NovelToon NovelToon
Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

"Jadi kamu melangsungkan pernikahan di belakangku? Saat aku masih berada di kota lain karena urusan pekerjaan?"

"Teganya kamu mengambil keputusan sepihak!" ucap seorang wanita yang saat ini berada di depan aula, sembari melihat kekasih hatinya yang telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Bahkan dia berbicara sembari menggertakkan gigi, karena menahan amarah yang menyelimuti pikirannya saat ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Suasana di kamar mandi terasa benar-benar sunyi. Hanya terdengar suara percikan air yang mengalir dari guyuran shower, suara air tersebut seakan terdengar menggema di telinga Arya. Arya terdiam dan terus mengguyur seluruh tubuhnya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku benar-benar tidak bisa meninggalkan Hany."

"Bagaimana bisa aku melupakan hubungan kami yang sudah berjalan selama 7 tahun itu, dengan begitu saja? Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan maaf dari Hany kembali?"

"Apa masih mungkin untuk kami melanjutkan hubungan lagi?"

"Semua ini benar-benar membuatku lelah, aku tidak bisa menolak permintaan Ayah, tapi aku juga tidak mungkin meninggalkannya begitu saja," gumam Arya di sela-sela guyuran air shower.

***

Sementara Arya masih memikirkan, bagaimana cara untuk bisa bertemu dengan kekasih hatinya, lain halnya dengan Mery. Saat ini dia sedang berdiri di balkon, dia melihat ke udara. "Mery, sebenarnya ada hal yang ingin Om bicarakan dengan kamu tentang Arya." Tiba-tiba saja suara Ayah Handoko terngiang di telinga Mery, mungkin suara tersebut tengah terbawa angin.

Saat itu tepat kurang satu hari, acara pernikahannya dengan Arya berlangsung.

"Mery, Om tahu bahwa tidak seharusnya Om melakukan semua ini padamu. Jadi Om akan mengatakan yang sejujurnya, sebelum kamu benar-benar melangkah ke jenjang pernikahan dengan anak Om." Mery terdiam, dia menajamkan pendengarannya untuk mendengarkan, apa sebenarnya yang ingin pria paruh baya itu sampaikan.

Ayah Handoko menarik nafas panjang, sebelum ke inti pembicaraan. "Sebenarnya Arya sudah memiliki seorang pacar, mereka sudah menjalin hubungan selama 7 tahun. Om tahu semua ini tidak akan mudah, baik untuk Arya maupun untukmu. Om yakin Arya tidak akan bisa melupakan wanita itu begitu saja, tapi Om mohon, kamu bisa tetap berjuang di sisinya. Om yakin kamu adalah wanita terbaik untuk Arya daripada pacarnya tersebut."

"Tapi Om juga sadar dan tidak ingin memaksakan hati. Maka dari itu, hari ini Om katakan padamu. Jika saja kamu ingin membatalkan pernikahan, Om tidak apa-apa. Setelah Om pikir berkali-kali, rasanya sangat berdosa, jika tidak mengatakan semua hal ini padamu, jadi tolong kamu pikirkan lagi Mery, langkah apa yang akan kamu ambil ke depannya." Saat itu memang Ayah Handoko sengaja menghubungi Mery untuk bertemu empat mata di sebuah kafe, karena Ayah Handoko berpikir, bahwa Mery memang harus mengetahui tentang hal ini.

"Jangan melamun terlalu lama, jika nanti kamu kesurupan, aku tidak bisa menyembuhkan kamu." Sontak suara Arya yang baru saja keluar dari kamar mandi, membuat Mery tersadar dari lamunannya, dia pun segera berbalik badan menghadap ke arah kamar. Terlihat di sana Arya yang tengah mengenakan handuk hanya setengah badan, dari pusar hingga ke bawah lutut, ditambah dengan buliran-buliran air yang belum sempat diseka, membuat Mery terpesona melihatnya.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu? Aku bukan hantu," ucap Arya yang lagi-lagi menyadarkan Mery dari lamunannya.

"Kenapa kamu keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk seperti itu? Apa kamu lupa, bahwa di rumah ini sekarang sudah ada lawan jenis?" tanya Mery dengan sinis.

"Aku memang seperti ini biasanya, lagian kan Ini rumahku. Jadi suka-suka aku dong, aku mau gimana," ucap Arya yang nampak acuh. Arya pun segera berjalan ke arah lemari dan mengambil baju ganti.

