Risma begitu syok ketika mengetahui bahwa suaminya yang bernama Radit yang selama beberapa tahun tinggal terpisah darinya karena dia dipindah kerjakan di luar kota ternyata telah menikah lagi di belakangnya. Hati Risma pun bertambah hancur ketika mengetahui bahwa selama sebelas tahun menikah dengan Radit dan mempunyai dua orang anak ternyata Radit tidak pernah mencintainya. Radit tidak bahagia hidup dengannya dan memilih untuk menikahi mantan kekasihnya di masa lalu. Lalu apakah Risma akan sanggup menghadapi pengkhianantan sang suami , dan apakah Risma bisa bertahan hidup bersama Radit setelah diduakan dan dia sadar bahwa cintanya yang begitu besar hanya bertepuk sebelah tangan...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Naif
Hari jumat pun tiba, ini adalah jadwalnya Rafa dan Sabila berenang. Iya, Risma menjadwalkan kedua anaknya untuk berenang seminggu sekali. Dan ini sudah berjalan semenjak Rafa kelas satu Sd, tujuannya agar anak- anaknya tidak bosan di rumah terus. Kolam renang yang mereka datangi pun ganti- ganti, tapi tidak terlalu jauh dari kediaman rumah mereka. Terkadang Risma juga ikut berenang bersama Rafa dan Sabila, biar lebih seru.
Selesai berenang anak - anak selalu minta makan di luar. Mereka biasa mendatangi rumah makan yang sedang digemari masyarakat dan tentunya yang harga makanannya terjangkau.
Setelah memesan makanan di kasir, Risma dan anak- anaknya pun mencari tempat duduk yang nyaman. Baru juga mereka duduk beberapa menit, tiba- tiba datanglah Aryo suaminya Anggi bersama dengan kedua anaknya yang bernama Bayu dan Adam.
"Risma..." panggil Aryo.
"Lho mas Aryo ada di sini juga...?" tanya Risma.
"Iya...." jawab Aryo dengan senyuman mengembang.
Rafa dan Sabila salim pada Aryo, begitu juga dengan Bayu dan Adam, mereka salim pada Risma.
"Anggi nya mana mas...?" tanya Risma sambil menoleh ke kiri dan ke kanan mencari adik iparnya.
"Aku sama anak- anak saja, Anggi nggak ikut, dia lagi sibuk bikin kue..." jawab Aryo.
"Oh..."
"Risma, kita duduk di sana saja yuk... Biar anak- anak di sini..." ujar Aryo.
"Tapi mas...."
"Nggak papa biarin aja mereka makan bareng, kan seru. Kita orang tua di sana saja...."ucap Aryo sambil menunjuk kursi di sebrang kursi yang diduduki anak- anak.
Risma pun akhirnya menuruti apa kata Aryo, dia duduk bersama adik iparnya itu, sedangkan Rafa dan Sabila duduk bersama sepupunya yaitu Bayu dan Adam. Iya benar kata Aryo anak- anak terlihat seru bisa makan rame- rame sambil ngobrol dan bercanda.
Sementara Risma dan Aryo duduk berhadapan. Risma dan Aryo mulai menyantap makanan yang sudah diantarkan oleh waiter. Sebenarnya Risma agak canggung sih makan berdua dengan Aryo. Takut ada yang melihat lalu salah paham. Tapi nampaknya Aryo cuek saja.
"Ayo dong Risma , dimakan makanannya , nanti keburu dingin lho...." ucap Aryo.
"I..iya mas...." jawab Risma lalu melanjutkan makannya.
Aryo memang adik ipar Risma tapi umur Aryo sepantaran dengan Radit yaitu tiga puluh tujuh tahun lebih tua lima tahun dari Risma. Maka dari itu Risma lebih nyaman memanggilnya dengan sebutan mas Aryo. Begitu pun Aryo yang memanggil Risma dengan sebutan nama saja. Tak beda juga dengan Anggi istri Aryo. Umurnya dua tahun di atas Risma. Dia juga memanggil Risma dengan sebutan nama saja sejak Risma menikah dengan Radit. Entah karena umur mereka tidak jauh beda atau mungkin karena Anggi tidak menganggap Risma sebagai kakak ipar.
