Di tengah dunia yang hancur akibat wabah zombie, Dokter Linlin, seorang ahli bedah dan ilmuwan medis, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Laboratorium tempatnya bekerja berubah menjadi neraka, dikepung oleh gerombolan mayat hidup haus darah.
Saat ia melawan Raja Zombie, ia tak sengaja tergigit oleh nya, hingga tubuhnya diliputi oleh cahaya dan seketika silau membuat matanya terpejam.
Saat kesadarannya pulih, Linlin terkejut mendapati dirinya berada di pegunungan yang asing, masih mengenakan pakaian tempurnya yang ternoda darah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berburu Dapat Rusa
Matahari mulai menampakkan sinarnya, menyapu desa dengan cahaya keemasan. Aroma kayu bakar dan makanan hangat menguar di udara. Linlin duduk di meja, menghabiskan sarapannya dengan tenang, sementara Yi Hang merapikan beberapa peralatan di dekat pintu.
Linlin mengamati gerak-gerik Yi Hang. "Kau mau pergi ke mana?" tanyanya setelah meneguk air hangatnya.
Yi Hang menoleh sambil menyesuaikan tali busurnya. "Ke gunung. Aku ingin berburu."
Mata Linlin berbinar. "Aku ikut!"
Yi Hang tertegun sejenak, lalu mengernyit. "Untuk apa? Gunung itu bukan tempat bermain."
Linlin tersenyum penuh percaya diri. "Aku juga butuh melihat-lihat sekitar, siapa tahu bisa menemukan sesuatu yang berguna."
Yi Hang menghela napas. "Gunung itu berbahaya, ada binatang buas. Kau bisa terluka."
Linlin menyilangkan tangan di dada. "Aku tidak selemah yang kau kira, kau sudah melihat sendiri betapa kuatnya aku."
Yi Hang menatapnya ragu. "Tetap saja... Ini bukan ide yang baik."
Linlin mendekat dan menatap Yi Hang tajam. "Aku ikut, titik."
Yi Hang akhirnya menyerah dan mengusap tengkuknya. "Baiklah, tapi kau harus menuruti perintahku. Jangan bertindak gegabah."
Linlin tersenyum puas. "Tentu saja!"
Linlin dan Yi Hang baru saja keluar dari halaman rumah ketika seorang wanita menghampiri mereka dengan wajah penuh syukur. Wanita itu membawa sebuah bungkusan besar yang tampaknya berisi makanan.
"Yi Hang!" panggilnya dengan senyum ramah.
Linlin dan Yi Hang berhenti. Linlin langsung mengenali wanita itu sebagai ibu dari anak yang ia selamatkan kemarin.
"Ibu... ada perlu apa?" tanya Linlin dengan sopan.
Wanita itu tersenyum hangat. "Aku ingin mengantarkan ini sebagai tanda terima kasih."
Ia menyodorkan bungkusan itu kepada Linlin. Linlin menerimanya dengan sedikit terkejut. "Ah, tidak perlu repot-repot..."
Wanita itu menggeleng cepat. "Tidak, tidak. Aku benar-benar berterima kasih padamu. Jika bukan karena Nona, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada anakku."
Yi Hang yang berdiri di samping Linlin menyela, "Ibu, yang paling penting adalah anakmu baik-baik saja sekarang. Jangan terlalu membebani diri dengan rasa terima kasih."
Wanita itu tersenyum dan mengangguk. "Benar, benar. Ngomong-ngomong, aku belum memperkenalkan diri dengan benar. Namaku Madam Wu, kau bisa memanggilku Bibi Wu. Kalian mau pergi kemana?"
Linlin tersenyum dan membungkukkan tubuh sedikit sebagai tanda hormat. "Senang bertemu denganmu, Bibi Wu. Namaku Linlin. Kami akan ke gunung."
Bibi Wu mengangguk dan tersenyum semakin lebar. "Nama yang cantik. Kau dari desa ini?"
Linlin melirik Yi Hang sekilas sebelum menjawab, "Bukan. Aku hanya... kebetulan berada di sini."
Bibi Wu tampak penasaran, tapi ia tidak bertanya lebih lanjut. "Baiklah, kalau begitu, semoga perjalanan kalian lancar. Hati-hati di gunung!"
Linlin mengangguk. "Terima kasih, Bibi Wu."
Setelah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan, membawa bekal pemberian Bibi Wu. Yi Hang melirik Linlin dengan ekspresi tak terbaca.
Linlin berjalan santai di samping Yi Hang, menikmati udara segar pegunungan. Matahari pagi menyinari jalur setapak yang mereka lalui, menciptakan bayangan panjang di tanah. Yi Hang tampak selalu memperhatikan langkahnya, sesekali menyingkirkan ranting atau batu yang bisa menghalangi jalannya.
"Kau tidak perlu melakukan itu," kata Linlin sambil menahan tawa.
Yi Hang meliriknya sekilas. "Melakukan apa?"
"Menjaga jalanku tetap mulus. Aku bisa melompat atau menendang batu sendiri, kau tahu," kata Linlin sambil mengangkat satu alis.
Yi Hang hanya mendengus pelan. "Tetap saja, kau tidak terbiasa dengan jalur gunung ini."
