Apa jadinya seorang desainer bernama Elania, dan pria barista yang bernama Shin tersebut, sama - sama memiliki rahasia besar didalam hidup mereka.
Dipersatukan oleh Shin yang ternyata mencintai Elania secara diam - diam, lalu bagaimana perjalanan kisah ujian cinta mereka, dan kehidupan rahasia keduanya.
Akankah berjalan sesuai kehidupan cinta pada umumnya ataukah sebaliknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Piitaloka_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04
Suara rintikan hujan disertai suara mesin jahit membuat suasana didalam ruang produksi team Elania begitu serius, apalagi disitu madam Lisa sendiri ikut turun tangan dalam mengawasi setiap aktifitas mereka.
"Elania serta team bawahan nya, saya minta hasil prodak pakaian kalian ini, tidak akan membuat saya kecewa dihasil akhir besar perusahaan fashion kita nantinya" ujar madam Lisa secara tegas "Aku tidak mau acara kita nantinya, akan membuat kerusakan seperti tahun lalu, jadi aku harap berhati - hati, dan tetap konsisten dengan kualitas prodak kalian"
"Saya akan usahan yang terbaik untukmu madam serta perusahaan ini nantinya"
"Jangan banyak janji kamu Elania, saya butuh pembuktian bukan ucapan belaka mu. Dan kau tau ini tinggal 2 hari lagi acara kita akan dimulai, sampai nanti berantakan karena salah satu dari team kalian. Maka saya dengan akan tegaskan untuk menghentikan mu, serta memindahkan anak buah mu kepada team lain nya karena aku sudah tidak tahan dengan apa yang sudah kau buat selama bekerja disini akhir - akhir ini kepadaku maupun perusahaan"
Terlihat para anak bawahan Elania tengah khawatir dan cemas, karena dia tidak mau ketua mereka digantikan oleh yang lain. Namun tidak dengan Elania yang diam, dan menatap arah pantulan kaca dibawahnya disitu dirinya hanya menggeluarkan senyuman smirk yang ia keluarkan secara diam - diam, disaat madam tak memandanginya.
"Kalau begitu lanjutkan tugas kalian"
Setelah kepergian madam Lisa, disitu dia langsung mengintruksi Hinawa untuk kembali menjadi pengawas dibagian pintu utama.
"Bicaralah" sebari berfokus menjahit
"Kak, kami nggak mau kalau nantinya ketua nya akan digantikan oleh yang lain" ucap Mina dengan langkah maju kehadapan Elania
"Iya kak, yang aku dengar ketua mereka itu tidaklah seramah dan sebaik kakak" saut Shio
"Ya lakukan yang terbaik buat team kita dong" jawab santai Elania sebari tersenyum
"Kita mah akan selalu meluapkan semua waktu kita buat kasih yang terbaik kak" ucap Keiko
"Begitukah, lantas kenapa sekarang kalian bicara tidak sambil bekerja" terkekeh melihat bawahannya langsung kembali ke tugas masing - masing "Kalau seandainya semisal aku diberhentikan bagaimana?"
"Kak" seruan anak bawahan nya yang membuat Elania terkekeh dibuat nya
"Loh sapa tau, kalau semisal aku dikeluarkan lalu bekerja ditempat lain gimana"
"Kak..." rengek Hana "Janganlah kakak berbicara seperti itu, kalau semisal kan kakak bekerja ditempat lain maukah kau mengrekrut kita juga, aku sendiri tak tahan kak semisal dibawah tekanan ketua disini, mending ikut kak Elania saja"
"Benar aku setuju" ucap Bella yang membuat semuanya menganggukkan kepala
Seketika disitu Elania terkekeh sebari menoleh kearah Hinawa yaang terkekeh kearah mereka.
"Wah Hinawa bagaimana ini? iya kalau semisal perusahaan nya mau kalau tidak gimana dong, apalagi mana mungkin perusahaan ini mau merelakan jasa pekerja sebanyak ini, yang ada rugi dong"
"Yah dengan berat hati mereka harus menerima ketua baru ya nggak sih" saut Hinawa
"Ih.. Jangan begitu lah kak Hinawa" saut Ayumi
Disitulah mereka saling canda tawa, walaupun dalam kutip menghilangkan rasa ketegangan yang ada. Namun dikalah itu Elania mendapatkan telfon dari seseorang yang bernama Miura, dengan cepat dia mengangkat telfon tersebut dan melangkah masuk kedalam ruang pribadinya.
....
Ditempat lain, hujan yang begitu deras tersebut membuat karyawan di cafe Yoshiro begitu sangat santai nan sepi akan pengunjung.
"Bang... Ini cafe sepi amat dah kayak hati ku yang sekarang bersedih tak melihat wajahnya selama ini"
Ucapan Shin membuat Takashi jenuh akan drama yang pasti akan terucap dari mulut pria bucin itu.