Karena setahu Risma, Anggi itu orang nya cuek pada Risma sama seperti Umi nya. Mungkin saja Anggi juga tidak menyukai Risma sama dengan uminya. Tapi Risma tidak mau ambil pusing, baginya terserah saja mereka mau suka atau tidak, yang penting dia sudah bisa memiliki Radit pria tampan yang begitu dia cintai dengan sepenuh hati.
"Risma, Radit nggak pulang...?" tanya Aryo.
"Minggu kemarin pulang kok mas..." jawab Risma.
"Oh, saya ketemu sama dia, soalnya minggu kemarin saya lagi keluar kota..." sahut Aryo. Risma pun mengangguk.
"Masih tahan aja kamu sama Radit LDR an. Nggak bosen apa...? Sudah berapa tahun sih kalian tinggal terpisah begitu...? " tanya Aryo.
"Lima tahun mas..." jawab Risma.
"Gila... Lama juga, kamu kok bisa tahan sih...?"
"Ya kan walapun nggak setiap hari ketemu aku sama mas Radit bisa video call tiap hari..." jawab Risma.
"Hah, apa enaknya video call, cuma bisa lihat- lihatan aja, enakan juga tinggal bareng. Bisa ngapain aja bareng- bareng. Tidur bareng tiap malam, mesra- mesraan. Kalau tinggal terpisah kaya gitu mah apa enaknya. Yang ada kesepian tiap malam tidur sendirian...." sahut Aryo.
Risma pun diam tidak mau menyahuti omongan Aryo karena menurutnya itu terlalu sensitif.
"Kamu percaya gitu aja sama Radit...?"
"Maksud Mas Ayo...?" tanya Risma. Aryo tertawa.
"Radit kan jauh dari kamu, kamu percaya dia nggak akan macam- macam di sana...?" tanya Aryo.
"Ya percayalah mas, masa sama suami sendiri nggak percaya, gimana sih... Lagian mas Radit itu suami yang baik, dia nggak neko- neko. Dia itu kalem, pokoknya aku yakin seratus persen dia nggak bakal macam- macam di sana..." jawab Risma.
Lagi- lagi Aryo tertawa. Seolah- olah apa yang dikatakan oleh Risma adalah hal yang lucu.
"Risma.. Risma... Kamu itu jadi istri jangan terlalu percaya sama suami. Kamu kan nggak tahu bagaimana keadaan di sana. Keadaan kantor Radit, keadaan lingkungan di sana. Kamu itu nggak tahu apa- apa Risma...." ucap Aryo.
"Maksud mas Aryo apa sih ngomong kayak gitu...? Jadi menurut mas Aryo, lingkungan tempat tinggal mas Radit itu nggak baik gitu...?" tanya Risma.
"Ya.. Mungkin saja..." jawab Aryo.
"Laki- laki normal mana bisa tahan sih lama- lama jauh dari istri...? Bisa saja kan di sana Radit punya perempuan lain..."
"Cukup mas Aryo...! mas Radit bukan laki- laki seperti itu. Dia suami dan ayah yang baik dan bertanggung jawab....." ucap Risma.
"Oke...oke.. kalau kamu menganggap suamimu sebaik itu. Tapi kalau saya pribadi saya nggak percaya. Saya yakin, di sana Radit punya wanita lain...." ucap Aryo dengan yakin.
"Ya kalau dari luar sih dia kelihatan baik, kalem, nggak macam- macam, tapi justru laki- laki seperti itulah yang perlu kamu waspadai Risma...." sambung Aryo.
Risma merasa kesal dengan ucapan Aryo yange menjelek- jelekan suaminya.
"Saya ini cuma kasihan aja sama kamu . Saya tahu kamu ini kesepian, kamu butuh perhatian dan juga butuh sentuhan dan kehangatan yang jarang kamu dapatkan dari Radit...." ucap Aryo.
"Kamu sebagai perempuan pasti bisa menahan semua rasa itu walaupun harus menyiksa dirimu sendiri. Tapi laki- laki tidak bisa seperti itu. Mareka tidak bisa menahan hasrat yang telah naik. Mereka butuh pelampiasan untuk menuntaskan hasratnya...."sambung Aryo.
Lagi- lagi Risma hanya diam mendengarkan ucapan adik iparnya itu.
"Ris, kalau kamu butuh seseorang untuk teman curhat atau apapun , saya siap kok, jadi pendengar semua keluh kesahmu..." ucap Aryo.