Linlin dalam hati hampir tertawa. Jika dia tahu aku pernah melewati reruntuhan kota penuh zombie dengan tangan kosong, bisa melompat tinggi dan berlari dengan cepat, dia pasti akan terkejut.
Saat itu, suara nyaring terdengar di benaknya.
[Pemilik, selamat pagi! Jangan lupa, tubuh ini mungkin lebih lemah dari tubuh aslimu. Jadi biarkan saja si pria tampan itu menunjukkan perhatian.]
Linlin hampir tersedak ludah sendiri. "Apa maksudmu?! Aku masih kuat!"
Yi Hang menoleh dengan bingung. "Linlin, Kau bicara apa?"
Linlin cepat-cepat berdeham. "Ah, tidak, hanya bicara pada diriku sendiri."
[Pemilik, kau terlihat seperti gadis lemah di matanya. Biarkan saja dia melindungimu sedikit, kan seru~]
Linlin menghela napas panjang, Sistem ini terlalu banyak bicara.
Tiba-tiba, Yi Hang mengulurkan tangannya. "Awas, jalanan licin."
Linlin memandang tangan itu lalu mendengus kecil. "Aku tidak selemah itu."
Namun, ketika ia mencoba melangkah sendiri, kakinya hampir terpeleset di tanah lembap. Untungnya, Yi Hang dengan cepat menangkap lengannya.
Linlin terdiam sejenak. Yi Hang juga.
"Baiklah," gumam Linlin akhirnya, "Mungkin aku memang butuh sedikit bantuan."
Yi Hang menahan tawa dan tetap menggenggam pergelangan tangannya sebentar sebelum melepaskannya. "Hati-hati."
Linlin menghela napas panjang, merasa sistemnya pasti sedang tertawa di dalam kepalanya.
[Ding! Misi sampingan: Biarkan seorang pria membantumu minimal tiga kali hari ini! Hadiah: Item misterius!]
Linlin memutar mata. "Ini tidak adil."
"Apanya yang tidak adil?" tanya Yi Hang.
"Ah, bukan apa-apa!" Linlin buru-buru melanjutkan perjalanan, berharap tidak ada kejadian memalukan lainnya. Namun, perjalanan ke gunung masih panjang, dan ia yakin sistemnya pasti punya lebih banyak kejutan untuknya.
Mereka terus berjalan mendaki. Udara semakin sejuk, angin gunung bertiup lembut, membawa aroma dedaunan basah. Yi Hang berjalan di depan, dengan gesit menghindari ranting dan batu licin. Linlin mengikutinya dengan santai, meskipun dalam hati, ia semakin yakin bahwa pria ini bukan orang biasa.
Tiba-tiba, Yi Hang mengangkat tangan, memberi isyarat agar Linlin berhenti.
“Ada apa?” tanya Linlin setengah berbisik.
Yi Hang tak menjawab, hanya menunjuk ke arah semak-semak di depan mereka. Linlin memicingkan mata dan melihatnya—seekor rusa besar tengah minum di mata air kecil. Hewan itu tidak menyadari kehadiran mereka.
Yi Hang dengan gerakan tenang mengangkat busur dan memasang anak panah. Tatapannya penuh konsentrasi, seperti seorang pemburu ulung yang sudah terbiasa menghadapi situasi ini.
Sret!
Anak panah meluncur dengan kecepatan tinggi dan tepat mengenai leher rusa. Hewan itu hanya sempat bergerak sedikit sebelum roboh.
Linlin menatap pemandangan itu dengan alis mengernyit. “Kau menembak terlalu cepat. Biasanya pemburu akan menunggu hingga hewan mendekat lebih jauh.”
Yi Hang hanya menoleh dan tersenyum tipis. “Aku yakin dengan bidikanku.”
Linlin menyipitkan mata. Lagi-lagi dia seperti orang terlatih…
Mereka berjalan mendekati rusa yang sudah tak bernyawa. Yi Hang mulai mengikat kakinya dengan tali untuk memudahkan membawanya pulang.
“Bantu aku mengangkat ini,” katanya.
Linlin mengangkat satu alis. “Aku bisa membawanya sendiri.”
Yi Hang meliriknya skeptis. “Benarkah?”
Dengan santai, Linlin menunduk, mengangkat tubuh rusa itu dengan satu tangan, lalu melemparkannya ke bahunya seolah itu hanya sekantong beras.
Yi Hang membeku. Mata pria itu sedikit membesar, jelas tak menyangka seorang gadis seperti Linlin bisa mengangkat hewan seberat itu dengan mudah.
Linlin hanya menatapnya santai. “Ada masalah?”
Yi Hang terdiam sesaat, lalu mendekat dan mengambil kembali rusa itu dari bahunya.
“Kau tidak perlu melakukan itu. Aku yang memburunya, jadi aku yang membawanya,” ucapnya sambil meletakkan rusa itu di bahunya sendiri.
Linlin berkedip beberapa kali. “Tapi—”
“Tidak perlu.” Yi Hang melangkah lebih dulu.
Linlin menatap punggungnya yang tegap dan gerakannya yang begitu stabil meski membawa beban berat.
Sistem, pria ini benar-benar hanya warga biasa?
[Maaf, data masih tidak ditemukan!]
Linlin menghela napas panjang.
vote vote,, follow me guys.. Komen nya mana..