Pengganti Adik Ku

"Gile ... Ni pengantin baru, Strong banget ya ? Malam nya tempur siang nya tempur mencari uang. " Ejek teman satu kantor Lea.

Lea hanya mampu tersenyum simpul, baru kali Lea merasakan ketidaknyamanan saat berada di kantornya.

"Tasya tidak masuk hari ini, syukurlah setidak nya mengurangi satu orang yang akan mengejekku. " ucap kecil Lea.

Lea belum berpikir perihal tanggung jawabnya sebagai seorang istri, karna sungguh pernikahan yang sudah terjadi Lea harap itu hanya sebuah mimpi.

Pekerjaan yang seharusnya tidak ia kerjakan, ia kerjakan dengan baik. Tak jarang Lea di tunjuk sebagai juru bicara di perusahaannya. Lea sangat berperan penting dalam kemajuan perusahaan itu.

Waktu jam pulang pun tiba, saat Lea berjalan menuju koridor gedung pertama ia melihat beberapa wanita saling berbisik.

Sekilas Lea tidak mau ambil pusing, namun saat langkah kaki nya tinggal beberapa langkah lagi menuju pintu keluar. Lea di kejutkan dengan sosok tampan dan gagah yang rupa-rupanya dia lah penyebab beberapa wanita saling berbisik.

"Dia ? " Lea sungguh terkejut dengan kemunculan sosok itu di hadapannya.

Arta melihat seseorang yang dia tunggu rupa-rupanya sudah keluar dari persembunyiannya. Arta tersenyum pada Lea, senyuman itu nampak palsu.

Arta menggenggam pergelangan tangan Lea, tanpa Arta sadar genggaman itu sangat erat dan terasa sakit oleh Lea.

"Aaaa ... sakit ! " Rintih Lea.

"Jangan seenaknya saja kamu, kamu sadar tidak seharusnya sekarang kamu tidak bekerja ! Apa kamu sengaja ingin mempermalukan keluarga saya, Hah ? "Bisik kesel Arta yang di hiasi senyuman palsunya.

Lea sadar bukan hanya menyebalkan, ternyata Arta keras dalam bersikap.

"Jangan seperti ini, ini sakit. " Pinta kecil Lea mencoba melepaskan genggaman erat tangan Arta.

"Ini akibat dari perbuatan kamu yang seenaknya keluar tanpa sepengetahuan saya. " Jawab Arta semakin menekan nada bicaranya.

Ingin rasanya Lea berteriak, namun itu hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.

Dengan tatapan berembun, Lea menatap lekat tatapan keras Arta. "Kita bisa bicara baik-baik tidak seperti ini. "

"Baik lah, " jawab Arta melepaskan genggaman tangannya.

Lea mengelus pergelangan tangannya, Arta melihat wajah Lea begitu di tekuk kesal. Lea hendak pergi dari hadapan Arta lagi-lagi langkahnya di hentikan.

"Berikan kunci mobilmu pada Roy, kamu pulang bersama saya ! " Perintah Arta yang tidak mau di bantah sedikit pun.

Lea menatap sosok yang baru saja keluar dari dalam mobil Arta, Roy adalah teman baik Arta sekaligus kerabat dekat Arta dalam keluarganya.

Roy hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah laku Arta yang selalu kasar pada siapapun.

Ketika sudah di dalam mobil, Lea hanya menekuk wajahnya kesal. Kehidupan Lea yang sebelum nya sudah tentram dan nyaman kini kembali di terpa kesedihan sama seperti dulu, saat ia harus menelan pil pahit jika kedua orangtuanya sudah tidak bisa lagi bersatu.

Arta menatap tajam ke arah Lea, bersiap untuk mengultimatum Lea saat itu juga, kesalahan Lea harus di bahas saat itu juga. "Sudah ku katakan jika di luar bersikap lah seperti seorang istri, jangan mempermalukan keluarga saya. Walaupun keluargaku bukan orang penting di kota ini, tapi keluarga ku adalah orang terpandang di kota ini. PAHAM ? "

Lea menghela nafas kecil, " Iya. " Jawaban Lea sangat singkat tanpa mau menatap Arta, Lea lebih memilih melihat ke arah kaca di sampingnya.

Arta semakin murka rupanya. Arta menarik wajah Lea agar mau menatapnya. "Jangan kurang ajar kamu ! "

Lea dengan gerakan perlahan, memegang tangan Arta yang masih menempel di bagian dagu Lea.

"Lepas, jangan seperti ini. Jika anda mau saya menghormati anda. Berikan contoh bagaimana cara menghormati ! " Jawaban bijak Lea yang paham jika dia sama sama keras dalam bersikap, Arta pasti akan lebih keras.

Lea belum begitu paham dengan sikap Arta, Lea tidak mau tahu soal Arta tapi walau bagaimana pun Arta adalah suami nya.