NovelToon NovelToon
Membawa Lari Benih Sang Mafia

Membawa Lari Benih Sang Mafia

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius / Romansa / Roman-Angst Mafia / Tamat
Popularitas:1.8M
Nilai: 5
Nama Author: Senja

Elise, seorang gadis keturunan bangsawan kaya, hidupnya terikat pada aturan keluarga. Untuk mendapatkan harta warisan, ia diwajibkan menikah dan segera melahirkan keturunan. Namun Elise menolak. Baginya, pernikahan hanyalah belenggu, dan ia ingin memiliki seorang anak tanpa harus menyerahkan diri pada suami yang dipaksakan.
Keputusan nekat membawanya ke luar negeri, ke sebuah laboratorium ternama yang menawarkan program bayi tabung. Ia pikir segalanya akan berjalan sesuai rencana—hingga sebuah kesalahan fatal terjadi. Benih yang dimasukkan ke rahimnya ternyata bukan milik donor anonim, melainkan milik Diego Frederick, mafia paling berkuasa dan kejam di Italia.
Ketika Diego mengetahui benihnya dicuri dan kini tengah berkembang dalam tubuh seorang wanita misterius, murka pun meledak. Baginya, tak ada yang boleh menyentuh atau memiliki warisannya.

Apakah Elise berhasil melarikan diri? Dan apakah Diego berhasil menemukan wanita yang membawa lari benihnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19

Elise akhirnya menemukan apa yang ia cari, sebuah pulpen tinta berwarna hitam di kolong meja.

Dengan hati-hati, ia mengambilnya, lalu mengukir sebuah tompel kecil di pipi kanannya, meniru persis tompel palsu yang tertinggal di rumah kontrakan lamanya.

Tak lupa, Elise memakai kacamata besarnya dan mengepang dua rambutnya agar terlihat jelek.

“Setidaknya, ini bisa mengganti tompel yang hilang,” gumamnya, sebuah penyamaran kecil di tengah kekacauan besar.

Setelah selesai, Elise mengenakan gaun tidur sutra yang telah disiapkan pelayan atas perintah Diego.

Namun, ketenangan kamar itu terpecah oleh pertengkaran sengit yang datang dari luar.

Elise sengaja menempelkan telinganya ke pintu dan menikmati drama yang tersaji.

“Kenapa seminggu ini tidak menghubungiku? Kau marah padaku atau apa? Katakan, Diego!” tuntut Jenifer dengan suara tajam dan menusuk.

Diego tak sedikit pun menghiraukan wanita yang adalah kekasih bayarannya. Jenifer, disewa Diego sebagai kekasih pura-pura untuk membungkam pertanyaan publik tentang statusnya yang masih menjomblo dan belum menikah.

Kini, wanita itu malah menjadi duri dalam daging. Selalu mengganggunya setiap waktu.

Seandainya saja berita pertunangan palsu mereka tak tersebar, Diego sudah lama menyingkirkan Jenifer.

Diego sengaja menjauh, muak pada Jenifer yang terus mengumbar kata cinta, sementara Diego sendiri tak pernah ingin jatuh cinta. Ia sadar betul dengan kekurangan begitu fatal.

Tak bisa disentuh oleh siapapun.

“Jangan diam saja, aku butuh penjelasan!” ucap Jenifer lagi.

“Oh, aku tahu, kau pasti punya wanita idaman lain, kan? Dan bocah di bawah sana itu, pasti dia anak hasil hubungan gelapmu dengan wanita itu! Dasar pembohong!” seru Jenifer, menunjuk lantai bawah dengan tatapan penuh tuduhan.

“Diam atau aku tidak akan segan menyeretmu keluar dengan kaki yang tak bisa berfungsi lagi!” Ancaman dingin pun meluncur dari bibir Diego.

Jenifer menelan ludah. Ketakutan mendadak membekukan lidahnya. Dia menyadari, dia sudah bicara terlalu jauh dan membuat lelaki idamannya itu tersinggung.

Jenifer segera mengubah taktik. Ia mendekati Diego dan memeluknya erat.

“Maafkan aku, Diego. Aku tadi hanya terbawa emosi.”

“Jangan sentuh aku dan menjauhlah!” ujar Diego sembari menepis tangan Jenifer yang tengah memeluk erat lengannya.

Jenifer menggeleng. “Tidak mau!”

Seketika itu juga, tubuhnya mulai bereaksi. Sensasi panas dingin, gatal-gatal, dan rasa mual yang tiba-tiba datang menghantamnya.

Kulit yang bersentuhan langsung dengan Jenifer, memicu reaksi alergi yang parah.

“Pergi...” lirih Diego.

“Tidak! Aku tidak akan pergi,” ucapnya. “Aku siap menerima benihmu selanjutnya, Diego. Dengan atau tanpa kau sentuh. Lupakan benihmu yang hilang itu.”

Kepala Diego mendadak pusing, keringat dingin membasahi pelipisnya. Kondisinya memburuk dengan cepat.

