"Di bawah lampu panggung, mereka adalah bintang. Di bawah cahaya bulan, mereka adalah pemburu."
Seoul, 2025. Industri K-Pop telah berubah menjadi lebih dari sekadar hiburan. Di balik gemerlap konser megah yang memenuhi stadion, sebuah dimensi kegelapan bernama The Void mulai merayap keluar, mengincar energi dari jutaan mimpi manusia.
Wonyoung (IVE), yang dikenal dunia sebagai Nation’s It-Girl, menyimpan beban berat di pundaknya. Sebagai pewaris klan Star Enchanter, setiap senyum dan gerakannya di atas panggung adalah segel sihir untuk melindungi penggemarnya. Namun, kekuatan cahayanya mulai tidak stabil sejak ancaman The Void menguat.
Di sisi lain, Sunghoon (ENHYPEN), sang Ice Prince yang dingin dan perfeksionis, bergerak dalam senyap sebagai Shadow Vanguard. Bersama timnya, ia membasmi monster dari balik bayangan panggung, memastikan tidak ada satu pun nyawa yang hilang saat musik berkumandang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30 : The Awakening of the Silver Vinyl
Puncak Bukhansan menjadi saksi bisu berakhirnya tirani Madam Joo. Setelah cahaya emas itu meresap ke dalam tubuh mereka, ketenangan yang murni menyelimuti keenam belas member. Madam Joo telah dibawa pergi oleh unit kepolisian pusat yang dipimpin oleh ayah salah satu staf lama mereka, dan untuk pertama kalinya dalam berbulan-bulan, tidak ada kamera CCTV, tidak ada sensor Void, dan tidak ada ancaman peluru perak.
Namun, ketenangan itu terusik saat Wonyoung merasakan tas taktisnya bergetar hebat.
Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan piringan yang kini telah berubah menjadi Silver Vinyl permukaannya mengilat seperti cermin cair, memantulkan sinar matahari fajar dengan cara yang tidak wajar. Piringan ini adalah evolusi terakhir dari The Genesis Vinyl, sebuah rekaman murni dari perjalanan mereka menjadi manusia.
"Wonyoung-ah, kenapa benda itu bergetar lagi?" tanya Sunghoon, wajahnya yang lelah kembali waspada.
"Aku tidak tahu. Rasanya... seolah dia sedang mencoba menangkap sebuah frekuensi dari jarak yang sangat jauh," jawab Wonyoung.
Tiba-tiba, piringan perak itu memproyeksikan sebuah hologram peta dunia di tengah lingkaran para member. Di atas peta tersebut, titik-titik merah mulai bermunculan. Seoul, Paris, London, New York, Tokyo... dan sebuah titik hitam besar yang berdenyut di tengah Samudra Atlantik.
Pesan dari Seberang
Suara statis keluar dari piringan tersebut, diikuti oleh sebuah rekaman audio yang membuat bulu kuduk semua orang berdiri.
"...Kepada para penyintas klan Star dan Shadow. Kalian pikir kalian telah memenangkan perang karena berhasil menghancurkan Mr. Oh dan The Conductor? Kalian hanyalah anak-anak yang bermain dengan api di pinggir kawah gunung berapi."
Suara itu berat, berwibawa, dan memiliki nada yang sangat kuno.
"Kemanusiaan yang kalian banggakan itu adalah kelemahan yang kami tunggu. Sekarang, setelah piringan itu menjadi perak murni, ia telah membuka gerbang bagi 'The Archivist of Souls'. Persiapkan diri kalian untuk Tur Dunia yang sesungguhnya. Karena setiap konser yang akan kalian jalani mulai sekarang, adalah panggung untuk mengumpulkan sisa-sisa jiwa manusia yang akan kami panen."
"Itu The Great Void," bisik Han, tubuhnya gemetar hebat. "Suara itu... itu adalah suara Sang Penguasa dari dimensi nol. Dia tidak pernah muncul karena dia takut pada kekuatan abadi kalian. Tapi sekarang, karena kalian telah menjadi manusia... dia tidak lagi memiliki penghalang."
Jay yang masih bersandar pada Gaeul mengepalkan tangannya. "Jadi, meskipun kita sudah kehilangan kekuatan, mereka tetap tidak akan membiarkan kita hidup tenang sebagai idola?"
"Justru karena kita idola," sahut Jake, matanya menatap tajam ke arah peta hologram. "Popularitas kita adalah jembatan energi. Dia ingin menggunakan konser tur dunia kita untuk mengumpulkan jutaan orang dalam satu frekuensi, lalu menyerap jiwa mereka sekaligus."
The Grand Decision
Suasana di puncak gunung yang tadinya penuh kemenangan kini kembali mencekam. Mereka dihadapkan pada pilihan sulit: Berhenti menjadi idola dan bersembunyi selamanya sebagai manusia biasa, atau melanjutkan Tur Dunia dan menghadapi Sang Penguasa di setiap panggung.
