Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 04
Tak terasa mereka sudah selesai makan, Hira membereskan beberapa mangkok dan gelas sedang kan Axell kembali ke kamar. Tak berselang lama ia menyusul suaminya, dengan langkah ragu, takut karena baru pertama kali ini ia dekat dengan seorang lelaki.
“Eh Mamas aku nanti tidur di kamar tamu aja ya.”
“Untuk apa aku nikahin kamu jika kamu nya tidur di kamar tamu lantas jawaban apa yang akan saya berikan jika malaikat bertanya persoalan tanggung jawabku sebagai suami. Ayo tidur sudah malam.”
“Baiklah…”
Hira mengikuti langkah suaminya dari belakang, hingga tak menyadari jika Axell berhenti tiba-tiba.
“Aduhh.” Seraya memegangi kening nya.
“Eh, maaf-maaf,” Axell berlalu ke kamar mandi meninggal kan Hira yang masih cemberut sambil memegangi kening yang terbentur bahu tegak suaminya. Ia mencoba menunggu Axell namu sedari tadi tak menampakkan batang hidung nya hingga kedua mata Hira terasa kantuk.
Beberapa saat ia sudah terjun ke alam mimpi sedangkan Axell baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah nya.
“Lah udah tidur aja dia, sekilas mirip sekali sama Rea. Andai… sudah lah sekarang Hira istri ku jadi sebisa mungkin aku mencintai dia.”
Setelah nya ia mengeringkan rambut dan ikut tidur disamping Hira, ia memeluk erat tubuh wanita disamping nya, sesekali mencium kening Hira. Entah mengapa hati nya terasa ikhlas menerima Hira padahal ia tahu persis jika diri nya sangat mencintai Rea. Dan apakah mungkin Hira langsung bisa membuat nya jatuh cinta dalam satu hari setelah pernikahan.
Keesokan harinya Axell membuka mata dan tangan nya meraba sosok yang tidur disamping nya namun sudah tidak ada.
“Kemana dia… masih pagi kok udah menghilang.”
Beranjak dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi, bersiap untuk kerja. Hira yang sudah selesai memasak kembali ke kamar dengan masih mengenakan apron, niatnya ingin mandi dan membangunkan suaminya.
Namun saat tiba di kamar ranjang nya sudah kosong berarti Axell sedang mandi, sembari menunggu ia duduk di sofa dan memainkan ponsel nya namun tiba-tiba ada pesan asing masuk.
...Pesan unknown...
Apa hari ini merasa bahagia? rupanya aku tidak sabar untuk menunggu 1 bulan jadi mari kita menjadi dekat sejak saat ini…
Aku mengirimkan sesuatu ke rumahmu ,harap diterima dengan baik ya.
“Enggak, enggak mungkin,” Hira berlari keluar kamar tepat saat Axell keluar kamar mandi dengan mengenakan kemeja serta sedang memasang dasi. Ia yang melihat istrinya berlari ikut penasaran dan mencoba memanggilnya namun tak ada sahutan.
Dengan sigap ia menghampiri istrinya yang sudah terdiam di ambang pintu utama.
“Hir!”
Dengan ragu ia menarik lengan istrinya agar berbalik dan tepat sebuah kotak berwarna merah jatuh ke lantai.
“Ma-mas ada darah nya…...” Suara nya terdengar gemetar,jari telunjuknya menunjuk kotak yang terjatuh namun badannya sudah bergetar hebat.
Axell merengkuh tubuh Hira dalam dekapan, mencoba menenangkan namun Hira semakin terisak.
“Udah ya, jangan dilihat okey.” Mengusap pelan kepala Hira.
Terlihat sedikit ada kain berwarna pink dengan bercak darah.
“Mas, itu jilbab pelaku pembunuh Ning Rea.” Ucapnya dengan terbata-bata, sekilas bayangan itu muncul kembali hingga membuat nya histeris.
Sembari menenangkan Hira, Axell meraih kotak tersebut dan memang benar ada jilbab penuh bercak darah. Bau anyir nya pun masih menusuk hidung.
“Dirga! Bereskan ini sekaligus selidiki siapa sosok dibalik nya dan selidiki siapa yang tau rumah ini!” Mengulurkan kotak tersebut kepada Dirga asisten nya yang selalu siaga kapanpun dibutuhkan.
“Baik Tuan.”
