Yun dan Sean adalah sepasang kekasih dengan kepribadian yang berbeda, Yun yang penyayang dan lembut mampu menaklukan sifat keras dalam diri Sean. Sean yang merupakan ketua genk motor tersohor sangat mencintai Yun, pria itu juga posesif pada Yun. Yun juga memiliki perasaan yang sama, walau sering dibuat jengkel oleh sifat kekanakan pria itu. Mereka bahagia memiliki satu sama lain, tapi...
Semuanya berubah kala Yun harus pergi, kondisi keuangan keluarganya merosot tajam. Yun tak ingin pergi, ia ingin bersama Sean. Tapi Sean berubah, pria itu membuatnya memutuskan untuk pergi dari sisinya. Ia mencoba memulai kehidupan baru dengan kepribadian baru, ia pun bertemu pria berkepribadian tak tersentuh. Sama dengan Sean, pria itu adalah anggota genk motor di kota itu. Saat pria itu tak sengaja mendekatinya, semua orang jadi menjodoh-jodohkan mereka, Yun pun memutuskan untuk dekat dengan pria sekali lagi.
Apa yang akan terjadi selanjutnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Afraid??
"Kayaknya kita kenal mereka deh, liat ini!!" Ujar Yuta sambil menunjuk video rekaman CCTV yang mereka dapatkan dengan susah payah, tak seharusnya rekaman itu mereka dapatkan. Tapi berhubung Josh adalah orang kaya, jadi mereka bisa menyuap orang-orang mata duitan itu.
"Ini bukannya Jay, ya?" Ujar Johnny, membuat yang lain menatapnya.
"Benar juga." Gumam Dega, pelan. "Setelah dia menganggu Yun, dia juga mengganggu temannya?" Ujarnya, tak mengerti.
"Kayaknya dia juga tau soal teman Yun ini." Ujar Josh, Dega menatapnya. "Ia melihat temannya itu berkali-kali, saat temannya ingin membantu Yun. Selain itu, anak buahnya sigap menjaga pria ini untuk tak menarik Yun kembali." Ujar Josh lagi, Dega tampak berpikir keras.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Yuta, semua tatapan tertuju kearah Dega.
"Dia ingin bicara padanya, itu yang diinginkan Yun." Ujar Dega, membuat Josh menatapnya tak yakin.
"Itu bukan ide bagus!!" Ujar Josh, yang lain mengangguk membenarkan.
"Gw cuman bantuin nyari mereka, sekarang terserah dia." Ujar Dega, tak peduli.
"Bukankah ini yang diinginkan Jay?" Tanya Yuta, Dega menatapnya. "Maksud gw, dia suka Yun, dia juga sengaja memperlihatkan dirinya didepan CCTV seolah ngasih tau kita, mungkin dia juga mengira Yun akan mencari bantuan pada kita." Ujarnya, lagi.
"Apa maksud loe?" Tanya Johnny, penasaran.
"Dia ingin Yun menemuinya, loe gak lihat?" Ujar Yuta, gemas. "Ga, kita gak bisa biarin Yun pergi temuin dia sendirian."
"Ya, tapi..."
"Bukannya Abang janji akan 'mencari tau sekaligus membantu bicara'?" Ujar Ren, membuat Dega menatapnya galak.
"Loe nguping?" Teriak Dega, tak percaya.
"Hm, jadi kita bantu bicara pada Jay?" Goda Josh, membuat Dega mendesah kesal. Yang lain hanya tertawa melihat Dega kesal, rupanya pria itu sudah bisa memberi keputusan tanpa bantuan Josh.
***
Dega menghela nafas, lagi-lagi ia harus menemui Yun sendirian. Tentu saja untuk memberikan rekaman CCTVnya, sekaligus menanyakan rencana mereka selanjutnya. Dega tak habis pikir, bagaimana bisa Josh menyuruh ia sendiri untuk menemui Yun, kan Yuta lebih bisa berbicara dibanding dirinya.
"Maaf, udah lama nunggu ya?" Ujar Yun sambil merapikan topi yang dipakainya, Dega menoleh.
Penampilan Yun tak berubah, dia tetap dengan penampilan sederhananya. Tapi kenapa ia begitu terlihat manis dimata Dega? Inikah yang membuat Jay menyukainya?
