setelah menjalani setahun pernikahan kontrak olivia dan barra akhirnya berhasil bercerai.
namun tanpa mereka sadari ada satu malam yang telah mereka lupakan bahwa ada suatu momen penting yang telah terjadi yang mengakibatkan kesalahan fatal bagi mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nukamah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4. Mengapa jadi begini
"bagaimana kalau tidak?"
"Tidak bu, jangan berpikir yang aneh aneh, sekarang ibu istirahat saja di rumah, saya yang akan jaga disini sampai operasinya selesai, begitu mendapat kabar baik saya akan menghubungi ibu lalu pergi ke kantor polisi untuk mengurus kejadian ini"
Setelah menunggu satu setengah jam lamanya, akhirnya operasi pun selesai di lakukan, begitu mendapatkan kabar baiknya cindy lansung menghubungi keluarga barra untuk segera datang ke rumah sakit.
"Pelakunya adalah seorang pria, menggenakan pakaian serba hitam dan memakai topi hitam, tingginya sekitar 180 cm dan suaranya agak serak" jelas cindy ketika baru datang ke kantor kepolisian.
Tiba-tiba saja dua orang petugas masuk sembari menangkap seorang pria dengan ciri-ciri yang sama persis seperti yang di jelaskan oleh cindy. Pria itu menatap sengit ke arahnya sembari mengatakan bahwa dia bukan pelakunya.
"Itu dia orangnya pak! Pria itu pelakunya!" Tuding cindy
"Apa yang kau bicarakan, kenapa kau melakukan ini padaku!" Ucapnya menggelak
"Benar sekali dia pelakunya pak, suaranya sama persis seperti yang aku dengar saat itu" ujar cindy pada petugas pencatat.
"Apa kau tau aku hah, kenapa asal tuduh saja!" Bantah si tersangka.
Sementara kedua tangannya yang masih di borgol lelaki itu memberontak dan ingin menyerang cindy yang telah menudingnya sebagai pelaku kejahatan yang ia saksikan kala itu, dan pada akhirnya terjadilah baku hantam antara kedua mulut yang saling beradu kata di ruangan itu.
"Kami sangat berterima kasih atas kesaksian dari saudari cindy dwi ayu, hingga kami bisa menangkap pelaku dengan sangat mudah, dan mengenai anak anda saya harap semoga cepat sembuh" jelas pak kepala detektif kepolisian setempat.
"Iya terima kasih pak"
"Ini adalah barang-barang yang saya temukan di tempat kejadian, sepertinya ini semua milik anak anda" ujarnya seraya menyodorkan sebuah kantong transparan yang berisi ponsel, jam tangan dan sebuah kotak perhiasan cincin pernikahan.
Dengan perasaan campur aduk beliau kembali menuju ke rumah sakit, sesampainya di ruang inap sang ibu terus memperhatikan wajah anaknya yang masih belum sadarkan diri.
Namun seketika raut wajahnya berkerut kesal saat menatap sebaris panjang beberapa pesan dari olivia.
"Jangan pernah hubungi aku lagi!" Begitulah pesan teks yang ibu kirimkan pada oliv agar tak menganggu anaknya lagi.
Tampak jelas oliv kini merasa gelisah dan hanya berjalan mondar mandir sambil terus menatap layar ponselnya.
"Apa maksudnya kakak mengirim pesan ini? Kenapa seperti itu balasan pesannya setelah aku menunggu selama 3 hari?!" Gumam oliv mulai panik
"Tidak, itu tidak mungkin .. aku yakin kakak bukanlah tipe orang seperti ini, pasti ada sesuatu yang sedang terjadi, sebaiknya aku harus cari tahu sendiri" ucapnya seraya bergegas pergi kerumah mertuanya.
"Jadi ini maksud dari kabar gembira yang ingin kamu berikan pada ibu nak, tapi sayangnya anak itu akan menjadi anggota keluarga normal yang tak berpenghasilan lagi, biarpun dia sedang mengandung anakmu tapi ibu sudah tak sudi berhubungan dengan keluarga benalu seperti mereka" ungkapnya seraya menatap foto putranya.
"Ibu, ayah, ini aku oliv apa kak barra ada di dalam?" Ucap oliv sembari mengetuk pintu utama rumah mertuanya.
