NovelToon NovelToon
Sang Legenda: Naga Langit

Sang Legenda: Naga Langit

Status: tamat
Genre:Misteri / Fantasi Timur / Balas Dendam / Kebangkitan pecundang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Tamat
Popularitas:7.2M
Nilai: 4.5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Xiao Chen selalu dianggap murid terlemah di Klan Xiao.

Tidak punya bakat, selalu gagal dalam ujian, dan menjadi bahan ejekan seluruh murid.
Namun tidak ada yang tahu kebenaran sesungguhnya bahwa tubuhnya menyembunyikan darah naga purba yang tersegel sejak lahir.

Segalanya berubah saat Ritual Penerimaan Roh Penjaga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33: Paviliun Harta Karun

Keesokan paginya, Xiao Chen mengenakan jubah hitamnya yang paling bersih dan berjalan menuju pusat Kota Angin Perak. Tujuannya adalah bangunan paling mewah dan megah yang ia lihat kemarin: Paviliun Harta Karun.

Bangunan itu sendiri adalah sebuah karya seni. Terdiri dari sembilan lantai, paviliun itu dibangun dari kayu spiritual langka yang memancarkan aroma samar, dengan atap berlapis emas yang berkilauan di bawah sinar matahari. Di pintu masuk utamanya yang dijaga oleh dua patung singa giok, berdiri empat orang penjaga berarmor lengkap. Masing-masing dari mereka memancarkan aura kuat dari Alam Pembangunan Fondasi, membuat siapa pun yang berniat membuat masalah akan berpikir dua kali.

Arus kultivator yang kaya dan berpakaian bagus terus keluar masuk dari pintu utama. Xiao Chen, dengan jubahnya yang sederhana dan auranya yang sengaja ia tekan, tampak sangat tidak pada tempatnya.

Saat dia mencoba melangkah menuju pintu utama, salah satu penjaga mengangkat tombaknya, menghalangi jalannya.

"Berhenti," kata penjaga itu, matanya yang tajam memindai Xiao Chen dari atas ke bawah dengan tatapan meremehkan. "Pintu masuk utama hanya untuk tamu terhormat dan mereka yang memiliki Kartu Giok Paviliun. Jika kau mau menjual barang, gunakan meja penaksiran di pintu samping."

Xiao Chen tidak berdebat. Dia hanya mengangguk dan berjalan ke arah yang ditunjuk. Pintu samping itu lebih kecil, tetapi di dalamnya juga ramai. Sebuah aula besar terbentang di hadapannya, dengan antrean panjang di depan sebuah konter kayu yang luas. Di belakang konter, beberapa penatua berjubah abu-abu duduk, dengan bosan menaksir berbagai macam barang yang dibawa para kultivator—dari inti binatang, ramuan obat, hingga artefak yang rusak.

Dia mengantre dengan sabar. Setelah hampir satu jam, gilirannya pun tiba. Di hadapannya duduk seorang penatua kurus dengan wajah penuh keriput dan ekspresi bosan, seolah-olah dia telah melihat semuanya.

"Apa yang mau kau jual?" tanya si penatua, Penatua Guo, tanpa mengangkat kepalanya dari buku catatannya.

"Pil obat," jawab Xiao Chen singkat.

Penatua Guo mendengus dalam hati. Setiap hari ada puluhan alkemis amatir yang mencoba menjual pil buatan mereka yang berkualitas rendah. "Keluarkan," katanya, masih tidak tertarik.

Xiao Chen dengan tenang mengeluarkan sebuah botol giok putih yang paling umum dan meletakkannya di atas konter. Dia hanya meletakkan satu butir pil di dalamnya.

Dengan gerakan malas, Penatua Guo membuka sumbat botol itu.

Seketika, aroma obat yang kaya, murni, dan manis—sama sekali berbeda dari bau pahit pil biasa—menguar dari botol dan menyentuh hidungnya. Gerakan tangan Penatua Guo yang sedang menulis langsung berhenti. Dia mengangkat kepalanya untuk pertama kalinya, sedikit keterkejutan muncul di matanya yang sayu.

Dia dengan hati-hati menuangkan pil itu ke telapak tangannya. Ekspresi bosannya lenyap seketika, digantikan oleh syok total.

Pil itu berwarna hijau zamrud cemerlang, bulat sempurna, dan memancarkan kilau seperti permata. Tapi bukan itu yang membuatnya terperangah. Matanya terpaku pada permukaan pil itu. Di sana, terukir dengan alami, ada pola-pola samar yang menyerupai awan yang mengalir.

Tangannya mulai sedikit gemetar. Dia dengan cepat mengambil sebuah kaca pembesar kristal dari lacinya dan mengamati pil itu lebih dekat.

"I-ini... Pola Pil Awan..." suaranya terbata-bata, napasnya menjadi berat. "Kualitas... Kualitas Sempurna?!"

Suaranya, meskipun pelan, terdengar jelas di aula yang sedikit bising itu. Beberapa orang di dekat konter yang mendengarnya langsung menoleh dengan ekspresi tidak percaya.

"Apa yang dia katakan? Kualitas Sempurna?"

