Terjebak Dalam Novel

...Bismillahirrohmanirrohim....

...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...

...بسم الله الر حمن الر حيم...

...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....

...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...

...🍒Selamat membaca semua🍒...

Kejadian di rumah sakit beberapa hari lalu hingga saat ini usia Jia pulang dari rumah sakit membuat keluarga Raka mulai berpikir sikap Jia banyak berubah dari sebelumnya.

"Jia, aku akan pergi dengan Sania keacara pesta hari ini, jadi tetap diam di rumah jangan membuat ulah," ucap Raka pada istrinya itu. Saat ini mereka berdua sedang berada di kamar bersama.

Tanpa banyak tanya Jia hanya mengangguk santai membiarkan Raka berbuat sesukanya. 'Cih, siapa juga yang ingin menganggu kalian. Pemilik asli tubuh ini sungguh bodoh sekali! Untuk apa terus mengejar Raka tidak punya hati, dia kira pria di dunia ini sudah habis apa.'

Sekilas Jia melirik Raka yang sedang sibuk bersiap, pria itu juga sesekali mencuri pandangan pada Jia, cukup heran akan sikap sang istri hari ini.

'Jika aku pisah dengannya, aku akan mendapatkan kompensasi besar. Hidup di dunia yang kecil ini harus punya banyak uang agar dapat hidup dengan baik.'

Di dalam kamar cukup besar itu, pasangan suami istri tampak asing satu sama lain sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Raka sudah rapi memakai jas sejak dipandu dengan celana dasar tapi sayangnya dia tak kunjung keluar kamar. Pria itu malah memperhatikan Jia diam-diam, dalam benaknya dia merasa ada yang berbeda dari sang istri sejak pulang dari rumah sakit.

Masih disposisi yang sama, Raka menunggu Jia bersuara. 'Aneh sekali, ada apa dengan perempuan ini, bisanya dia akan mencari seribu cara untuk mencegahku pergi dengan Sania, kali ini dia terlihat bersikap cuek sekali. Tapi tidak apa ini akan jauh lebih baik,' pikir Raka santai, dia justru senang Jia tidak membuat onar, apalagi tidak menganggu waktunya dengan Sania.

"Aku pergi, ingat Jia jangan melakukan hal diluar nalar lagi, aku sama sekali tidak akan tertarik padamu!" Jia tak menanggapi perkataan Raka, dia malah menatap sinis pada sang suami tanpa Raka sadari.

"Cih! Sudi amat gue ngurusin hidup kalian!" ujar Jia setelah Raka keluar dari kamar.

Sekarang di dalam kamar Jia sendirian, dia sedang merenungi nasibnya yang terjebak dalam novel karya kakaknya sendiri.

Kedua tangan Jia terangkat menompang dagunya, dia menatap langit-langit kamar. "Aneh sekali kenapa aku bisa terjebak dalam novel jelek ini? Ayah, bunda, Jia ingin kembali, Jia rindu kalian."

Kedua bola Jia mulai berkaca-kaca, dia ingin kembali tapi dia sendiri tidak tau bagaimana caranya agar dirinya bisa kembali dan berkumpul dengan keluarganya lagi. Jia sendiri tidak tahu alasan kenapa dia bisa terjebak dalam novel yang dibuat oleh kakak sulungnya ini, semua ini sungguh menyebalkan bagi Jia.

Larut dalam pikirannya sendiri, sebuah ide melintas diotak Jia. "Kalau aku tidak bisa kembali, setidaknya aku tak boleh membiarkan diriku tertindas di tempat ini. Mungkinkah aku bisa mengubah alur ceritanya?"

Seingat Jia ada beberapa kejadian yang dia alami selama berada di dalam novel tidak ditulis oleh mba Mika.

"Benar juga aku tidak boleh hanya berdiam diri disini, menerima nasibku sebagai antagonis dalam novel ini"

Bergegas Jia bangkit dari duduknya, dia berjalan menuju ruang ganti yang ada di kamarnya bersama Raka. Dia membuka lemari pakaiannya, alangkah syoknya Jia melihat lemari pakaian milik Jia si pemilik tubuh asli dari dalam novel.

