Dafy Kurniawan seorang penulis fiksi ternama. Karya-karyanya best seller dan berhasil diadaptasi menjadi film yang laris manis.
Setahun belakangan ia mengalami writer’s block. Kondisi dimana seseorang tidak mempunyai gagasan baru sama sekali.
Dafy bepergian melakukan kegiatan diluar kebiasaannya untuk mencari inspirasi dan ide-ide segar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hotel
Bisa dimaklumi kenapa kota ini mendapat predikat sebagai salah satu kota yang terpanas.
Bayangkan saja, di malam hari yang sudah lewat jam 9 malam udaranya terlalu membuat badan resah dan berkeringat.
Dafy sudah keluar dari stasiun. Kini ia sedang berada di pinggir jalan menunggu pesanan ojek online datang untuk segera membawanya ke hotel yang juga sudah dipesannya.
Lagi-lagi. Dafy tidak sendiri.
Di sampingnya ada sosok perempuan yang sama yang duduk di deretan bangku kereta depan sejajar dengannya beberapa waktu yang lalu. Perempuan itu.
“Kakak mau kemana?”,
“Aku ikut berjalan bersamamu ya”,
Itu lah kata perempuan itu sesaat setelah keluar dari gerbong kereta kepada Dafy.
Dafy tidak keberatan menemani perempuan yang usianya jauh lebih muda darinya itu.
Jadi sudah tidak terlalu asing. Dafy dan perempuan itu sudah sedikit mengobrol dan berkenalan. Faktanya mereka berasal dari kota yang sama.
Sebuah mobil mewah datang menghampiri Dafy dan perempuan itu.
Pengemudi di dalam mobil itu memberikan lampu dim sebagai isyarat kepada seseorang yang hendak dijemputnya.
“Jemputanku sudah datang”,
“Apa kamu yakin tidak membiarkan kami saja yang mengantarkan mu sampai ke hotel?”,
“Aku sudah pesan ojek, kasihan kalau dibatalkan”, jawab Dafy menolak.
Turun lah dari mobil mewah itu seorang laki-laki.
Sosok itu menghampiri sang perempuan.
Mereka berdua berpelukan. Sang laki-laki memberikan perempuan itu kecupan manis di keningnya.
Mereka berdua lalu masuk ke dalam mobil.
Kaca jendela mobil terbuka. Perempuan itu melambaikan tangan ke Dafy.
Dafy hanya bisa tersenyum membalas kepada perempuan itu.
Yang ada di dalam benak Dafy. Apa yang mau diherankan?
Kenapa juga harus terkejut?
Begitulah kehidupan yang memang terdapat di salah satu sudut sisi yang lain. Tidak perlu berlebihan untuk bereaksi.
Laki-laki yang menjemput perempuan itu jauh lebih pantas menjadi ayah atau pun kakeknya.
“Dafy Kurniawan”,
Untung saja sesaat kemudian perhatian tadi teralihkan dengan datangnya ojek online pesanan Dafy.
“Iya benar”,
“Ke Hotel ya pak?”, tanya pengemudi itu.
Dafy lebih memilih naik sepeda motor untuk pergi ke hotel yang jaraknya tidak terlalu jauh dari stasiun. Itu karena ia sudah penat berjam-jam berada di dalam kereta.
Naik ojek lebih bebas. Mata dan nafasnya jauh lebih leluasa.
Setengah jam kemudian Dafy tiba di hotel tempat ia akan menginap khusus untuk malam ini saja sebelum besok melanjutkan perjalanannya.
Dafy dibuat tersenyum ketika berjalan memasuki lobi hotel itu.
Ia melihat sebuah mobil yang sama yang sempat ia lihat di depan stasiun beberapa menit yang lalu masuk ke basement hotel.
Sebuah mobil mewah.
*
Hotel di pagi hari.
Keesokan paginya Dafy bangun dengan kondisi badan yang cukup segar setelah semalam beristirahat dengan nyenyak tanpa gangguan.
Dari jendela kaca besar kamarnya di 504 Dafy melihat ke arah luar bawah.
