Che Tian, seorang Saint terkuat di alam dewa, kecewa ketika kekasihnya, Yuechan, direbut oleh Taiqing, penguasa alam dewa yang dipilih oleh Leluhur Dao. Merasa dihina, Che Tian menantang Taiqing dan dihukum, diturunkan ke bumi untuk mencari kekuatan yang lebih besar. Dengan senjata sakti, Mandala Yin Yang dan Kipas Yin Yang, Che Tian membangun kekuatan baru dan mengumpulkan murid-murid yang setia. Dalam perjalanannya, ia menghadapi pengkhianatan dan rahasia alam semesta, sambil memilih apakah akan membalas dendam atau membawa keseimbangan yang lebih besar bagi dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tian Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Kebangkitan yang Tak Terduga
Malam itu, angin sepoi-sepoi berhembus lembut di sekitar rumah kayu yang sederhana, menerpa dedaunan yang berbisik dalam keheningan. Che Tian berdiri di depan pintu rumah itu, menatapnya dengan mata yang penuh makna. Tangan kanannya mengangkat, dan dengan ketukan yang tenang namun pasti, ia mengetuk pintu. Suara ketukan itu seolah menjadi panggilan tak terjawab dari masa lalu yang ingin bangkit kembali.
Di dalam, Ling Yihan terdiam, larut dalam lamunannya. Hatinya yang terluka, pikirannya yang gelisah, semuanya berputar kembali pada satu sosok—istrinya. Cinta yang telah hilang, dan segala upaya yang telah dilakukan untuk mengembalikannya. Namun, dalam kepedihan itu, suara ketukan pintu menyadarkannya dari lamunan. Dia segera berdiri, langkahnya cepat menuju pintu, sedikit terkejut, sedikit bingung.
Saat pintu terbuka, di hadapannya berdiri Che Tian, sosok yang telah mengungkapkan kekuatan luar biasa tadi. Wajahnya tenang, namun mata Che Tian menyimpan makna yang dalam.
"Ada urusan apa, Tuan?" tanya Ling Yihan, nada suaranya terdengar sedikit ragu, namun penuh rasa ingin tahu.
Che Tian menatap Ling Yihan dengan pandangan penuh perhatian. "Aku datang untuk menawarkan sebuah jalan. Sebuah kesempatan untuk menghidupkan kembali orang yang paling kamu cintai."
Ling Yihan terkejut mendengar kata-kata itu. Hatinya berdebar, namun ia segera menahan diri. "Kebangkitan? Aku sudah mencoba segalanya untuk mengembalikan istriku, namun gagal. Tidak ada yang bisa mengembalikannya." Suara Ling Yihan bergetar, tetapi ia berusaha keras menahan perasaan yang ingin meledak.
Che Tian hanya tersenyum, senyum yang tidak menunjukkan kebohongan, hanya keyakinan yang mendalam. "Aku tahu apa yang kamu rasakan, dan aku tahu bahwa apa yang ku tawarkan bukanlah kebohongan. Aku bisa menghidupkan istrimu kembali, dengan syarat… kamu harus menjadi muridku."
Ling Yihan terdiam, pikirannya seolah terguncang oleh tawaran itu. "Menjadi muridmu? Bagaimana bisa aku mempercayai bahwa ini bukan jebakan? Aku sudah mencoba semua cara, dan kini, seseorang datang menawarkan kebangkitan—itu… aneh, tidak mungkin," gumamnya dengan suara pelan, meski rasa penasaran perlahan mengalahkan keraguannya.
Che Tian mendekat sedikit, matanya tajam dan penuh keyakinan. "Perasaanmu bisa dimengerti, Ling Yihan. Namun, aku tidak menawarkan janji kosong. Aku punya kekuatan yang bisa mengubah takdir. Jika kamu ingin membuktikannya, lihatlah." Che Tian mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, energi yang sangat besar memancar keluar, menyelimuti seluruh ruangan. Cahaya biru dan hitam yang berputar seperti pusaran, membentuk kekuatan yang luar biasa, dan Ling Yihan merasakan hawa kekuatan itu merasuk dalam dirinya.
