Kita tidak pernah tau takdir apa yang akan menghampiri hidup kita kelak. Semua skenario sudah Allah atur sesuai kapasitas masing - masing.
Saatnya diatas siapapun mengaku saudara,teman atau apalah. Tapi saat kita terpuruk mana tadi yang mengaku saudara. Semuanya perlahan pergi menjauh.
Begitulah kehidupan Keluarga Derel,pasca pendemi merubah segalanya. Saat kedua orang tuanya telah tiada kakak dan adik - adiknya seakan tidak mengenal dirinya lagi.
Dulu waktu ia punya semuanya kakak dan adiknya rajin datang kerumah berkumpul. Itu semua tinggal kenangan. Bagaimana kehidupan Derel dan keluarganya selanjutnya?akankah ia kembali sukses? apa yang terjadi pada orang - orang yang menghina dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Setiap ada kematian maka para warga akan mengadakan urungan untuk membantu keluarga yang tengah berduka. Apalagi di keluarga Derel ada suatu perkumpulan keluarga besar satu suku ikut membantu berupa materi yang lumayan jumlahnya.
Sore setelah penguburan semua keluarga kembali berkumpul di rumah tante Ida. Mereka bermaksud menghitung jumlah amplop yang didapat. Sinta hanya hanya jadi penonton saja.
Jumlah uang yang terkumpul lumayan besar jumlahnya, lumayan untuk menganti pengeluaran semua biaya - biaya yang telah di keluarin hari ini.
"Tadi buat ngurus kuburan dan perlengkapan jenazah berapa uang kamu yang terpakai Sin?" tanya Om Heru,om tertua suami.
"Lebih kurang sejuta om." jawab Sinta.
"Kok mahal amat,kamu mau memakan uang tahlilan almarhum mertua kamu." sarkas om Heru.
"Tidak om." air mata Sinta menetes begitu saja saat mendengar tuduhan keji dari om Heru yang sedari dulu tidak pernah menyukai dirinya.
Derel merengkuh tubuh istrinya, mengusap punggungnya memberi kekuatan.
"Ga usah diambil hati dek." bisik Derel yang terlihat sabar.
"Om Heru jangan ngomong kasar gitu sama istri saya,jika om Heru ga mau kasih uangnya itu kami ikhlas." bela Derel yang ikut merasakan sakit sama seperti istrinya.
"Aaalahhhh. Gitu aja pake nangis segala. Ini." om Heru melemparkan seikat uang kearah Sinta. Dan hal itu membaut Derel emosi.
"Om ini apa - apain sih,main lepar aja. Udah tua tapi ga tau sopan santun. " sarkas Derel emosi. Sinta mencoba menenangkan suaminya yang sudah tersulut emosinya. Biasanya suaminya sabar mungkin karna lelah hati dan pikiran membuat suaminya gampang tersinggung dan marah.
"Apa Kamu bilang sopan,?tau apa kamu tentang sopan? om ini lebih tua dari kamu. Ga pantes kamu ngomong kasar seperti itu." om Heru juga terpancing emosinya. Dia tidak sadar bahwa dirinya memang bersalah dan berkata kasar.
"Miskin aja belagu." sindir sepupu Derel.
"Sudahlah,bang. Terima saja ,ga baik ribut. Kasihan ibu ga tenang nanti dalam kuburnya." ujar si bungsu mencoba menengahi.
Derel tersadar dan mengurut dadanya sambil beristiqfar dalam hati. Ia mengambil uang itu dan memberikan pada istrinya.
Semua biaya - biaya sudah di keluarkan. Masih ada sisa dan masih bisa di pergunakan untuk tahlilan berikutnya.
Tiga malam tahlilan di rumah tante Ida berjalan lancar. Rencananya tahlilan hari ketujuh akan diadakan di rumah ibu.
Semua keluarga sudah sepakat. Tapi pas hari H tak satu pun keluarga yang datang. Hanya ada anak - anak ibu berkumpul disana.
Sinta dan suaminya sudah ada disana sehari sebelum acara. Sinta nampak sibuk sendiri menyiapkan besek untuk para tamu nantinya. Sementara Mercy dan iparnya yang lain asik dikamar,entah apa yang mereka kerjakan di kamar.
Sebagai anak tertua Derel berusaha membimbing adik - adiknya tapi memang mereka yang tidak sadar diri meremehkan semua ucapan Derel. Hanya si bungsu yang terlihat tidak membantah perkataan Derel.
Acara berlangsung lancar,Derel dan Sinta duduk di bangku depan sambil berbincang - bincang.
"Bang sepi ya." ujar Sinta.
"Iya dek. Rasanya baru kemaren kita duduk bareng ibu di sini. " pandangan mata Derel jauh kedepan,menatap kosong jalanan yang mulai sepi karna malam sudah mulai larut.
"Besok subuh jadi kita jadi balik,bang?" tanya Sinta yang sudah nampak ngantuk karna lelah.
"Jadi dek,habis subuh kita pulang. Kalau sempat anak - anak bisa masuk sekolah."
Setelah perbincangan itu keduanya masuk kedalam rumah untuk merebahkan tubuh yang lelah. Tak butuh waktu lama keduanya sudah masuk ke dunia mimpi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
klu Darel selamat
malah tokoh utamanya dimatiin...
ke ce wa... left..
ya ngak seru klu Darelnya meninggal.. Thor