Pemandangan yang masih berada di dalam area hotel tempatnya menginap.
Di bawah sana ada kolam renang besar dengan air yang begitu bening.
Terpapar luas warna biru langit cerah sesuai dengan warna keramiknya.
Tidak ada banyak orang yang sedang berenang di sana pagi itu. Hari ini bukanlah akhir pekan. Jadinya pengunjung hotel tidak terlalu ramai.
Dafy memutuskan untuk turun ke bawah. Ia menuju ke kolam untuk berenang.
Entah kapan pastinya terakhir kali ia berenang? Sudah terlalu lama.
Dafy berhenti setelah 5 kali bolak balik dari ujung ke ujung kolam renang dengan panjang sekitar 20 meter itu. Ia sengaja memilih jarak lintasan yang pendek.
Awal pertama berkenalan tentu saja sungguh dingin seperti air di kolam renang dimana pun berada saat masih jam 6 pagi. Setelah nyebur baru lah tubuh menjadi akrab dan terbiasa.
“Shit”,
Gumam Dafy.
Sosok perempuan yang ditemuinya tempo hari di kereta yang sekarang menginap di hotel yang sama datang menghampirinya.
Perempuan berambut keriting berkulit sawo matang eksotis itu datang ke kolam renang hanya dengan mengenakan handuk putih hotel yang dililitkan setinggi dadanya.
Siapa yang bisa begitu saja mengalihkan penglihatan dari kebrutalan itu?
Kali ini perempuan itu benar-benar telanjang tanpa alas kaki.
“Hey, aku tak menyangka kamu akan menginap di sini juga”,
“Tahu begitu kemarin kita sama-sama”, sapa perempuan itu.
“Aku juga tak menyangka akan bertemu lagi denganmu”, kata Dafy.
Dafy berada di pinggir kolam hanya dengan kepalanya saja yang menyembul dan kedua tangannya yang berpegangan pada tepian kolam.
Sementara perempuan itu tepat berdiri di hadapannya.
“Aku melihatmu dari atas”,
“Kamar ku di lantai 9”, ucap perempuan itu.
“Ah, aku di lantai 5”, sahut Dafy gugup.
Perempuan itu melepaskan handuknya.
Tinggal bikini hitam yang menutupi tiga wilayah sensitive perempuan panas itu.
Perempuan itu lalu turun ke dalam kolam. Tapi ia tidak kemana-mana.
Perempuan itu mendekat kepada Dafy. Menyentuhkan tubuh gemulainya kepada Dafy yang seakan sudah tersihir dan teperdaya.
“Bagaimana dengan pacarmu?”,
“Bagaimana kalau pria tua itu melihat kita dari atas sana?”, tanya Dafy khawatir.
Kaki perempuan itu mulai menempel kaki Dafy sambil perlahan-lahan berayun-ayun menggoda. Di tepian kolam renang mereka beradu.
“Kamu tenang saja”,
“Tadi malam kami sampai jam 2 pagi”,
“Pria tua itu sekarang sudah tidak bisa apa-apa, biasanya siang hari ia baru bisa bangun lagi”, kata perempuan itu.
“Maaf, aku harus menolakmu”,
“Pagi sekali aku harus pergi”, kata Dafy.
Dafy keluar dari kolam renang. Mengabaikan gairah dan ajakan perempuan tersebut.
“Tentu saja, seperti katamu kemarin petualang”, kata perempuan itu yang tampak sedikit kecewa.
Dafy melempar senyum bersama lambaian tangan kepada perempuan itu. Ia lalu pergi meninggalkan kolam untuk kembali ke kamarnya.
“Tampan”,
“Saat pulang nanti aku akan menemukanmu”, kata perempuan itu kepada Dafy.
Dafy hanya semalam saja tinggal di hotel tersebut untuk transit. Pagi ini ia akan melanjutkan perjalanan petualangannya.
Sementara perempuan itu akan tinggal di hotel selama 3 hari 2 malam. Sesuai kontrak dengan sang pacar.