Ketika cinta hanya sebatas saling menguntungkan, apa masih bisa di sebut sebuah cinta?
Yulita, terpaksa menerima pernikahan dimana dia menjadi wanita kedua bagi suaminya, pernikahan yang hanya berlangsung hingga dia bisa memberikan keturunan untuk pasangan Chirs dan Corline.
Ingin menolak, tapi dia seolah di jual oleh Ayahnya sendiri. Ketika dengan suka rela sang Ayah menyerahkannya pada seorang pria beristri untuk menjadi wanita kedua.
Pernikahan tidak akan berjalan begitu sulit, jika saja Yulita tidak menyimpan harapan terlalu besar pada suaminya. Dia yang berharap bisa mendapatkan sedikit saja rasa peduli dan cinta dari suaminya.
Namun, pada akhirnya semuanya hanya angan semu yang tak akan pernah bisa terwujud. Selamanya dia hanya wanita kedua.
"Aku rela mengandung dan melahirkan anakmu, tapi apa tidak bisa sedikit saja kau peduli padaku?" -Yulita-
"Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu!" -Chris-
Dan ternyata, mencintai tetap menjadi luka bagi Yulita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Ke Apartemen
Chris kembali ke dalam kamar, membawakan sarapan dan susu Ibu hamil untuk Yulita. Ada beberapa potong buah-buahan juga. Melihat istrinya yang sedang duduk di sofa dekat jendela, melihat pemandangan pagi hari.
"Ayo sarapan dulu, terus minum obat dan vitamin dari Dokter kemarin"
Yulita menoleh, dia mengangguk pelan. Chris menyimpan nampan di atas meja, dan mulai menyuapinya. Yulita hanya diam dan menurut saja, menerima setiap suapan dari suaminya.
"Bereskan barang-barang kamu"
Yulita langsung terdiam, ucapan Chris cukup membuatnya terkejut. Membereskan barang-barangnya? Apa dia akan mengusirku karena perdebatan dengan Nona Corline tadi? Apa dia tega? Sial, kenapa aku ingin menangis sekarang.
"Sebaiknya kamu tinggal di tempat yang terpisah, Corline sedang tidak stabil emosinya. Dan aku tidak mau jika dia akan melukaimu"
Yulita terdiam, hampir saja dia berpikir jika Chris akan mengusirnya dari rumah ini. Tapi dia hanya tidak ingin ada perdebatan lagi dengan istrinya hanya karena memberikan perhatian pada Yulita.
"Aku akan kembali tinggal di Apartemen aku saja"
"Aku ada rumah lain, kamu tinggal disana saja"
"Tidak papa, aku akan tinggal disana. Aku juga merindukan tempat itu, karena sejak bekerja aku mengumpulkan uang untuk bisa membeli Apartemen itu, dan aku bisa tinggal disana"
"Ah, baiklah"
Akhirnya mereka pergi ke Apartemen milik Yulita. Dia sudah sangat merindukan suasana di dalam tempat tinggalnya ini, semua kesedihan, semua luka akan kerinduan, dia selalu habiskan kesendirian di dalam ruangan ini. Dan sekarang akhirnya dia kembali lagi setelah beberapa bulan pergi meninggalkan tempatnya ini.
"Loh kok gak bisa ya?"
Chris langsung mengambil kartu akses milik Yulita dan mencoba menempelkannya lagi. Tapi memang tidak bisa terbuka.
"Kamu yakin ini kartunya?"
"Iya, mungkin eror, coba aku pakai sandi saja" Yulita memasukan beberapa angka dan tetap tidak bisa membuka pintu Apartemennya. Dia semakin bingung. "Kenapa ya? Siapa yang mengganti sandi pintunya?"
"Coba kamu hubungi pihak gedung ini"
"Ya"
Yulita menelepon seseorang yang bertanggung jawab atas gedung ini. Menanyakan kenapa dia tidak bisa masuk menggunakan kartu akses dan juga sandi pintu.
"Loh, Apartemen itu sudah dijual satu bulan yang lalu oleh pemiliknya"
Deg... Tubuh Yulita langsung lemas, bagaimana bisa dia menjual tempat tinggal yang dia beli dengan susah payah. Mengumpulkan banyak uang hanya agar bisa tinggal disini.
"Tidak Bu, saya tidak menjual Apartemen ini. Siapa yang menjualnya?" ucap Yulita melirik ke arah Chris yang berada disana.
"Tapi sertifikatnya sudah berada di saya, seseorang menjualnya"
Yulita teringat jika semua barang-barang penting itu masih berada di dalam Apartemen. Karena dia juga tidak berpikir akan meninggalkan tempat ini selamanya. Dia hanya membawa beberapa barang yang dia butuhkan saja saat pindah ke rumah Chris. Karena Yulita yakin, jika dia akan kembali ke tempatnya ini.