Mery mendengus. "Aku akan memasak, jadi setelah ganti baju, kamu segeralah turun," ucap Mery yang segera pergi keluar dari kamar, tanpa menunggu respon dari Arya.

***

"Nampak senang sekali hatinya," gumam Arya sembari menuruni tangga. Saat ini dia mendengar Mery tengah bersenandung di dapur. Arya pun segera duduk di meja makan dan menunggu masakan pertama yang akan dihidangkan oleh istrinya tersebut.

"Dari aromanya sih nampak sedap, apa ya kira-kira yang sedang dia masak?" ucap Arya yang tiba-tiba saja penasaran dengan menu makanan yang dimasak oleh istrinya.

"Taraaaaam ... makanan sudah jadi," ucap Mery sembari membawa nampan. Arya tersenyum melihat Mery yang ceria, Arya pun melihat nampan yang dipegang Mery berisi dua mangkok.

"Apa ini?" tanya Arya yang seketika mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar.

"Apa kamu tidak bisa melihat? Ini adalah masakan terenak, yaitu mie instan," jawab Mery.

"Apa-apaan, semua orang juga bisa masak kalau hanya mie instan saja," sahut Arya.

"Sssst .... diamlah, jangan lupa bahwa di dalam perjanjian pernikahan kita, kamu harus selalu makan apapun yang dimasukkan oleh istrimu," ucap Mery sembari meletakkan nampan tersebut di atas meja makan. Mery pun meletakkan satu mangkok di hadapan Arya, dan satu mangkok lagi di hadapannya.

"Kamu jangan hanya melihat bahwa ini adalah mie instan, coba rasakan dulu, pasti rasanya sangat enak dan pas, tidak kurang asin ataupun keasinan," ucap Mery yang masih sangat percaya diri.

"Karena memang mie instan tersebut sudah dibuat sesuai dengan takaran, maka dari itu rasanya akan pas, tidak akan keasinan ataupun kurang asin," sanggah Arya.

Mery terdiam, dia segera mengambil sumpit dan juga sendok yang ada di atas meja, kemudian mengaduk-aduk mie instan kuahnya.

"Apa ini benar-benar makanan pertama kita setelah kita menikah?" tanya Arya.

"Memangnya kamu di dalam kulkas punya stok bahan makanan? Masih beruntung aku membawa mie instan tersebut di dalam koperku. Jika tidak, kita bisa-bisa kelaparan," ucap Mery.

Barulah Arya teringat, bahwa memang Arya tidak pernah menyetok bahan makanan di kulkas, karena dia hanya mengisi kulkasnya dengan beberapa minuman saja. Sedangkan saat dia pulang ke rumah tersebut, dia akan memesan secara online makanan yang dia inginkan.

"Oh iya, maaf aku lupa," ucap Arya dengan pasrah.

"Tapi kan jika akhirnya seperti ini, lebih baik tadi kita pesan online saja, daripada hanya makan mie instan seperti ini." Arya masih terus protes.

"Kamu ini jadi laki-laki kok sukanya ngomel, udahlah makan yang ada aja, kita tidak akan mati hanya karena sekali saja makan mie instan," gerutu Mery yang segera memasukkan mie tersebut ke dalam mulutnya. Melihat Mery yang makan dengan lahap, Arya pun hanya mencebikkan bibirnya dan segera ikut makan, karena sebenarnya setelah beberes tadi, dia sudah merasa sangat kelaparan.

"Kamu jangan melihat kesederhanaan mie instan ini, lihatlah siapa yang membuatkannya, dan juga lihatlah kamu makan dengan siapa, pasti akan terasa istimewa," ucap Mery dengan tersenyum, tanpa memalingkan wajahnya dari mie instan yang ada di hadapannya tersebut. Arya terdiam sejenak, dia melihat Mery yang makan mie instan dengan ekspresi bahagia.

"Mungkin yang dikatakannya benar. Aku memang tidak pernah makan mie instan dengan orang yang istimewa, terutama dengan Hany. Sampai mati pun dia tidak akan mau makan mie instan seperti ini, yang dia tahu hanya restoran mewah, baju mewah, tas mewah, dan juga perhiasan," monolog Arya dalam hati.

