka.
"Tipis..." gumamku.
-
Sore berubah menjadi petang. Aku pun pulang, Yudha juga begitu. Setidaknya sore ini aku berhasil menang sedikit.
Namun tetap saja ucapan dari juniorku tadi membuatku kepikiran terus.
"Menang 8 juta dari roullete, dia main bet berapa ya?" gumamku.
Sesampainya di kos, aku mengintip saldo di rekening: Rp700.000.
Aku menyeduh kopi, kemudian duduk dan membakar rokok. Petang itu asap rokok memenuhi kamar kosku.
Namun mau berapa banyak barang rokok habis, pernyataan juniorku tadi masih terpikirkan.
Aku sadar.
Aku tak mau kalah.
Aku ingin diakui kalau bisa menang, lebih dari sekedar 550 ribu sore ini.
Tapi hasrat yang paling berbahaya adalah.
"Kalau bisa menang gede dari roullete, hutang gue bisa lunas."
Petang menjadi semakin bising. Jalanan ribut, kipas angin tua meraung. Semua seperti memanggilku.
Pilihanku kini hanya dua. Stop atau lanjut. Semuanya punya resiko, namun resiko yang paling masuk akal adalah stop.
Karena dengan berhenti, pastinya aku hanya tinggal menutup lubang. Tapi jika lanjut, ada kemungkinan aku menggali lubang lagi.
Untungnya logika ku berjalan baik petang itu. Hari esok adalah Minggu, waktunya libur. Malam ini niatku bergadang untuk marathon anime.
Banyak judul yang belum aku tonton, atau manga yang belum aku baca. Aku sangat excited.
Akhirnya aku bisa menghabiskan waktuku dengan normal, pikirku petang itu.
-
Malam datang menunjukkan pukul 23.43. Aku masih terjaga dengan salah satu episode anime. Tapi tetap saja, aku tidak bisa fokus.
Bayangan hutang, hasrat, apalagi ego terus menghantuiku.
Mengingat sisa saldo, 700 ribu.
"Gue rasa bisa lah ya..." kataku spontan.
Dan akhirnya, keputusan yang telah ku ucapkan beberapa jam yang lalu berubah. Aku menutup laman video anime, beralih ke situs.
Deposit Rp300.000 via QRIS telah berhasil
Runtuh. Logika ku runtuh. Ego menjerit liar mendeklarasikan kemenangan.
Ku buka live casino, mencari meja roullete.
Bukan untuk mencari hiburan, tapi untuk membohongi diri.
Sungguh payah.
"Liat aja, gue juga bisa menang gede dari sini. Kalau udah menang, bakal gue tarik buat bayar hutang.."
..hutang lunas, hati tenang."
Andai saja aku berhenti malam itu… mungkin cerita hidupku tidak berubah menjadi serangkaian keputusan bodoh yang terus ku lanjutkan.
Lucunya, manusia selalu percaya dirinya sedang menang. Padahal ia cuma belum sadar sedang tenggelam.