Begitu pintu terbuka oliv sempat terkejut karena melihat wajah suram ibu mertuanya.
"Ah, maaf bu mengganggu .. aku hanya ingin memastikan apa kak barra sudah pulang, karena sudah 3 hari dia tidak pulang ke rumah?" Ucap oliv ragu-ragu.
"Masuk" ucapnya ketus
Begitu masuk oliv harus duduk diam cukup lama menunggu mertuanya yang tak kunjung turun dari lantai dua.
"Bubuhkan tanda tanganmu disini" ucap ibu secara tiba-tiba
"Surat apa ini bu?"
"Itu surat perceraian, mulai saat ini barra akan tinggal di amerika dan melanjutkan pendidikannya di sana supaya dia bisa lebih matang menata masa depan untuk menjadi penerus JH group"
"Tapi bu, aku datang kesini bukan untuk itu"
"Jika kamu sudah tahu, jangan pernah menganggunya lagi"
"Ibu .. tunggu sebentar!"
"Bukankah seharusnya kau sadar diri sekarang?!, silahkan pulang dan urus saja keluargamu sendiri, terutama ayahmu yang sudah hampir tutup usia itu" bentak ibu
"Tidak bu, ijinkan sekali saja saya menghubungi kak barra sebelum saya pergi"
"Pergi!! selama aku masih bersikap baik padamu dan jangan pernah menganggu anakku lagi, karena statusmu dengan anakku sudah berakhir di atas kertas putih ini!"
Dengan hati yang hancur berkeping-keping oliv meninggalkan rumah itu dan melepas status pernikahannya dengan barra secara mendadak. Bahkan di saat paling terpuruk dia masih harus menangisi keluarganya yang jatuh bangkrut karena sang ayah telah meninggal dunia sesaat setelah dia pergi ke rumah mertuanya kala itu. Kini oliv memilih untuk tinggal di pemukiman biasa dan hidup sederhana hanya bersama dengan ibunya.
"Operasinya berjalan dengan lancar, tapi mengapa kamu belum juga pulih? Padahal sudah 2 minggu kamu belum sadarkan diri barra"
"Bersabarlah sayang, aku percaya pasti anak kita akan segera sadarkan diri nanti"
"Padahal dia sendiri yang berkata bahwa aku tidak boleh mengkhawatirkannya"
"Tenanglah, semua pasti akan berjalan sesuai harapan kita"
"Ibu, ayah!"
"Oh, kamu sudah datang cindy, kemari nak!"
"Kenapa ibu tidak istirahat saja di rumah?"
"Aku baik-baik saja"
"Sayang aku pergi ke kantor dulu, cindy tolong temani ibu ya nak"
"Iya ayah"
"Aku kemari sengaja untuk membawakan ini untuk ibu"
"Terima kasih nak, kenapa sampai harus membawakan buah sebanyak ini untukku"
"Akhir-akhir ini ibu pasti lelah, ibu membutuhkan istirahat yang cukup kalau tidak ibu bisa pingsan"
"ibu masih kuat kok nak"
"jangan seperti itu bu, apa perlu saya meminta pada dokter untuk melakukan pemeriksaan pada ibu? sedikitnya ibu harus dapat beberapa suntikan nutrisi untuk tubuh ibu"
"Tidak, aku sungguh baik-baik saja nak"
"Saya rasa kak barra akan bangun hari ini, dia akan mencari ibu setelah dia terbangun .. jadi ibu harus bertemu kakak dengan wajah yang cerah" ungkapnya seraya menuntun ibu berjalan ke ruang pemeriksaan.
"Gadis yang cantik ini cukup keras kepala ya.. aku sempat mendengar bahwa dia adalah putri dari hakim yang bernama Dr. Surya luthan dan dia juga menerima pendidikan yang baik dari keluarganya, sudah sepatutnya barra harus bertemu dengan wanita yang baik seperti ini" batin ibu
"Terima kasih nak, aku juga dapat perawatan karena dirimu"
"Sama-sama bu, kalau begitu hati-hati saat melakukan pemeriksaannya"
Setelah mengantarkan ibu ke ruang pemeriksaan cindy kembali berjalan ke ruangan barra dan menatapi wajah barra dengan seksama.
"Kenapa kakak bisa setampan ini sih, padahal kan sedang sakit" gumamnya