"Kita tidak bisa berhenti," ucap Yujin tegas. "Jika kita berhenti, dia akan menemukan cara lain, dan kita tidak akan ada di sana untuk melindungi fans kita."
"Tapi kita tidak punya sihir lagi, Eonni," rintih Leeseo. "Bagaimana kita melawan Sang Penguasa hanya dengan tarian dan nyanyian?"
Wonyoung menatap Silver Vinyl di tangannya. Ia melihat bayangan dirinya di permukaan perak itu seorang gadis yang lelah, terluka, namun memiliki api di matanya. Ia teringat bagaimana suara murninya bisa menghancurkan biola tulang di Louvre.
"Kita punya melodi perak," ucap Wonyoung pelan. "Piringan ini berubah menjadi perak karena ia merekam kemanusiaan kita. Itu artinya, kemanusiaan kita adalah frekuensi yang bisa menghancurkan The Void. Kita akan melakukan Tur Dunia ini. Kita akan mendatangi setiap titik merah di peta itu."
Sunghoon melangkah maju, berdiri di samping Wonyoung. Ia menatap rekan-rekan setimnya satu per satu. "Mulai hari ini, konser kita bukan lagi sekadar pertunjukan musik. Setiap penampilan adalah ritual pembersihan. Setiap lirik adalah mantra. Dan setiap fans yang menonton kita akan menjadi bagian dari tentara cahaya tanpa mereka sadari."
"Tur Dunia, The Human Encore," gumam Heeseung. "Bukan sebagai perpisahan, tapi sebagai pertempuran terakhir."
Persiapan Terakhir
Tujuh hari kemudian.
Gedung agensi telah direstrukturisasi total. Dengan bantuan bukti-bukti dari Han dan pengaruh global fans, manajemen baru yang lebih transparan dibentuk. IVE dan ENHYPEN secara resmi diumumkan akan memulai tur dunia kolaborasi terbesar dalam sejarah K-Pop.
Di ruang latihan, suasana sangat berbeda. Tidak ada lagi penjaga bersenjata. Yang ada hanyalah enam belas pemuda dan pemudi yang berlatih dengan intensitas yang melampaui batas manusia. Mereka belajar bagaimana memasukkan energi "Darah dan Keringat" ke dalam setiap gerakan mereka.
Wonyoung dan Sunghoon berdiri di depan cermin besar. Sunghoon memberikan sepasang in-ear monitor baru berwarna perak kepada Wonyoung.
"Ini dibuat oleh Jake dan Han," ucap Sunghoon. "Alat ini akan menyinkronkan detak jantung kita dengan musik di panggung. Selama jantung kita berdetak dalam harmoni, The Void tidak akan bisa menembus panggung kita."
Wonyoung memasang alat itu, lalu menatap Sunghoon. "Sunghoon-ssi, kau siap menjadi manusia paling terkenal yang memburu monster di depan jutaan pasang mata?"
Sunghoon tersenyum, senyuman yang kini jauh lebih hangat dari matahari musim panas. "Selama kau ada di sampingku di bawah sorotan lampu itu, aku siap menghadapi kiamat sekalipun."
Tiba-tiba, piringan perak di atas meja mengeluarkan pendaran cahaya yang sangat indah. Di permukaannya muncul jadwal kota pertama mereka: London.
Saat pesawat mereka lepas landas menuju London, Wonyoung melihat ke luar jendela, melihat kota Seoul yang semakin mengecil. Di saku kursinya, ia menemukan sebuah kartu kecil yang ditulis oleh seluruh member...
"Apapun yang terjadi di London, Paris, atau New York... kita melakukannya bersama sebagai manusia. Darah kita merah, hati kita satu."
Wonyoung memejamkan mata, mendengarkan melodi perak yang mulai berdenting di kepalanya. Babak baru telah dimulai. Mereka bukan lagi Hunter yang bersembunyi di balik topeng idola. Mereka adalah idola yang menggunakan panggung mereka untuk menyelamatkan dunia.
The Awakening of the Silver Vinyl marks the end of their era as monsters, and the birth of their legend as Human Idols.
Pesan dari Noirsz :
Gimana guys? Arc kedua resmi berakhir di sini dengan keberangkatan mereka ke Tur Dunia yang penuh akan misteri! Perjuangan jadi manusia ternyata malah bawa mereka ke tanggung jawab yang lebih besar ya.
Dukung terus perjalanan IVE x ENHYPEN dengan cara...
Like kalau kalian excited banget sama petualangan mereka di London nanti!
Komen di bawah: "TEAM HUMAN" kalau kalian percaya kekuatan hati manusia bisa ngalahin Sang Penguasa!
Share cerita ini ke media sosial kalian, ajak semua DIVE dan ENGENE buat gabung di pertempuran epik ini!
Jangan lewatkan Arc 3: The Global Symphony yang akan dimulai di Chapter selanjutnya! Apa yang menunggu mereka di kabut kota London? Stay tuned terus ya!