"Kak...?"
"Ah, maaf, gw agak pusing hari ini." Ujar Dega, pelan. "Ini rekamannya kalau mau bukti, kita udah tau siapa yang loe cari itu." Ujarnya sambil menyerahkan rekamannya pada Yun, gadis segera mengambilnya.
"Siapa?" Tanya Yun, penasaran.
"Jay, dia yang melakukannya." Ujar Dega, tanpa menyadari perubahan raut wajah Yun. "Sepertinya bukan hanya itu saja masalahnya, tapi juga karna loe."
"Aku?"
"Ya, itu hanya perkiraan kami. Tapi kata Josh, Jay kenal teman loe itu karna dia beberapa kali menghalanginya untuk mengambil loe balik." Ujar Dega, ia menyadari wajah pucat Yun. "Loe baik, kan?"
"Hm, aku baik." Ujar Yun, memaksa sebuah senyum.
"Lalu, rencana loe gimana?" Tanya Dega, pelan.
Yun terdiam, ia takut, sungguh. Dulu rasanya tak seperti ini, saat ia bersama Sean, ia terbiasa dengan orang yang lebih seram dari Jay, Dega, Josh, dan yang lainnya. Tapi entah kenapa wajah manis mereka membuat Yun merasa itu hanyalah sebuah topeng, kehidupan mereka sangat misterius, itu yang membuat Yun takut pada mereka. Yun sudah tau berurusan dengan mereka (lagi) adalah hal yang beresiko, tapi Yun juga tak bisa membiarkan Kent begitu saja. Yun merasa Kent begitu simpati padanya, ia merasa menemukan sosok kakak dari pria yang bahkan belum tiga hari ia kenal itu. Pria itu melindunginya dengan melapor yang resikonya pasti telah ia pikirkan, itu artinya pria itu melindunginya dengan nyawa. Harusnya ia juga begitu, kan?
"Rencananya tak berubah, aku akan mendatanginya." Ujar Yun, tanpa ada keraguan sedikitpun.
"Tapi dia bisa berbuat apa saja buat nyakitin loe, loe gak takut?" Ujar Dega, rasa khawatir menguasainya begitu saja. Melihat Yun yang berusaha menekan rasa takutnya, membuat teringat sosoknya saat masih SMA, saat ia harus menghadapi preman yang paling menakutkan pada saat itu.
"Aku gak papa, aku akan bawa teman." Ujar Yun, terlihat sekali ia memaksakan sebuah senyuman.
"Sebenarnya kita berencana bantuin loe, kita pengen bantu loe ngomong. Kayak kata gw, gw bakal bantu nyari tau sekaligus..."
"Nggak usah, aku sudah sangat berterimakasih atas bantuan kalian ini." Ujar Yun, tapi Dega malah menyentuh bahunya.
"Loe bener-bener deh, badan loe gemetaran tau!!" Ujar Dega, geram.
Deg!!
Yun menatap Dega, matanya berkaca-kaca. Sedari tadi ia berusaha untuk menahan air matanya agar tak keluar, ia berusaha sekuat tenaga agar pria itu tak menyadari ketakutan yang ia hadapi. "Maaf..."
"Untuk apa? Nangis depan gw?" Tanya Dega, pelan. "Loe tau, udah dua kali gw lihat loe nangis. Loe gak malu? Loe juga gak takut ya, gw bilang sama fans loe kalo loe ini cengeng?"
"Fans apanya?" Ujar Yun, pelan.
"Gw bakal bantuin loe, Yun. Loe tenang saja, gw bakal pastikan Jay dengerin loe dan gak akan gangguin loe dan teman loe lagi."
"Tapi gak ada kekerasan, ya?" ujar Yun, membuat Dega menatapnya. "Janji?"
"Bagaimana kalau dia menantang kita?" Tanya Dega, tak terima.
"Usahakan untuk tak melawan mereka, aku tak mau ada yang masuk rumah sakit karnaku." Ujar Yun, pelan.
"Well, itu bukan salah loe, Yun." Ujar Dega, pelan. "Dia lindungin loe, kita lindungin loe."
