Adelia Kirani seorang mahasiswi cantik terpaksa menikahi Azzam Prasetyo mantan kekasihnya, karena sebuah jebakan.
Mereka putus karena Azzam terlalu mengekang dan berani bermain api di belakangnya.
Akankah pernikahan mereka berjalan dengan lancar?
Bagaimana cara Adel bertahan dengan sikap Azzam yang tidak pernah Ia ketahui?
Yuk simak terus kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byerlyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Hmm... Hmm..." Adel berusaha berteriak, melepas cengkraman orang di depannya. Dia tidak bisa melihat siapa sebenarnya orang itu. Wajahnya tertutup masker, namun Adel seperti familiar dengan tatapannya.
Saat mulut dan tangannya di lepaskan, Adel ingin bergerak mundur. Tapi langsung di peluk sangat erat.
"Lepas! Lepasin! Siapa sih kamu lancang sekali" teriak Adel memberontak. Matanya berkaca-kaca, dia merasa di lecehkan saat ini. Bukannya terlepas malah semakin erat.
"Diam sayang, jangan bikin aku untuk berbuat lebih dari ini"
Suara itu, suara yang sangat Adel kenali. Dia berhenti memberontak, tubuhnya kaku. Pelukannya sedikit di renggangkan. Diam membeku saat melihat orang itu membuka masker. Azzam dia orang itu.
"Aku kangen banget sama kamu sayang" ucap Azzam mencium rambut gadisnya.
Adel tersadar, dia mendorong tubuh Azzam jauh dari tubuhnya. Namun sia sia, "Lepas brengsek! Jangan panggil aku sayang. Kita udah putus Azzam."
Azzam hanya diam, rahangnya mengeras. Dia semakin mengeratkan pelukannya. Membiarkan Adel berteriak mencaci maki dirinya. Semakin lama, semakin brutal. Terpaksa dia mengambil sapu tangan di saku, memaksa Adel untuk menghirupnya.
"Mau apa kamu hmm-" tiba tiba Adel merasa lelah memberontak. Tenggorokannya sakit, badannya lemas tak bertenaga. Dia hampir jatuh, lalu Azzam menggendongnya ke arah ranjang dan membaringkannya.
"Sakitkan, jangan berteriak sayang" Azzam menatap intens wajah Adel, menyentuh leher dan mengecup pucuk kepalanya.
Adel diam saja memalingkan wajah, air matanya terus mengalir. Dia takut saat ini, ancaman dan tatapan mata Azzam masih sama seperti dulu penuh cinta, namun sekarang bercampur obsesi di dalamnya.
Merasa kelelahan, Adel akhirnya memejamkan matanya. Berharap ketika dia bangun ini semua hanya mimpi. Melihat Adel yang tertidur Azzam ikut berbaring di samping, memejamkan mata berusaha tidur. Dia akan pulang besok pagi.
Pagi hari, jam menunjukkan pukul tiga pagi. Azzam telah bangun, sungguh dia malas sekali beranjak dari tempat tidur. Dia ingin lebih lama bersama gadisnya, mengurung seharian. tapi tidak mungkin yang ada Adel semakin jauh.
Azzam telah siap untuk pergi, dia membenarkan selimut Adel dan mengecup keningnya lama. Lalu pergi ke arah balkon dan melompat dari sana.
......................
Adel tersentak kaget dari tidurnya. Ia menoleh ke sana kemari. Tidak ada tanda tanda Azzam di sekitarnya. "Apakah tadi malam hanya mimpi?" batin Adel.
Setelah menenangkan diri adel berjalan ke kamar mandi untuk memulai aktivitas hari harinya.
Menuruni tangga menuju meja makan, Adel mencoba untuk terlihat biasa saja. Walau batinnya tertekan akibat kejadian semalam, entah itu nyata atau halusinasi semata.
"Pagi Ibu"
"Pagi sayang, mau sarapan apa?"
"Hmm aku mau roti saja Bu. Oh iya Ayah kemana?" Adel terlihat bingung, Ayahnya tak kelihatan.
"Ayah sedang sakit, nanti kamu naik taksi saja ya sayang." jawab Ibu, ia memberikan sepotong roti kepada Adel.
Adel hanya mengangguk, mulutnya penuh dengan roti. Selesai sarapan, dia pamit kepada Ibu untuk berangkat.
Di depan gerbang rumah, tangannya di tarik masuk ke dalam mobil mewah.
Adel kaget, dia ingin teriak tapi di urungkan melihat siapa orang yang menarik.
"Azz - Azzam... " kata Adel terbata bata.
"Hai sayang, hari ini aku antar kamu ke kampus" ucapnya santai.
"Aku udah bilang, jangan panggil sayang. Kita udah putus semenjak kamu selingkuh, ngerti ngga sih!" bentak Adel
"Kita ngga pernah putus dan ngga pernah akan putus! Asal kamu tahu aku ngga pernah selingkuh!"
Adel geram sekali dengan Azzam, ingin rasanya mencakar muka tampan itu. Tapi ia urungkan, masih ingat jelas Azzam nekat memberi obat padanya.
"Jangan sekali kali menjadi pembangkang Dela, ingat kata kataku semalam" tekan Azzam. Melihat gadisnya diam pasrah, dia tersenyum tipis. Kembali mengelus dan mencium rambut Adel yang menjadi candunya. Cukup lama melakukan hal itu, Azzam segera mengantarkan Adel ke kampus.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
dan tak membosankan kan sama sekali
oh ya jangan lupa dukungan nya di novel ku judul nya
istri kecil tuan mafia dan juga
dia imam ku Jagan lupa mampir