"Apa yang kamu lihat? Cepat makan, kamu pasti sudah kelaparan kan setelah beberes dan berdebat denganku di atas tadi? Tidak usah gengsi, makan saja, mie instan pun juga akan membantu mengenyangkan perutmu," ucap Mery sembari terus menikmati mie instannya, bahkan mie instan yang dibuat oleh Mery adalah mie instan yang polos, tanpa topping, tapi Mery membuatnya dengan porsi yang banyak. Masing-masing mangkok diisi dengan 2 bungkus mie instan, belum lagi dengan kuahnya yang penuh, sehingga benar-benar membuat mereka berdua puas menikmati.

***

15 menit berlalu.

Arya menghembuskan nafas panjang dan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, serta mengelus-ngelus perutnya. "Bagaimana? kenyang kan makan mie instan?" tanya Mery yang seketika membuat Arya tersenyum.

"Kamu istirahat dulu sebentar, biarkan makanan yang ada di perutmu itu dicerna dengan baik, lalu kamu cuci piring,"ucap Mery.

"Apa aku yang harus cuci piring?" protes Arya.

"Aku kan sudah masak, jadi kamu dong yang cuci piring. Kita ini sedang membangun rumah tangga, jadi kita harus berjalan dengan seimbang, jangan hanya aku yang mengurus urusan rumah. Untuk masalah uang, meskipun kamu tidak bisa memberikannya padaku, aku juga bisa mencarinya sendiri. Jadi jangan diskriminasi atas pekerjaan rumah, kebersihan rumah, dan ketentraman rumah, ini tergantung kita berdua, bukan tergantung aku saja," jelas Mery panjang lebar.

"Oke, oke, kamu tidak perlu menjelaskan sepanjang lebar itu kepadaku. Aku juga tidak akan melakukan diskriminasi," ucap Arya dengan sinis.

"Baguslah kalau kamu memang segera mengerti maksudku," ucap Mery.

Suasana meja makan menjadi hening sejenak, karena mereka berdua saat ini tengah sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.

Sebenarnya ini memang bukan pertama kalinya Arya makan mie instan, biasanya dia juga membuat mie instan tapi dengan topping istimewa di rumah orang tuanya, karena memang orang tuanya selalu mempunyai stok bahan makanan di kulkas, hanya saja makan mie instan kali ini benar-benar terasa berbeda bagi Arya, entah apa yang membuat itu berbeda, mungkin suasananya.

***

Beberapa saat kemudian, Arya segera beranjak dari meja makan, dia mengelap meja makan dan membawa 2 mangkok serta nampan tadi ke dapur, lalu mencucinya hingga bersih.

"Setelah ini kita pergi ke swalayan," teriak Mery yang tetap duduk di tempatnya.

"Mau beli apa kamu?" tanya Arya sembari mencuci mangkok.

"Tentu saja yang paling utama adalah bahan makanan, yang lainnya nanti kita lihat saja dulu apa yang ada di sana, sembari kita jalan-jalan," jawab Mery.

"Oke kalau begitu, ayo kita segera bersiap," ucap Arya, dia tidak menggerutu atas ajakan Mery yang mendadak.

***

"Arya, aku akan mengganti tirai yang ada di ruang tamu dan sedikit mendekor rumahmu, apa kamu mengizinkannya?" tanya Mery saat mereka berdua sudah berjalan di swalayan.

"Terserah kamu saja, buatlah dirimu nyaman di rumah tersebut. Aku kan sudah bilang, asal jangan kamu rusak dan kamu jual, rumah itu adalah hasil dari tabunganku, jadi tolong kamu rawatlah rumah tersebut dengan baik," ucap Arya dengan tersenyum, yang seketika membuat Mery terpaku sesaat. Mereka berdua pun segera berbelanja layaknya suami istri yang bahagia.

Tanpa mereka berdua sadari, bahwa di dalam swalayan tersebut rupanya juga ada Hany, dia tengah memperhatikan mereka berdua dari jauh. "Apa itu yang katamu terpaksa?" ucap Hany sembari merekam semua kelakuan Arya dan istrinya. 

Hany melihat Arya benar-benar tersenyum tulus kepada Mery, sehingga membuat dadanya sesak dan terasa sedikit tercubit.

"Aku akan membawa barang-barang ini ke mobil dulu, jadi kamu silahkan lanjutkan berbelanja. Nanti aku akan kembali," ucap Arya pada Mery, setelah mereka membayar semua belanjaan mereka.

