Kecelakaan satu tahun yang lalu, telah mengakibatkan kaki kiri Arsy menjadi cacat, Arsy seorang ibu satu anak ini telah di selingkuhi oleh suaminya dengan wanita lain.
"Mas, apa salahku sampai kamu tega mengkhianatiku?"tanyanya sampai menangis tersedu.
"aku sudah bosan dan muak hidup dengan wanita cacat sepertimu, kau sudah tak mampu melayaniku di atas ranjang, sebaiknya kita bercerai saja!" Jawabnya tanpa memperdulikan perasaan Arsy yang masih berstatus istri sah nya.
Suatu ketika Arsy dipertemukan dengan seorang pria paruh baya dalam kondisi sekarat, Arsy menyelamatkan nyawanya, siapa sangka pria yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu, sebut saja Tuan Handoko menjadikan Arsy sebagai putri angkatnya.
Dan putra dari Tuan Handoko, yakni Galaksi Pramudya rupanya diam-diam menaruh hati kepada Arsy, meskipun di awal pertemuan mereka, Gala begitu membencinya.
Mampukah Arsy merubah takdir hidupnya dan menerima Galaksi sebagai pendampingnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapakah wanita itu?
Suasana malam itu semakin mencekam, diselimuti kegelapan pekat apalagi di area tersebut minim akan penerangan. Kilat mulai menyambar, membelah cakrawala. Hembusan angin berbisik seolah memberitahu akan datangnya badai. saat sirine mobil Ambulans tiba, secara bersamaan Pasukan anggota dari kepolisian mulai berdatangan, kini korban telah dibawa ke Rumah Sakit terdekat untuk segera mendapatkan pertolongan.
Police line mulai membatasi area dimana korban telah ditemukan, dan segera melakukan olah TKP untuk memastikan apa yang menyebabkan korban bisa terluka seperti itu, tidak lupa pihak dari kepolisian mengecek setiap CCTV yang terdapat di area tersebut.
Sementara itu, Arsy mengatakan bahwa dirinya mengenal korban, dan ia ikut bersama mobil ambulan atas kemauannya sendiri.
Sedangkan Mang Usep, Arsy memerintahkan dirinya untuk memberitahu soal ini kepada Pak Sanusi dan juga istrinya, tidak lupa Arsy menitipkan bahan belanjaannya kepadanya
"Mba Arsy hati-hati ya, kalau ada apa-apa segera hubungi Pak Sanusi, ke saya juga tidak apa-apa!" Mang Usep tampak khawatir.
Sedangkan Arsy, ia terlihat tenang dan tidak panik.
Selama dalam perjalanan menuju Rumah Sakit, dimana hujan sudah mulai turun membasahi bumi, Arsy terus memperhatikan kondisi Tuan Dimitri yang bersimbah darah, Arsy jadi teringat kejadian tadi siang di Rumah Sakit,dimana dirinya sempat mengobrol dengan Tuan Dimitri meskipun hanya sekilas.
Setibanya di Rumah Sakit, Arsy sempat kebingungan karena ia tidak memiliki nomer ponsel keluarga Tuan Dimitri, ia mulai merasakan keresahan, Arsy terus saja bolak-balik di depan pintu ruangan IGD, tak lama sang Dokter yang menangani pasien datang menghampiri.
"Maaf Nyonya, pasien saat ini dalam masa kritis karena banyak mengeluarkan darah, kebetulan pasien memiliki jenis golongan darah yang langka, yakni O negatif, sedangkan di rumah sakit ini, kami tidak memiliki stok persediaan darah dengan golongan tersebut, bahkan stok di bank darah pun habis."
Tanpa berpikir panjang, Arsy segera mengatakan sesuatu kepada Dokter
"Ambil darah saya saja Dok, kebetulan golongan darah saya O negatif! "
Sang Dokter merasa sangat bersyukur, dan akhirnya Arsy segera di bawa oleh suster menuju laboratorium untuk melakukan pengecekan ulang bahwa dirinya benar-benar memiliki golongan darah tersebut.
Tak lama, setelah Arsy mendonorkan darahnya untuk Tuan Dimitri, tiba-tiba kepalanya mendadak menjadi pusing, wajahnya berubah pucat. Arsy duduk bersandar di atas kursi yang berada di ruang tunggu pasien.
Kemudian salah satu suster datang menghampirinya
"Maaf Nyonya, saya ingin menginformasikan bahwa barusan keluarga dari pasien sudah menghubungi Rumah Sakit. Kalau tidak salah Tuan Galaksi sudah berada di jalan menuju kesini!" ujarnya.
Mendengar nama Tuan Galaksi, Arsy memutuskan untuk segera pergi, ia sudah malas bertemu dengan pria tersebut apalagi harus sampai berurusan lagi dengannya.
Tak lama, Galaksi tiba di rumah sakit bersama Asistennya, yakni Raka.
"Suster, bagaimana kondisi Papahku?" Gala terlihat panik.
Suster yang tadi sempat memberi tahu Arsy soal keluarga korban yang akan datang ke Rumah Sakit, ia segera memberi tahu kondisi pasien dan menceritakan apa sebenarnya yang telah terjadi.
Gala tampak syok karena Papahnya mengalami luka tusukan yang cukup parah di area perut dan besar kemungkinan Papahnya menjadi korban perampokan. Kasus ini pun telah ditangani oleh pihak dari kepolisian.
"Tadi pasien sempat mengalami pendarahan hebat dan kebetulan dari rumah sakit kehabisan stok golongan darah O negatif, beruntungnya wanita yang bersama pasien telah berhasil menyelamatkan nyawanya!"