"Ayah"
Akhirnya Yulita bisa menebak siapa yang menjual Apartemen ini. Karena hanya dia yang mempunyai kartu akses lain untuk masuk ke dalam Apartemennya. Yulita menghembuskan nafas berat, dia bersandar di dinding dengan tubuh yang cukup lemas.
Melihat itu, Chris segera mengambil alih ponsel dari tangan Yulita. Menggantikan dia untuk berbicara pada orang di telepon.
"Apa Apartemennya sudah ada yang beli lagi?"
"Sudah, namun belum pindah"
"Saya akan beli kembali Apartemen ini dengan harga lebih tinggi"
"Tapi, Tuan saya tidak bisa menjual lagi Apartemen yang sudah laku terjual dan sudah ada pemiliknya"
"Ini perintah dari keluarga Demitri, aku ingin tinggal disini. Apa tidak boleh?"
"Ah, saya akan mengurus semuanya"
"Sekarang berikan kartu akses yang baru"
"Baik Tuan, segera saya kesana"
Chris kembali menoleh pada istrinya, Yulita terduduk di lantai dengan kaki ditekuk. Tangannya memeluk kakinya sendiri, tidak menangis, tapi tatapannya kosong. Membuat Chris cukup panik. Dia berjongkok di depan istrinya ini, mengelus kepalanya.
"Hey, aku sudah mendapatkan kembali Apartemennya. Jangan seperti ini"
"Kenapa Ayah tega? Padahal dia tahu jika tempat ini adalah tempat ternyaman untuk aku. Kenapa dia harus menjualnya"
Chris menarik tubuh Yulita dan memeluknya, melihat wanitanya yang penuh keputusasaan dan juga tatapan mata yang kosong, membuat dada Chris sakit dibalik rasa khawatir yang besar.
"Sudah tidak papa, kamu akan kembali tinggal disini"
"Hiks... Ayah memang tidak pernah sayang padaku, dia terpaksa membesarkan aku. Kenapa? Kenapa semua orang membenciku? Kenapa aku selalu masuk dalam kehidupan orang-orang yang tidak menginginkan aku?"
Chris terdiam, jantungnya berdegup kencang dengan rasa sakit yang luar biasa. Mendengar dia menangis, mengatakan jika dia dibenci oleh semua orang, maka Yulita merasa ini adalah sebuah hal yang begitu menyakitkan baginya. Karena pada awalnya Chris juga tidak pernah menginginkannya.
"Tidak ada yang tidak menginginkanmu, karena semua orang pasti tahu bagaimana ketulusan kamu. Sudah ya, jangan menangis lagi"
Yulita terisak pelan, rasa sakitnya cukup luar biasa kali ini setelah dia menahannya selama ini. Ketika Ayahnya sendiri telah berani menjual tempat yang paling membuat Yulita nyaman selama ini.
Saat petugas penanggungjawab Gedung datang, Yulita menghentikan tangisan. Chris membantunya untuk bangun.
"Tu-tuan Chris" Dia terlihat terkejut saat melihat Chris, mungkin saat di telepon tadi dia mengira ini adalah utusan dari keluarga Demitri, tapi ternyata ini adalah Chris.
"Berikan kartu aksesnya, aku membeli kembali Apartemen ini"
"Ah, baik. Ini kartu akses yang baru, dan anda bisa mulai mengubah kata sandi juga"
"Ya" Chris segera membuka pintu Apartemen dan merangkul istrinya untuk masuk. Melirik ke arah pegawai tadi. "Ada yang perlu aku bicarakan nanti"
Wajah orang itu langsung pucat pasi, memikirkan apa yang akan dibicarakan oleh Chris saat ini. Apa tentang masalah saat ini?
Chris membawa Yulita masuk, dan ruangan ini tetap sama sejak Yulita meninggalkannya. Sepertinya Ayah menjual beserta barang-barang di dalamnya.
Yulita melirik ke sekelilingnya, melihat barang-barang yang masih terletak pada tempatnya. "Ayah memang menjualnya, dan juga barang di dalamnya. Sama sekali tidak memikirkan aku sebagai pemiliknya"
Hah... Yulita menghembuskan nafas kasar, dia duduk di sofa bed di ruang tengah. Dimana dia sering menghabiskan waktu untuk nonton atau membaca buku.
"Aku merindukan tempat ini"
Chris duduk disampingnya, dia mengelus kepala istrinya ini. Melihatnya nangis seperti tadi, membuat Chris terluka.
"Aku akan pergi sebentar, kau istirahatlah"
"Mau kemana?"
"Ada pekerjaan sedikit"
Yulita hanya mengangguk saja, dia tidak bisa menahan Chris untuk tetap disini. Apalagi ini tentang pekerjaan.
Bersambung
Kasihan ya Yulita.. Tega banget sih.. 🤧
Kudu yak Yulita manggil sayang , sementara perasaan yng ada blm terungkap kan eeeaaaa 🤭🤭
Mungkin juga perasaan mu bersambut