"Kalau begitu, aku akan pergi ke tempat sayur, nanti kamu bisa menemuiku di sana," ucap Mery.

"Oke," jawab Arya singkat. Arya pun segera mendorong troli menuju ke mobilnya, sementara Mery berbalik badan dan mengambil troli yang baru, serta segera menuju ke tempat sayur dan bahan makanan yang lain.

"Apa ya kira-kira bahan makanan yang harus aku beli?" gumam Mery sembari memainkan ponselnya, di ponsel tersebut dia melihat beberapa rekomendasi masakan sederhana untuk keluarga.

***

"Kamu nampak bahagia sepertinya." Tiba-tiba terdengar suara dari balik tembok saat Arya memasukkan semua belanjanya ke dalam mobil. Arya segera menoleh dan mencari sumber suara tersebut.

"Hany," ucap Arya yang seketika menghentikan aktivitasnya dan segera berjalan ke arah Hany.

"Hany, kamu ada disini? Sejak kapan? Kenapa kamu terus mengabaikan pesan dan juga teleponku?" cacar Arya sembari memegang tangan Hany, tapi sedetik kemudian, Hany segera menghempaskan tangan Arya dengan kasar.

"Jangan pernah menyentuhku!" tegas Hany.

"Hany, aku tahu aku bersalah padamu, tolong maafkan aku kali ini saja, aku sudah berbicara dengannya tentang kita dan dia setuju, agar kita melanjutkan hubungan kita lagi," ucap Arya yang seketika membuat Hany mengernyitkan keningnya.

"Apa maksud kamu?" tanya Hany dengan tidak mengerti.

"Aku sudah jujur semuanya pada Mery,"

"Oh, namanya Mery." Hany segera memotong ucapan Arya.

"Ya, namanya Mery. Aku sudah bilang padanya semua tentang kita dan kami memiliki perjanjian pernikahan, dia juga mengizinkan kita untuk bertemu, jadi kamu jangan khawatir, kita pasti akan bisa segera menikah."

PLAK!

Seketika Hany melayangkan tamparan pada Arya, hingga membuat Mery yang ada di balik tembok terkejut dan memegang pipinya sendiri. Rupanya tadi Mery bingung akan berbelanja apa, sehingga dia memutuskan untuk menghampiri Arya ke mobil. Dia berharap Arya bisa memberinya saran, dan mereka bisa melanjutkan berbelanja bersama, tapi Mery tidak tahu, jika ternyata Arya saat itu di parkiran mobil sedang bersama dengan Hany.

"Apa aku tidak salah dengar Arya! Kita akan segera menikah katamu!"

"Jadi kamu sekarang menempatkanku sebagai wanita simpanan? Apa kamu pikir aku ini pelakor?" tanya Hany dengan tidak percaya.

"Lihatlah ini! Buka matamu lebar-lebar!" ucap Hany sembari menyodorkan ponselnya ke wajah Arya. Terlihat di sana video Arya dan Mery tengah tersenyum memilih beberapa furniture dan perintilan-perintilan rumah.

"Bukankah kalian berdua sudah seperti pasangan suami istri yang sangat bahagia?" tanya Hany dengan sinis.

"Bukan seperti itu Hany, aku hanya melayaninya dengan baik, karena kami memang memiliki perjanjian sendiri, jadi kamu tolong jangan salah paham," jelas Arya.

"Salah paham? Sejak kamu meninggalkanku dan menikah dengan wanita itu, aku sudah tidak percaya lagi dengan kata-katamu! Aku hanya mempercayai apa yang aku lihat saja! Jadi tolong ya Arya, dengan sangat rendah hati aku minta tolong padamu, kamu jangan terus menghubungiku ataupun mengirimiku pesan. Aku sudah muak denganmu!"

"Dan satu lagi, aku tidak mau menjadi wanita simpanan! Apa kamu mengerti?" tegas Hany.

"Hmb, baguslah, rupanya dia wanita yang tahu diri," monolog Alexander dalam hati. Mery kemudian kembali ke dalam swalayan dan melanjutkan berbelanja, sementara Arya masih tetap ingin meyakinkan Hany, bahwa mereka akan bisa menikah suatu hari nanti, tapi Hany tidak ingin lagi mendengar penjelasan apapun dari Arya, dia sudah sangat muak dan sakit hati karena pengkhianatan Arya tersebut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!