“Mas tolong selidiki sampai tuntas, aku gak mau gini terus. Aku capek terbayang-bayang detik dimana Ning Rea dibunuh di hadapan ku.”
“Bolehkah? kamu ceritakan sekali lagi, agar kita bisa menyelidiki dengan bukti yang lebih kuat lagi.”
Dijawab anggukan kepala oleh Hira.
...Flashback on...
“Ning jadi kan hari ini?”
“Jadi Hir, kita ketemu ditempat biasa ya, sama jangan lupa buku tuntunan shalat nya dibawa.”
“Siap Ning , aku sudah dalam perjalanan.”
“Iya, aku juga hampir sampai. Kamu pakai baju apa?”
“Jilbab soft pink sama dress warna putih sama pakai tas warna hitam.”
Setelah itu Hira menutup telepon dan akhirnya ia tiba di tempat yang mereka tuju, yaitu restoran .
Hira keluar dari taksi online nya , kala tiba didepan restoran. Namun manik matanya menangkap sosok tak asing baginya dan terlihat ada seseorang yang mengenakan cadar dengan set baju berwarna pink muda.
Terlihat keduanya saling berpelukan, hingga akhirnya Hira memutuskan menuju parkiran untuk menghampiri Ning Rea. Namun tak disangka kala keduanya melepaskan pelukan, Ning Rea terlihat kesakitan.
Dan sekilas Hira melihat wanita tersebut mencabut pisau belati dari dada Ning Rea. Tubuh Hira terasa gemetar, kedua matanya memanas . Bulir bening mulai terbendung hingga akhirnya luruh bersamaan ia berteriak.
Wanita asing itu telah melarikan diri dan kini Ning Rea terduduk di depan mobilnya.
“Tolong!!!”
Berusaha meraih tubuh Ning Rea namun dia terlihat sangat kesakitan di pangkuan Hira.
“Ning harus kuat, kan katanya mau ajarin aku hijrah, Ning udah janji loh mau bantu aku khatam Al Quran. Pliss bertahan sebentar lagi ambulans akan datang.”
Hira tak lagi bisa membendung air matanya, luka dan trauma melihat Ning Rea disakiti orang lain padahal ia pikir Ning Rea sosok yang baik mana mungkin ada orang yang dendam padanya.
“Ya Zahira, maaf kan aku ya mungkin hanya sampai di titik ini aku mengajarimu hijrah. Kedepannya tetaplah istiqomah dan lanjut hijrah nya jangan terputus.” Di Detik terakhir sebelum ia tak sadarkan diri.
“Ning gak boleh ngomong kaya gitu, aku tau ini sakit tapi ning harus bertahan katanya Ning mau nikah beberapa hari lagi.”
Memeluk tubuh ringkih Ning Rea yang sudah lemas tak berdaya di tambah darah segar yang mengalir keluar dari dada nya. Bahkan baju Hira yang berwarna cream sudah dipenuhi dengan darah.
Ia sudah tak perduli akan pakaiannya namun kepalanya terasa pusing. Hira memang takut darah dan akhirnya ia ambruk di samping Ning Rea.
Tak berselang lama ambulans datang dan membawa keduanya ke rumah sakit , saat tersadar Hira mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Ruangan bernuansa putih dengan bau obat yang menyengat, ia tahu pasti dirumah sakit. “Ning Rea…”Ujarnya lalu beranjak dari brankar dan langsung mencari ke seluruh ruangan hingga ia bertemu dengan keluarga Ning Rea sekaligus calon suami nya.
Terlihat mereka sangat terpukul bahkan sosok yang diceritakan Ning Rea sangat tegar pun kini rapuh. Gus Mahen atau biasa disebut juga CEO Axell, kata Ning Rea dia sosok paling tegar dan tenang namun kali ini sisi rapuhnya jelas terlihat.
Dengan langkah berat ia menghampiri ketiganya, ia tak peduli dengan bajunya yang penuh dengan bercak darah. Hira terdiam dan hanya bisa menatap Ummi nya Ning Rea.
“Tante, gimana keadaan Ning Rea?” Tanya nya dengan ragu karena tepat di depan ruang jenazah.
“Allah lebih sayang sama dia, jadi kamu juga harus ikhlas ya.”
“Enggak, enggak mungkin…” Ia masih tak percaya, tubuhnya terduduk lemas serta bulir bening luruh begitu saja .