"Kamu jangan sungkan- sungkan sama saya, saya akan selalu ada buat kamu Ris..." lanjut Aryo sambil menggenggam tangan Risma. Risma pun kaget dan langsung menepis tangan Aryo.
"Mas Aryo...! Jaga sikap kamu mas...! Kalau anak- anak melihat bagaimana..." ucap Risma setengah berbisik.
Aryo pun terkekeh. Risma dibuat kesal oleh adik iparnya itu.
"Risma...Risma... Kamu ini jadi perempuan terlalu naif, terlalu lugu, gampang percaya sama orang dan gampang dibodohi..." ucap Aryo sambil tersenyum mengejek.
"Tidak semua orang yang tampilan luarnya baik, hatinya juga baik. Demikian juga sebaliknya. Banyak kok laki- laki yang terlihat baik, santun, ilmu agamanya bagus, tapi simpanannya di mana- mana. Mereka gemar menanam benih di rahim perempuan yang berbeda- beda...." sambung Aryo.
"Lalu kamu sendiri, termasuk kategori laki- laki yang mana...?" tanya Risma dengan senyum sinis. Lagi- lagi Aryo tertawa.
"Kalau menurutmu, saya tipe laki- laki yang seperti apa...?" tanya Aryo sambil mengedipkan satu matanya.
Risma diam dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah anak- anak.
"Rafa, Sabila sudah selesai belum makannya...?" tanya Risma sudah tidak betah berada di tempat itu karena risih dengan sikap Aryo.
"Belum bu, ini minumannya masih banyak..." jawab Rafa.
"Ya udah cepetan dihabiskan, sudah sore kita harus pulang..." ucap Risma.
"Iya bu..." jawab Rafa.
"Ngapain buru- buru pulang, mau ngapain di rumah...?" tanya Aryo dan Risma pun hanya melirik sekilas pada Aryo tanpa mau menjawab pertanyaannya.
"Ris, saya mau tanya sama kamu, kalau ternyata benar si Radit di sana punya perempuan lain apa yang akan kamu lakuan...?" tanya Aryo.
"Aku nggak akan melakukan apa- apa karena mas Radit juga nggak akan mungkin berbuat macam- macam di sana..." jawab Risma.
"Kalau saya bisa membuktikan sama kamu kalau Radit beneran telah mengkhianati kamu , gimana...?" tanya Aryo lagi.
"Silahkan buktikan saja, kasih tahu kalau memang ada buktinya... " Risma menantang Aryo.
"Trus imbalannya buat saya apa... ? Kalau saya bisa membuktikan Radit punya simpanan...?" tanya Aryo.
"Kenapa harus minta imbalan...? Kan mas Aryo sendiri yang ingin membuktikan...." sahut Risma.
"Oke , saya akan buktikan sama kamu kalau suami kamu itu bukan suami setia. Tapi kalau saya sudah memberikan kamu bukti, kamu harus menuruti kata- kata saya..." ucap Aryo.
"Apa maksud mas Aryo aku harus menuruti kata- kata mas Aryo...?" tanya Risma.
"Ya kamu harus menjadi selingkuhanku..." jawab Aryo.
"Jangan gila deh mas..." ucap Risma.
Aryo tertawa.
Risma lalu bangun dari duduknya. Kemudian Risma menghampiri anak- anaknya.
"Rafa, Sabila, ayo pulang, sudah sore, sebentar lagi maghrib...."
"Iya bu..."
"Bayu, Adam...tante pulang dulu ya..." ucap Risma.
"Iya tante...'' jawab Bayu.
"Dadah... Rafa... Sabila..." ucap Bayu dan Adam.
"Dadah....'' sahut Rafa dan Sabila melambaikan tangan kepada kedua saudara sepupunya.
Risma dan anak- anaknya pun pulang menggunakan motor.
...****************...
Malam harinya Risma tidak dapat memejamkan matanya. Dia terus gelisah di tempat tidur. Kata- kata Aryo terus terngiang- ngiang di telinganya. Risma jadi merasa cemas kalau Radit beneran punya perempuan lain di kota B seperti yang dikatakan oleh Aryo.
Risma lalu mengambil ponselnya di atas nakas. Dia lalu mencari kontak sang suami kemudian menelponnya. Tapi hingga dering ke empat telponnya tidak diangkat.
"Kok nggak diangkat sih, apa mas Radit sudah tidur ya...? Masa cepet banget sih tidurnya, baru juga jam sembilan...." ucap Risma.
