Bianca Kingston, sosok perempuan yang nyaris sempurna, cantik, kaya, memiliki pengaruh yang besar, baik di dunia bisnis maupun di dunia bawah. Ahli senjata dan juga beladiri.
Perempuan sesempurna itu harus merenggang nyawa di tangan rival bisnis nya, satu-satunya orang yang berani mengancam kelemahan nya, menggunakan anak-anak asuhnya.
Kematian nya, meninggalkan duka mendalam di hati kelurga Kingston dan semua orang terdekat nya, tapi takdir berkata lain, jiwa Bianca terlempar ke dunia yang sangat jauh berbeda dengan dunia nya.
Bianca terbangun di tubuh Putri Jasmine Harper, Putri terasing, yang hidup dalam kesendirian. Namun kejutan belum berakhir.
"Dua Minggu lagi, pernikahan Anda dengan Duke Lucas akan digelar!"
Bagaimana seorang Bianca Kingston yang biasa memimpin sebuah organisasi, harus menjalani hidup baru nya yang sangat jauh berbeda dari kehidupan nya dulu?
Dan siapa Duke Lucas, calon suaminya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NONA HUTAN
Duke Lucas, tiba di kediaman nya saat matahari terbenam.
"SALAM YANG MULIA DUKE LUCAS!"
Ucap para kesatria yang berjaga di depan pintu kediaman Alistair.
"Hem"
Duke Lucas, berjalan masuk ke dalam dengan wajah datar nya, baru saja dia masuk sudah disambut oleh seorang wanita paruh baya, yang berdiri dengan berkacak pinggang.
"Lucas Alistair, dari mana kamu hah!?" tanya Nyonya Kimberly, melotot kan matanya.
"Luar," jawab Duke Lucas, datar.
Nyonya Kimberly menghela nafas nya lelah, melihat sifat Putra semata wayangnya yang kelewat dingin.
"Bukan kah sudah ibu katakan, kamu tidak boleh keluar, apa kamu lupa dua Minggu lagi kamu akan menikah hah?" tanya Nyonya Kimberly, kesal.
"Hem"
Duke Alistair hanya bergumam lirih, membuat Nyonya Kimberly mengusap dadanya sabar.
"Ibu, aku kamar dulu," ucap Duke Lucas, hendak pergi.
"Lucas tunggu!" cegah Nyonya Kimberly, menatap tajam pada Duke Lucas.
"Apa ini Lucas?" tanya Nyonya Kimberly, melihat luka di lengan Duke Lucas.
"Bukan apa-apa," jawab Duke Lucas, menggeleng kan kepala nya.
"Apa kamu bilang! Tidak apa-apa hah! Kamu terluka Lucas!" ucap Nyonya Kimberly, geram.
"Ethan! Cepat panggil Tabib sekarang!" perintah Nyonya Kimberly, tegas.
"Baik Nyonya," jawab Ethan, langsung pergi dari sana.
"Ibu ini hanya laka kecil," ucap Duke Lucas, menghela nafas nya panjang.
"Diam kamu!" jawab Nyonya Kimberly melotot kan matanya.
"Ada apa ini?" tanya Tuan Steven, berjalan ke arah mereka.
"Steven, lihat Putra mu itu, sudah tahu sebentar lagi mau menikah, masih saja keras kepala," ucap Nyonya Kimberly, kesal.
"Kau apakan istri ku Lucas! Kau membuat nya kesal," ucap Tuan Steven, yang sangat bucin pada istri nya.
Duke Lucas, hanya memutar bola matanya malas, karena terlalu malas melihat kemesraan Ayah dan Ibu nya, di memilih untuk pergi ke kamar nya.
"Aku ke kamar dulu," ucap Lucas, pergi dari sana.
"Lihat Steven, Putra mu itu benar-benar menyebalkan," ucap Nyonya Kimberly, memijit pelipisnya.
Tuan Steven hanya tertawa kecil, merangkul mesra pinggang Istrinya.
Mereka walaupun sudah tidak muda lagi, tapi tetap terlihat mesra, Tuan Steven bahkan sangat bucin pada istri nya itu.
Ceklekk
Duke Lucas membuka pintu kamar nya, berjalan memasuki kamar tidurnya yang luas, desain interiornya mewah namun dingin, mencerminkan kepribadian sang pemilik.
Duke Lucas langsung menuju sebuah kursi yang ada dekat jendela kamar nya, menyalakan lilin, dan duduk. Namun, pandangannya terus tertuju pada lengan kirinya yang terbalut kain robekan gaun warna krem, kain itu sudah dipenuhi bercak darahnya yang merembes.
Tok
Tok
Tok
Pintu kamar nya di ketuk dari luar, Duke Lucas menghela nafas nya kasar, sudah bisa menebak siapa itu yang datang.
"Masuk!" ucap Duke Lucas, dingin.
Ceklekk
Pintu kamar terbuka, seorang Tabib tua berjalan masuk dengan perasaan gugup.