"Tidak mungkin! Aku bahkan belum pernah melihat pil tingkat tinggi seumur hidupku, apalagi tingkat sempurna!"

Sikap Penatua Guo berubah seratus delapan puluh derajat. Dia dengan hati-hati meletakkan pil itu kembali ke dalam botol seolah-olah itu adalah harta paling rapuh di dunia. Dia berdiri, membungkuk sedikit pada Xiao Chen, sikapnya kini penuh dengan rasa hormat yang luar biasa.

"Tuan Muda," katanya, suaranya kini bergetar karena gugup dan gembira. "Mohon maafkan kelancangan orang tua ini. B-barang ini... terlalu berharga untuk saya tangani. Mohon tunggu sebentar! Saya harus segera memanggil Manajer!"

Tanpa menunggu jawaban Xiao Chen, Penatua Guo bergegas masuk ke sebuah pintu di belakang konter, meninggalkan Xiao Chen yang tenang dan kerumunan yang kini menatapnya dengan tatapan yang sama sekali berbeda.

Beberapa menit kemudian, pintu itu terbuka lagi. Penatua Guo keluar dengan langkah cepat, tetapi kali ini dia berjalan di belakang seseorang, menundukkan kepalanya dengan hormat.

Sosok yang masuk itu langsung menarik perhatian seluruh aula. Seorang wanita muda yang mengenakan gaun sutra ketat berwarna merah gelap, yang menonjolkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Rambut hitamnya yang panjang disanggul dengan elegan, ditusuk oleh sebuah tusuk konde giok phoenix. Wajahnya sangat cantik, tetapi yang paling menawan adalah matanya—tajam, cerdas, dan seolah bisa melihat menembus jiwa seseorang. Dia melangkah dengan keanggunan dan kepercayaan diri yang membuat semua orang secara naluriah memberinya jalan.

Auranya kuat namun terkendali, jelas seorang ahli tingkat tinggi.

Wanita itu adalah Manajer Paviliun Harta Karun cabang Kota Angin Perak, Lin Zihan.

Tatapan tajamnya menyapu kerumunan yang terdiam sebelum akhirnya mendarat pada pil di atas konter. Matanya sedikit melebar karena terkejut. Kemudian, dia mengangkat kepalanya dan menatap Xiao Chen, pemuda berjubah sederhana yang berdiri dengan tenang di tengah semua kekacauan yang ia ciptakan. Sedikit rasa ingin tahu yang tulus muncul di matanya yang indah.

Dia membuka bibirnya, suaranya terdengar jernih dan merdu seperti dentingan lonceng angin.

"Penatua Guo memberitahuku, Tuan Muda di sini punya sesuatu yang sangat menarik untuk ditunjukkan padaku?"

1
Juni Ardi
luar biasa
Darwito
eyyeey
Darwito
yeyeeu
Darwito
twtwtw
Darwito
f7f77fc78v
Bin Bin
teman2, kemungkinan maksudnya yang misterius itu masternya (gurunya), buka xiao chen 🤭
YAN 28
yg jenius bukan mc nya, dia pecundang masa susah ngalahin lawan yg kultivasinya dibawah... 🤣🤣🤣
Juni Ardi
keren😄
Darwito
xyuxux
Kris Worro
melawan musuh yg ranahnya jauh dibawahnya kerepotan sampai terluka, melawan musuh yg ranahnya setara seringnya kehabisan qi ujung-ujungnya pingsan wl menang dan melawan musuh yg ranahnya satu tingkatan kecil diatasnya mungkin si mc modar. si author bingung mau menempatkan mc posisinya gmn
n max
ceritanya hanya mencari kekuatan aja, tdk ada sosialisasi kpd rakyat dn tdk ada cerita romantisnya membosankan
Purwoko Joko Prawoko
bukankan sang paman kedua sudah membuat sumpah dao akan setia kepada sang nona pewaris???
Kris Worro
Di novel ini elemen petir seolah gk ada harga dirinya, dqn di novel ini diceritakan bhw elemen petir itu turunan dr elemen kayu. Sedangkan dicerita novel yg lain-lainnya elemen petir adl salah satu elemen terkuat yg ada disamping elemen cahaya, elemen rung dan waktu dan elemen kegelapan
Kris Worro
Menjijikqn sekali si mc, pertarungan dg lawan yg seimbang atau kuat selalu dan selalu kehabisan qi akhirnya pingsan. Gk ada metode lain apa thor utk mengembangkan cerita biar lbh menarik. Lagian kultivasi baru tahan 3 (Core Formation) aja digambarkan seolah-olah kekuatannya di ranah Kaisar Surgawi, terlalu berlebihan kamu thor dan lbh mendekati ke alay dlm bercerita
Kris Worro
Kirain ranah kultivasi ketua sekte (matriak) itu sdh di ranah kaisar langit atau kaisar surgawi, eh gk taunya ranah kultivasinya 1 tingkat di atas ranah kultivasi Xiao Chen. Sungguh sangat berlebihan sekali si author dlm menggambarkan sebuah kekuatan
Darwito
geyeue
Darwito
whn
Darwito
yzuzzu
Darwito
twtw5w
Darwito
duxh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!