Entah kenapa kata- kata yang diucapkan oleh Aryo, mengganggu pikirannya. Rima merasa ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Aryo. Bagiamana tidak, dia dan Radit hanya bertemu satu bulan sekali. Itu pun hanya dua hari dua malam saja. Tapi ketika Radit pulang dia terlihat cuek pada Risma. Dia sepertinya tidak kangen sama sekali pada Risma. Bahkan ketika Risma tidak mendekatinya dan meminta haknya sebagai istri, Radit tidak pernah memintanya lebih dulu.
Awalnya Risma beranggapan bahwa itu hal wajar karena sejak menikah Radit adalah sosok laki- laki pendiam, dingin dan cuek. Tapi setelah mendengar perkataan Aryo, Rima jadi mikir macam- macam. Bagaimana jika di sana Radit punya simpanan yang sudah memberikan segala kebutuhan Radit sehingga dia sudah tidak menginginkannya lagi darinya.
"Astagfirullohalazim....kenapa aku berfikiran buruk seperti ini terhadap suamiku sendiri sih,.." Risma menggeleng- gelengkan kepalanya.
"Ibu... " ucap Sabila.
"Ada apa de..."
"Ade mau bobo sama ibu..."
"Ya udah sini..." Risma menepuk kasur.
"Mas Rafa juga mau bobo sama ibu...." ucap Rafa ikut menyusul ke kamar.
"Iya, malam ini kita tidur bersama..." ucap Risma.
*****
Pagi harinya seperti biasa Risma bangun pagi, membuat sarapan dan membuat bekal untuk Rafa dan Sabila untuk dibawa ke sekolah. Setelah anak- anak sarapan lalu Risma mengantar mereka ke sekolah. Sepulang mengantar anak - anak ke sekolah, Risma belanja sayur untuk masak nanti siang. Karena setiap hari hanya tinggal bertiga bersama anak- anak saja, Risma pun hanya masak yang simpel- simpel saja, seperti ayam goreng, nuget, sosis dan lain- lain.
Untuk sayur pun biasanya Risma dan anak- anak hanya suka, sop, sayur bayam dan kangkung saja.Tapi jika Radit pulang , Risma akan memasakkan masakan istimewa buat suami tercinta dan juga anak- anaknya.
Setelah belanja, Risma pun pulang ke rumah. Seperti biasa dia akan beberes rumah, tapi jika dia sudah capek ya main hape lagi sambil duduk santai di sofa.
"Tok...tok..tok..." terdengar pintu diketuk.
"Assalamualaikum..."
Risma pun segera beranjak dari sofa dan bergegas ke ruang tamu untuk melihat siapa yang datang.
"Abah..." gumam Risma.
Risma pun bergegas membuka pintu rumahnya.
"Abah..." ucap Risma.
"Apa kabar Risma...?" tanya pak Salim. Risma lalu mencium punggung tangan pak Salim.
"Alhamdulillah, sehat Bah, abah sendiri sehat...? "
"Iya, Alhamdulillah abah juga sehat..."
"Mari masuk bah..."
Mereka pun masuk dan duduk di ruang tamu.
"Sebentar ya bah, Risma bikinkan minum dulu..." ucap Risma, pak Salim pun mengangguk.
Tak lama kemudian Risma kembali ke ruang tamu sambil membawa secangkir kopi dan kue yang dia beli di pasar tadi.
"Silahkan tehnya dimunim bah, ini ada kue juga..."
"Terima kasih..." pak Salim meminum teh buatan Risma.
"Abah, tumben abah ke sini nggak bareng sama Umi...?" tanya Risma.
"Umi lagi ziarah , besok baru pulang. Abah ke sini mau lihat kamu nak, kamu sudah lama nggak main ke rumah abah, kenapa nak...? Apa ada masalah...?"
"Ah, nggak kok bah, nggak ada masalah, maaf Risma belum sempat main mengunjungi abah dan Umi..." sahut Risma.
"Abah kira kamu nggak mau main ke rumah abah karena kamu marah sama Umi...."
"Ah, nggak kok bah, Risma nggak marah sama Umi...."
"Abah tahu sikap Umi selalu kurang baik sama kamu, abah harap kamu bisa memakluminya ya, omongan Umi jangan diambil hati.."
"I..iya bah..." jawab Risma.
Bersambung...