Di balik pintu, Elise yang menguping, menelan ludah dengan susah payah. Jantungnya berdetak kencang, seolah kata-kata itu tercekat di tenggorokan.

“Benih yang hilang? Maksudnya benih siapa?” gumam Elise, mencoba mencerna ucapan Jenifer yang penuh teka-teki.

Teriakan Jenifer menarik perhatian Jimmy yang sedang berada di meja malan bersama Alex.

Jimmy bergegas naik untuk memastikan Jenifer tidak melakukan tindakan berbahaya.

“Sir!” teriak Jimmy. Tanpa basa-basi, ia langsung menarik pergelangan tangan Jenifer dan memanggil para bodyguard.

“Bawa wanita ini keluar! Sekarang!” titahnya dengan suara berat dan tak terbantahkan.

Para bodyguard mengangguk sigap. Jenifer meronta dan memaki-maki, namun Diego sudah tak peduli.

Pria itu kini hanya memanggil satu nama dengan suara lirih.

“Elise... panggil Elise...”

“Elise?” Jimmy menautkan alis, bingung.

“Ibunya Alex,” ucap Diego menunjuk ke arah kamarnya dengan susah payah.

Melihat kondisi Diego yang tak berdaya, Elise bergegas keluar.

“Tuan, apa yang terjadi padamu?” tanyanya, kaget melihat Diego yang nyaris ambruk.

“Tolong, bawa dia ke kamar,” perintah Jimmy cepat.

“Bantu aku, Jim!” pinta Elise.

Jimmy menggeleng kaku, ketakutan terpancar jelas di matanya. Jika ia menyentuu bosnya, ia takut alergi bosnya akan bertambah parah.

“Saya tidak bisa menyentuhnya. Saya mohon, sembuhkan sir Diego. Obatnya ada di laci meja,” ucap Jimmy.

Tanpa membuang waktu dan dengan sedikit kesulitan, Elise memapah Diego. Berat tubuh Diego yang besar membuat Elise harus mengerahkan seluruh tenaganya.

Akhirnya, mereka berdua berhasil masuk ke kamar.

Braaak!

Pintu tertutup.

Jimmy segera menguncinya dari luar, memastikan tidak ada yang bisa mengganggu. Tindakan ini disengaja, sebuah isolasi darurat untuk melindungi Diego.

“Jim, kenapa mama dikurung di dalam?" tanya Alex yang entah sejak kapan sudah berada di belakangnya.

“​Mampus! Kenapa dia malah kemari,” batin Jimmy. Tubuhnya menegang.

​“Tidak, Nak. Mama tidak dikurung. Dia sedang mengobati sir Diego yang sedang sakit. Kita tidak boleh mengganggu mereka.” Jimmy berusaha terdengar tenang, meskipun sebenarnya ia gugup.

​Alex menatap pintu itu lama, lalu kembali menatap Jimmy. Matanya yang polos namun tajam itu membuat Jimmy semakin gelisah.

“Paman Diego sakit apa? Kenapa mama yang harus mengobatinya? Panggil saja dokter,” ucap Alex.

Jimmy ingin sekali menghantamkan kepalanya ke tembok mendengar pertanyaan Alex yang bertubi-tubi ini.

“Aku berdoa, semoga ucapan Jenifer tidak benar dan Alex bukan keturunan sir Diego! Bisa mati mendadak aku menghadapi bocah cerdas dan keras kepala ini,” gumamnya lirih.

1
Ayu
Penasaran thor.. pingin secpt nya Diego ketemu Alex. dan penyamaran Elise terungkap👍🙏
Ayu
Alex mmg Genius ya🙏
Ayu
Wah.. makin seru.. kpn Alexander ketemu pp Biologis nya ya thor🙏
FATIMAH INGGERIYANY BANGUN
alana sepupu Diego... 😻
rahmah
ceritanya bagus apapun profesinya kalau sudah sama keluarga pasti berbeda sikapnya apalagi sama anak lebih hangat lagi tapi dibalik itu semua kok tidak ada yg mewarisi syndrom Diego ya yg kulitnya sensitif bila di sentuh..🤨
rahmah: baik kak ☺️
total 2 replies
maya sari
sangat bagus
Ds Phone
cemburu lah tu
Ds Phone
belanga banyak banyak
Ds Phone
apa gaji dia besar
Ds Phone
saja nak denki
Ds Phone
malu pakai baju nipas
Ds Phone
niat meraka tercapai sudah
Ds Phone
meraka kawan baik rupa nya
Ds Phone
nak tunjuk kaya lah tu
Ds Phone
itu cara orang kaya
Ds Phone
sayang nya tak nampak
Ds Phone
dia cerdera rupa nya isteri nya susah hati tu
Ds Phone
apa dia akan selamat
Liesa Zega
anjiiirrr lahh🤣🤣🤣🤣
Ds Phone
kena hadap orang sombong tu dulu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!