Gadis polos yang berasal dari desa itu bernama Sri, karena tuntutan keadaan dan di jerumuskan temannya dia menjadi simpanan seorang sugar daddy yang memberinya berbagai kemewahan. Terlena dengan duniawi dan perhatian sang sugar daddy membuat Sri lupa diri dan ingin memiliki pria yang telah mempunyai anak dan istri itu. Bagaimana kisah selanjutnya? mari ikuti kisahnya,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kuwalat
"Selamat malam Nona, kamu pasti sudah lama menunggu ku. Kamu wangi sekali, rupanya kamu sudah siap!" Ujar pria itu seraya mendekat ke arah Sri yang malah diam mematung akibat syok, kaget dan kebingungan dengan apa yang saat ini terjadi.
"S-siapa kamu!" Sri mulai tersadar saat tiba-tiba pria itu sudah berada di hadapannya, lebih tepatnya pria itu hampir merangkul tubuhnya yang mungil dengan tatapan mata yang 'lapar' dan terus memperhatikan lekuk tubuh Sri yang tergambar jelas akibat pakaian menerawang yang di kenakan nya.
"Aku? Aku adalah pemilik mu, ayo cepat,,, aku sudah tidak sabar ingin mencicipi tubuh mu yang katanya masih segelan itu." wajah pria berperawakan tinggi kurus itu mendekat ke arah leher Sri dan hendak mencium gadis desa yang kini terlihat ketakutan itu.
"Eh, apa ini! Jangan macam-macam, atau aku berteriak biar semua orang datang ke sini!" Ancam Sri berusaha mendorong tubuh pria itu agar menjauh dari hadapannya, namun sialnya tubuh pria itu hanya mundur satu langkah saja dan mencoba kembali memeluk tubuh Sri.
"Silahkan berteriak sekencang mungkin, tidak akan ada orang yang datang ke sini, ini Ibukota, semua orang sibuk dengan urusannya sendiri, tidak akan peduli dengan urusan orang lain. Lagi pula aku sudah mengeluarkan uang cukup banyak untuk membayar mu, apa kau ingin menipu ku? jangan macam-macam dengan ku, aku preman kawasan sini!" pria itu tergelak, kedua tangannya mencengkeram kuat kedua lengan Sri yang mencoba berontak.
"Lepaskan aku, sepertinya anda salah orang. Aku tidak pernah menerima uang apapun. Bukan aku. Tolong lepaskan aku, aku tidak mengenal anda, aku bukan wanita seperti itu, tolong kasihani aku, lepaskan aku!" rengek Sri memohon agar pria itu melepaskannya, namun telinga pria itu seperti tuli karena hasrratnya yang kini semakin menggebu-gebu setelah melihat betapa cantik dan moleknya tubuh Sri.
"Aku tidak peduli, aku sudah membayar mahal pada pemilik salon ini hanya untuk menikmati tubuh mu, sekarang aku sudah tidak kuat lagi." suara pria itu semakin serak dan wajahnya terus menciumi pipi Sri yang masih dengan gigih menghindar dan berontak meski dengan kedua lengannya yang terkunci dalam genggaman pria itu.
Kesempatan akhirnya datang saat pria itu melepaskan tangannya dari kedua lengan Sri karena berniat membuka dan merobek baju yang di kenakan Sri malam itu, dengan sekuat tenaga, Sri menonjok mata kanan pria itu sehingga pria itu menjerit kesakitan, tidak sampai di sana, saat pria itu sibuk dengan mata kananya yang terasa sakit, Sri melayangkan dengkulnya tepat ke arah vital kelelakian pria itu sehingga pria itu tersungkur dan berguling-guling di lantai menahan rasa sakit di mata dan kejantanannya.
Saat itulah Sri memanfaatkan situasi, dia segera berlari ke luar kamar dan menuruni tangga menuju lantai satu dan segera kabur ke luar dari bangunan itu, Sri tidak peduli dengan dandanannya yang acak-acakan, pakaiannya yang menerawang, dia hanya ingin lari sejauh mungkin dari bangunan itu.
Kata orang, Ibukota tidak pernah mati, namun malam itu terasa sepi, tidak ada satu orang pun lewat di sekitar daerah itu, padahal itu malam minggu, Sri terus berlari meski tanpa tujuan, dia kebingungan harus pergi kemana, sampai akhirnya dia menemukan sebuah mini market 24 jam di ujung jalan.
Berharap mendapat bantuan dari sana, Sri masuk ke tempat itu. Ini pertama kalinya dia masuk ke mini market 24 jam yang menurutnya mewah itu, karena di desanya hanya ada warung dan kios pasar tradisional.
Suasana mini market sepi, mungkin karena waktu juga sudah hampir dini hari, hanya ada satu orang pria di balik meja kasir, lantas Sri mendekat ke arahnya.
"Mas, tolong saya,,, saya mau di perkosa!" Ujar Sri yang hanya di balas dengan tatapan aneh dan penuh curiga dari karyawan mini market itu.
Di Ibukota ini modus kejahatan berbagai macam, dari mulai mencari belas kasihan dan lain sebagainya, sehingga karyawan itu terlihat waspada dan tidak langsung percaya saat Sri meminta pertolongannya, apalagi dengan dandanan Sri yang berantakan dan kacau seperti saat itu.
"Aku hanya pegawai rendahan, tolong jangan ganggu pekerjaan ku, pergi dari sini!" usir pria itu seraya memberikan selembar uang lima ribuan ke hadapan Sri.
"Mas, ada pria yang hendak memperkosa ku, aku hanya minta tolong untuk bersembunyi, bukan meminta uang, tolonglah!" Sri melipatkan kedua tangannya di dada seraya memohon pada kasir itu, namun pria itu tetap bergeming dan mengibaskan tangannya seraya memberi kode agar Sri segera pergi dari hadapannya.
Dari kejauhan Sri melihat pria yang hendak memperkosanya tadi berjalan sedikit sempoyongan sambil memegangi mata kanannya ke arah mini market, sepertinya pria itu sedang mencari dan mengejar dirinya.
"Pria itu,,, pria itu yang mau memperkosa ku, tolong mas, selamatkan aku!" suara Sri terdengar bergetar akibat ketakutan, tangannya menunjuk ke arah ujung jalan dimana pria yang hampir merenggut kesuciannya berada.
"Eh itu, Bang Codet, aku tidak mau ikut campur, sebaiknya kau cepat pergi dari sini. Akan gawat jika urusannya dengan Bang codet, bahaya!" Petugas kasir itu justru malah terlihat ikut ketakutan dan mengusir Sri, bahkan kali ini Sri dia seret ke luar mini market tempatnya bekerja karena tidak ingin terlibat urusan dengan pria yang dia sebut dengan Bang Codet itu.
Tubuh Sri bergetar dan menggigil karena ketakutan, apalagi saat pria yang di sebut sebut bernama Bang Codet itu menangkap keberadaannya di depan mini market dan pria itu terlihat bergegas menuju ke arah dimana dirinya berdiri ketakutan saat ini.
Tak terhitung lagi berapa banyak air mata yang jatuh berderai di pipi mulus Sri, kali ini dirinya hanya bisa pasrah saat tinggal beberapa meter lagi Bang Codet hampir sampai berada di hadapannya, sementara kini kakinya seperti membeku dan sulit untuk di gerakkan.
"Ah, apakah ini akhir dari hidup ku, apakah aku kuwalat karena tidak mendengarkan dan durhaka pada si mbok, ini balasan karena aku kabur dari pernikahan," gumam Sri dalam hatinya.