"Salam Yang Mulia Duke Lucas," ucap Tabib itu, membungkuk kan badan nya, sopan.
"Hem"
Gumam Duke Lucas, tanpa melihat ke arah Tabib.
"M-maaf Yang Mulia, Saya akan mengobati luka Anda," ucap tabib itu, gugup.
Sebelum nya, Ethan sudah memberitahu Tabib itu, bahwa lengan Duke Lucas terluka.
"Tidak perlu disentuh," ucap Duke Lucas, dingin.
"Sekarang kamu pergi!" usir Duke Lucas, menatap tajam pada Tabib tua itu.
Glek
Tabib itu menelan ludahnya kasar, dan hanya bisa mengangguk patuh.
"B-baik Yang Mulia. Saya permisi..." gumam Tabib itu, lirih.
Tabib tua itu pergi setelah meninggalkan beberapa ramuan dan perban baru di meja.
"Bagaimana?" tanya Ethan, yang menunggu di depan pintu.
Tabib tua itu menghela nafas nya kasar dan. menggeleng kan kepala nya.
"Duke tidak ingin Saya menyentuh luka nya," jawab Tabib itu, terlihat sangat tertekan.
"Lalu?" tanya Ethan, memicingkan mata nya.
"Saya sudah meletakkan beberapa ramuan untuk Duke Lucas, di dalam," jawab Tabib tua.
"Baiklah, kau boleh pergi," ucap Ethan, mengangguk kan kepala nya.
"Saya permisi Tuan Ethan," jawab Tabib tua, itu berlalu pergi dari sana.
"Iya"
Ethan menatap pintu kamar Duke Lucas yang tertutup rapat itu, dia tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya dengan Tuan nya itu tadi waktu di hutan, tapi satu yang pasti, Ethan sudah terbiasa dengan sifat Duke Lucas.
Sementara di dalam kamar, Duke Lucas mengambil pisau kecil di balik jubahnya, yang selalu dia bawa kemana-mana, dan dengan hati-hati dia menggunting simpul ikatan kain itu, tanpa merusak sisa kainnya.
SRETTT
Duke Lucas melepaskan kain kotor itu, memperlihatkan luka sayatan yang dalam.
Duke Lucas juga, melemparkan kain itu ke atas meja kerjanya, membiarkannya tergeletak, lalu mulai mengobati luka nya sendiri.
Setelah membersihkan dan mengobati lukanya sendiri dengan ramuan yang ditinggalkan Tabib, Duke Lucas kembali membalut lukanya dengan perban putih bersih.
Namun, perhatiannya kembali ke sepotong kain warna krem yang teronggok di meja.
"Gadis itu..." gumam Duke Lucas, dengan suara serak nya.
Duke Lucas mengambil robekan kain itu, mata tajam nya mengamati detail kain krem yang sudah kotor itu, kain itu kasar, seperti bahan gaun murah yang tidak layak dipakai seorang bangsawan.
Duke Lucas menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, memejamkan mata, membiarkan ingatan tentang pertemuan tadi memenuhi benaknya.
"Aksi yang cepat, gerakan yang terlatih," batin Duke Lucas, dengan mata terpejam.
Pukulan keras ke rusuk pria yang hendak menikamnya, kemudian, menusukkan pisau tepat ke jantung. Ekspresi wajahnya saat itu, tanpa gentar, tanpa jijik, justru ada sedikit kilatan kepuasan di matanya.
Semua gerakan Jasmine tadi, kembali berputar-putar di kepala Duke Lucas, dia adalah orang yang ahli dalam Medan perang, jelas sekali gerakan Jasmine tadi, bukan gerakan biasa.
"Dia bukan pelayan, gerakan itu bukan milik rakyat jelata," ucap Duke Lucas, menegakkan tubuh, menatap lurus kedepan.
"Tapi, dia berpakaian seperti gadis desa, dan berada di tengah hutan terpencil itu..." gumam Duke Lucas, mengerut kan kening nya dalam.
"Mungkin dia adalah seseorang dari kelompok tentara bayaran di perbatasan," lanjut Duke Lucas, menganalisis siapa perempuan di hutan tadi.
"Tapi kenapa dia membantuku? Dan kenapa dia ada di hutan itu?" ucap Duke Lucas, menghela nafas nya kasar.
Semua pertanyaan itu berputar-putar di benaknya, sosok yang dingin, tak tersentuh, dan misterius seperti Duke Lucas, kini pikiran nya tengah kacau, memikirkan siapa gadis di hutan itu, dan kenapa dia begitu menarik perhatiannya.
Hah....
Duke Lucas menghela nafas nya kasar, dia mengambil robekan kain itu lagi, kali ini dia melipatnya kecil dan menyimpannya di dalam saku jubah tidurnya.
"Siapapun dirimu, kau telah menarik perhatianku, nona hutan," batin Duke Lucas, senyum kecil, senyum yang sangat jarang, terukir di wajah dinginnya.
lanjut up lagi thor