Gala terbelalak tak percaya atas penjelasan dari sang Suster, kemudian Gala menanyakan siapa wanita tersebut? sang Suster sendiri tidak mengetahui nama wanita itu dan ia mencoba mencarinya melalui hasil tes Laboratorium, Gala sendiri menunggu kabar dari sang Suster, kemudian ia bergegas pergi untuk memastikan kondisi Papahnya.
Sedangkan Arsy saat ini sudah berada di depan pintu gerbang rumah sakit, ia segera menghubungi mang Usep lewat benda pipih miliknya, dan tidak butuh waktu lama, Mang Usep pun datang, Arsy masih saja merasakan pusing di kepalanya, Mang Usep yang melihatnya sempat dibuat khawatir.
.
.
Pagi ini, Arsy memutuskan untuk tidak berjualan kue Mochi, tiba-tiba tubuhnya mendadak sakit, Adnan menjadi khawatir akan kondisi ibunya.
"Bun sebenarnya semalam Bunda habis dari mana?" Adnan menyipitkan mata, ia menaruh curiga terhadap ibunya karena tidak mau jujur padanya.
"Bunda hanya menolong orang terkena musibah, memangnya kenapa Adnan?" Arsy mengernyitkan keningnya, ia tahu bahwa putranya masih penasaran atas kejadian semalam.
Pada akhirnya Adnan memilih untuk tidak melanjutkan perkataannya, dan memilih menyiapkan sarapan pagi.
Seperti biasanya, Adnan pergi ke warung Bu Sanusi yang setiap paginya berjualan nasi uduk di dekat kontrakan.
"Adnan, tumben bukan ibumu yang membeli sarapan?" tanya Bu Sanusi sembari menaruh nasi uduk di atas kertas nasi.
"Bunda sakit, Bu!"
"Hah, Sakit apa ibumu, Adnan?" Bu Sanusi menghentikan aktifitasnya dan memilih fokus memperhatikan Adnan.
"Dari semalam Bunda demam, sampai sekarang juga masih!" ujarnya seraya memasang wajahnya yang sedih
"Owalah, mesti buru-buru di bawa ke Dokter, yasudah nanti setelah Ibu selesai berjualan, Ibu antar Bundamu ke Klinik ya!" kemudian Bu Sanusi melanjutkan aktifitasnya, dan dua bungkus nasi uduk komplit sudah ia masukkan kedalam kantong kresek bening, dan Adnan bergegas kembali ke kontrakan.
Sekitar pukul sepuluh siang, Bu Sanusi yang baru saja selesai dengan dagangannya, ia bergegas pergi menghampiri Arsy, dan benar saja saat ini Arsy masih terbaring lemah di atas lantai beralaskan tikar, dimana tubuhnya terus saja menggigil, Adnan sendiri sampai dibuat menangis karena ia takut terjadi sesuatu dengan ibunya.
Pada akhirnya, Bu Sanusi membawa Arsy pergi ke Klinik yang jaraknya tidak begitu jauh dari kontrakan.
Setelah menjalani pemeriksaan, rupanya tensinya anjlok dan Arsy terkena Anemia, tadinya Dokter menyarankan dirinya untuk dirawat di Rumah Sakit, namun Arsy menolaknya dan lebih memilih untuk di rawat di rumah. Sang Dokter tidak bisa memaksa dan hanya meresepkan beberapa obat serta makanan yang bisa meningkatkan metabolisme tubuhnya.
.
.
Saat ini Gala berada di ruangan ICU, karena semalam Papahnya sempat mengalami kritis, beruntungnya semalam Arsy telah mendonorkan darahnya sehingga Tuan Dimitri terlepas dari maut, Gala sendiri begitu penasaran akan sosok wanita yang telah menyelamatkan Papahnya.
Sedangkan Nyonya Maria saat ini masih berada di rumahnya bersama dengan Aluna, dimana kemarin sore, Aluna sudah di perbolehkan pulang.
Aluna terus saja merengek kepada Neneknya untuk pergi ke Rumah Sakit karena merasa khawatir akan kondisi kakek tercintanya, akan tetapi Gala sudah mewanti-wanti agar putrinya tidak pergi ke Rumah Sakit, mengingat kondisi tubuhnya yang masih lemah pasca sakit.
Tak lama, kedua bola matanya terbuka secara perlahan, Gala yang menyaksikan secara langsung Papahnya tersadar, ia segera memanggil Dokter dan juga Suster.
Dan akhirnya Tuan Dimitri kembali di periksa untuk memastikan kondisinya saat ini.
"Syukurlah pasien sudah lewat dari masa kritisnya, hari ini pasien bisa dipindahkan ke kamar rawat inap!"ucap sang Dokter
Gala sendiri merasa sangat bersyukur karena Papahnya selamat dari masa kritisnya.
"G..gala!" Tuan Dimitri memanggil putranya dengan suaranya yang terbata.
Gala mendekat dan menggenggam tangannya.
"Iya Pah, ada apa?"
"Dimana wanita itu?"
" Wanita yang mana Pah?" Gala tampak kebingungan.
" Wanita yang semalam telah menyelamatkan Papah, Arsy si wanita yang menjual kue Mochi!"
Deg!
Gala tercekat bahkan sampai terbelalak ketika Papahnya berkata seperti itu padanya.
"Apa! jadi wanita yang semalam telah menyelamatkan Papah adalah wanita itu, Arsy?" Gala masih tak percaya atas perkataan dari Papahnya.
Bersambung...