Rasa takut dan keraguan yang sempat ada mulai memudar, digantikan oleh kepercayaan yang tak terlukiskan. Che Tian tidak mungkin berpura-pura. Dengan kekuatan sebesar itu, mustahil ia bisa salah.
"Baiklah," kata Ling Yihan, suara yang kini lebih tenang dan mantap. "Aku percaya padamu. Aku akan menyerahkan segalanya padamu." Ia mengangguk, meskipun hatinya masih berdebar keras.
Che Tian mengangguk perlahan, tanda persetujuan. "Siapkan tubuh wanita itu. Aku hanya perlu tubuh agar jiwa itu bisa kembali. Setelah itu, proses kebangkitan akan dimulai."
Ling Yihan berjalan menuju sebuah meja kayu yang terletak di sudut ruangan. Di atasnya, terdapat sebuah peti hitam dengan ukiran-ukiran halus yang tampak tua. Dengan hati-hati, ia membuka peti itu, mengungkapkan jasad istrinya yang telah lama mati. Jasad itu tampak seperti masih hidup, seolah sedang tertidur dengan damai. Ling Yihan menghela napas, lalu memindahkan jasad itu dengan hati-hati ke hadapan Che Tian.
"Ini dia, tubuh istriku. Aku percaya padamu, Tuan." Suaranya bergetar, namun ia merasa bahwa ini adalah satu-satunya harapan yang tersisa.
Che Tian menatap jasad itu sejenak, lalu melihat Ling Yihan dengan penuh pengertian. "Kamu sudah cukup menderita, Ling Yihan. Kini, saatnya untuk mengakhiri penderitaan itu."
Dengan gerakan yang penuh ketenangan, Che Tian mulai memusatkan energi spiritualnya pada tubuh itu, perlahan memanggil jiwa istri Ling Yihan untuk kembali. Langkah demi langkah, proses yang luar biasa itu dimulai. Ling Yihan menunggu dengan napas tertahan, hatinya berdebar tak menentu.
Tiba-tiba, tubuh itu mulai bergerak. Tangan dan kaki yang dulu kaku mulai terasa hidup. Perlahan, matanya terbuka, memancarkan cahaya yang lembut. Istrinya kembali hidup—tidak sempurna, namun nyata.
"I-ini… ini tidak mungkin!" Ling Yihan berteriak, matanya berkaca-kaca saat ia melihat istrinya tersenyum lemah kepadanya.
Tanpa pikir panjang, ia melangkah maju dan memeluk istrinya dengan erat. "Aku tidak pernah menyerah, aku tahu kamu akan kembali!" katanya dengan suara penuh haru.
Istrinya, dengan mata yang masih sedikit bingung namun penuh kasih, membalas pelukannya. "Aku kembali… karena kamu tidak pernah meninggalkan aku." Suaranya pelan, namun penuh makna.
Che Tian hanya berdiri di samping mereka, mengamati kebahagiaan mereka berdua. Dalam hatinya, ia merasakan keinginan yang kuat—keinginan untuk memiliki seseorang yang akan mencintainya dengan cara yang sama, untuk memiliki kebahagiaan yang penuh seperti ini. Meskipun ia merasa iri, ia tahu bahwa tidak semua takdir bisa dipaksakan. "Mungkin suatu saat nanti…" gumamnya pelan, namun suara itu hanya terdengar oleh dirinya sendiri.
Ling Yihan dan istrinya masih saling berpelukan, dunia mereka terasa sempurna untuk sesaat. Namun, Che Tian tahu bahwa kebahagiaan ini hanyalah sebuah awal dari perjalanan baru. Dan dalam perjalanan itu, ia berharap Ling Yihan akan menemukan lebih dari sekadar cinta. Ia berharap Ling Yihan akan menemukan tujuan hidup yang lebih besar—sebuah tujuan yang akan mengubah takdir mereka semua.
Namun untuk saat ini, mereka berdua hanya bisa menikmati kebahagiaan ini, karena dalam hidup, kadang-kadang, momen kebahagiaan yang tulus adalah segalanya.