Rasa masal menyelimuti Jia melihat beberapa baju dilemari. Melihat semua pakaian itu jika menghela nafas kesal. "Pantas saja Raka sama sekali tidak tertarik dengan pemilik asli tubuh ini, pakaiannya saja seperti perempuan penggoda."

Satu persatu Jia mengambil semua baju kurang bahan itu, dia berniat membuang semua baju-bajunya. "Masa sama sekali tidak ada satupun yang cukup tertutup, mustahil pasti ada."

Kesal yang mulai menyerang Jia kembali memastikan jika ada baju yang pas dan layak dia pakai untuk pergi keacara pesta. Tentu saja Jia berniat untuk pergi menghadiri pesta besar ini walaupun tidak dengan Raka.

Ingat betul Jia jika saat malam dipesta cerita dalam buku, Jia membuat Raka merasa mau memilik istri Jia yang selalu membuat ulah.

Lama mencari akhirnya Jia mendapatkan satu baju yang layak untuk dia pakai diacara untuk menghadiri pesta. "Setidaknya ada yang bisa digunakan."

Usia membereskan semua bajunya dan bersiap untuk berangkat, Jia yang sudah beres dengan kegiatannya bergegas keluar kamar. Dia terlihat anggung memakai gaun berwarna biru berpadu dengan warna putih yang menambah kesan anggun pada Jia.

"Selesai juga, alur ceritanya sudah sedikit berbuah, jadi mari kita lakukan Jia. Kamu harus bisa bertahan di dalam dunia novel ini. Jangan sampai mati konyol seperti pemilik asli dari tubuh ini."

Langkah kaki Jia berjalan dengan anggun menuruni satu persatu anak tangga di rumah besar itu, sebagai putri dari salah satu pengusaha terkaya di kota mereka Jia tau cara bersikap dengan anggun. Berbeda akan pemilik asli tubuh yang Jia tempati sekarang merupakan anak dari keluarga biasa.

Mereka yang berada di ruang tamu rumah melihat kehadiran Jia menatap Jia terpesona, tentu saja Jia tersenyum senang setidaknya ada sedikit perubahan.

"Jia."

"Nenek, mama," sapa Jia pada kedua wanita yang sedang duduk menikmati secangkir teh. Tak lupa Jia juga menyapa papa mertua dan kakek mertuanya.

"Kamu mau kemana?" tanya kakek Baskara.

"Sebelumnya maaf kakek, nenek, ma, pa. Jia izin mau pergi menghadiri pesta malam ini, Jia sudah mendapatkan undangan dari penyelenggara acara, tidak enak jika tidak datang walaupun hanya sebentar." Jia bicara dengan penuh kesopanan tidak seperti dulu yang terkesan tak memilik sopan santun.

"Pergi dengan Raka?"

"Tidak pa, Jia pergi sendiri. Raka sudah pergi lebih dulu bersama Sania, tadi Jia yang menyuruh karena Sania sudah datang menjemput Raka," jelas Jia, dia tidak mau keluar suaminya memisahkan Sania dan Raka karena Jia ingin segera bercerai dengan Raka.

Terpaksa Jia tersenyum manis, aslinya dia merasa ingin cepat-cepat pergi dari hadapan keluarga Raka. 'Tidak bisa begini terus, aku harus mencari cara agar bisa cepat pisah dengan Raka,' tekad Jia sudah sudah bulat.

"Apa perlu papa antar, Jia?"

"Heh, tidak perlu Pa, Jia bisa pergi sendiri jangan khawatir Jia pasti akan pulang tepat waktu. Baiklah Jia permisi dulu, Jia hampir terlambat soalnya," semua orang di ruang tamu itu mengangguk mengizinkan Jia pergi.

"Ingat jangan pulang terlalu larut malam Jia, kami semua mengkhawatirkanmu," pesan nenek membuat Jia mengangguk patuh tak lupa memberikan senyum tulus.