Yun terdiam, ia menghela nafas. "Aku terlihat selemah itu, ya?" Tanyanya, pelan.
Dega meremas bahu Yun, membuat Yun menatapnya. "Loe cewek, wajar loe lemah." Ujarnya, Yun terlihat tak terima. "Itu menurut gw, Yun. Menurut mereka, loe bahkan lebih galak dari dosen killer." Ujarnya, membuat Yun mengerjapkan matanya. Dega terdiam, ia melepaskan bahu Yun. "Maaf..." Ujarnya, menjauh.
Tapi Yun malah mendekat, membuat Dega refleks mundur. "Apa Kakak takut padaku?"
"Ng-nggak!! Buat apa gw takut pada cewek cengeng kayak loe?" Ujar Dega, tergagap.
"Syukurlah, karna aku takut sama Kakak. Gak lucu kan, kalau kita sama-sama takut?"
"Loe takut sama gw?" Ulang Dega, tak percaya.
"Besok aku akan menemui Jay, Kakak juga?" Tanya Yun, entah pengalihan atau ia tak mendengar ucapan Dega tadi.
"Sebaiknya kita datang bareng-bareng, takutnya mereka bakal celakain loe, bahkan sebelum loe berhasil nemuin Jay."
"Ok, aku akan menunggu kalian." Ujar Yun, tersenyum. Refleks, Dega juga membalas senyuman Yun dengan tak kalah manisnya.

"Kenapa lagi sih, loe?" Ujar seorang pria sambil menarik botol minuman yang entah keberapa itu dari meja didepan seorang pria yang sepertinya sudah sedari kemarin minum-minum, membuat pria itu mendesah. "Masih mikirin mantan?"
"Diem loe!!" Ujar pria itu, kasar.
"Ck!! Mantan masih dipikirin, kan masih banyak cewek lain. Loe kayak kehabisan cewek buat ditidurin, tau gak?" Ujar pria itu lagi, kesal.
"Pergi loe! Berisik banget sih!!"
"Hei!! Loe pikir ini rumah siapa? Dasar, mendadak pikun ya loe!! Makanya jangan kebanyakan minum, otak jadi ikutan tumpul tuh." Balas pria itu lagi, kesal. "Sampe kapan sih loe bakal kayak gini terus? Loe bisa kan susulin dia kesana, minta maaf, abis itu bawa dia balik."
"Gak segampang itu... Orangtua dia kan gak suka sama gw, buat apa juga gw perjuangin dia?" Ujar pria itu, sebal.
"Akhirnya waras juga loe!!" Ledek pria itu yang memegang ponsel itu, membuat pria melemparkan bantal kearahnya. "Dia juga udah move on kali ya, makanya loe gak mau nyamperin dia karna takut."
"Ya nggaklah, Kai, dia itu gak bakalan bisa move on dari gw." Ujar pria itu, kesal.
"Mana buktinya?"
"Diem loe, nyebelin banget sih!!" Ujar pria itu sambil memukuli Kai dengan bantal, membuat Kai tertawa karna pria itu terlihat seperti seorang gadis labil yang baru kenal cinta.
"Tunggu dulu, Sean, tunggu!!" Teriak Kai, tiba-tiba. "Kayaknya gw kenal dia deh, liat ini!!" Ujarnya sambil menyodorkan ponselnya, membuat pria bernama Sean itu akhirnya berhenti memukulinya. "Ini Yun, kan? Dia sama siapa?"
Sean menatap ponsel itu, disana seorang gadis tengah menggandeng seorang pria dengan senyuman manisnya, senyuman yang dulu pernah jadi miliknya.
"Wahh, dia benar-benar udah move on. Lihat itu, cowoknya cakep banget, kan?"
Prak!!
Kai langsung bungkam, saat ponselnya dibanting begitu saja oleh Sean. Nafas pria itu memburu, Kai tau pria itu tengah memendam amarahnya. Jadi ia hanya bisa diam menatap ponselnya berserakan di dekat tembok rumahnya, membuatnya harus membeli ponsel kembali besok. Salahnya sendiri juga memberikan ponselnya pada Sean, Kai menghela nafas.
"Gw harus ketemu dia, gw harus ketemu dia besok."
spirit thor