"Kalau mau ramai yah bakar aja ini cafe, sekalian tuh mulut sama hati mu juga"
"Jahat sekali kau ini bang"
"Lah emang benarkan, kalau memang elu udah bosan idup yah bakar aja sekalian ini cafe juga, kan jadi nya ramai, dan viral bahwa san nya ada seorang pria yang tengah patah hati dikarenakan tidak dapat melihat wajah pujaan hatinya selama ini"
"Tau ah bang ngeselin kau! mending memandang langit mendung aja, karena cuma dia lah yang tau perasaan ku saat ini" duduk dikursi favorit Elania
'DUAR..' 'AAHH' suara dentuman petir serta dibarengi suara teriakan Shin, dikalah dirinya terkejut sekaligus ketakutan, dengan sambaran kilatan petir, membuat sang Takashi tertawa terbahak - bahak dibuatnya.
"Hahaha.... Rasain tuh suara hati sambaran petir"
"Sumpah kau bang, ngeselin amat lu jadi orang. Udah tau ini adik tertampanmu ini terkaget - kaget begini malah diketawain"
"Dih dih jadi nyalahin gue, yang ada salah tuh elu sendiri, makanya jadi orang tuh yang waras dikit. Udah tau hujan deras masih aja duduk dipinggir jendela emang lo setahan pujaan hatimu, kagak kan jadi stop jadi orang gila yang menunggu ajal dari sambaran maha kuasa"
"Tapi kenapa bisa kakak cantik sekuat dan tidak setakut itu yah, pada sambaran petir begitu"
"Nah disitu yang gue pertanyakan buat elo, kenapa orang yang lu sukai itu begitu tenang dan bahagia nya ketika dia menatap sambaran petir dilangit, dan oon nya lagi tuh anak kagak menjerit malah tersenyum kan gila nan aneh" mulut Takashi membuat Shin bertanda tanya sekaligus kesal
"Lo sangka kakak cantik ku itu gila begitu bang"
"Kagak tapi rada ke arah situ sih"
"Enak saja, asal abang tau kakak cantik itu mungkin saja tengah menganggumi petir tuh, dikarena kan silauan dari petir itu terlihat begitu indah nan enak dipandang mungkin"
"Itu namanya sama aja aneh bodoh"
"Mana ada aneh, asal abang tau aja nih ya gue sempat men search tentang orang penyuka petir, awan mendung maupun hujan, tuh ada loh bang jangan salah, kalau kakak cantikku ini dominan ke kategori Ceraunophile. Ya masih dibilang masih langkah lah orang yang menyukai yang namanya petir ataupun gemuruh halilintar" sebari membaca search di ponselnya
"Berarti pujaan loh itu manusia ter anehkan"
"Yah tidaklah bang, dari yang aku baca ini itu dia masih kategori dibatasan wajar kalau memiliki kehobian teraneh"
"Ya itu namanya sama aja dodol, orang nya memang aneh ya kan" Dikalah Shin akan memprotes perdebatan nya "Sudah - sudah, tuh ada pembeli cepat minggir sana layani orang nya"
Ketika Shin menoleh siapa pembeli pelanggan masuk dicafe nya itu seketika dirinya terkejut dibuatnya.
"Kak Miura, kau!"
"SHIN" dengan riang perempuan tersebut langsung memeluk Shin penuh kebahagiaan "Ya tuhan sudah lama sekali aku tidak bertemu denganmu, oh ternyata kamu ada disini Shin, apa kau bekerja disini"
"Yah begitulah, tapi kau sendiri kenapa kesini? ada urusan pekerjaan atau ada apa nih"
"Jahat bener kau ini, hei kakak mu yang cantik nan jelita ini, tengah berurusan pekerjaan, dan pastinya sedikit liburan juga sih! Dan tentunya sekalian juga aku akan mampir kerumah mu juga hihi... Biasa nanti aku minta makanan gratis disana" kekehan perempuan tersebut.
"Cih orang kok sukanya gratisan, kagak punya uang anda sekarang"
"Kenapa masalah buat anda! toh kamu sendiri sudah tak tinggal satu atap lagi kan dengan bibi dan paman, jadi aman dong kalau semisal aku mengemis pada bibi menjadikan aku anak nya sebagai penggantimu"
"Dih menyedihkan sekali hidupmu, apa kau disana sudah tak lagi diberi makan oleh tuh para tetua disana"
"Jangan gitu, para orang tua disana itu juga nenek kakekmu, dan pastinya masih banyak kerabat keluargamu disana. Jadi sekali lah kau hormati mereka Shin, apalagi mereka tengah merindukan kehadiranmu untuk menjenguk mereka"
"Untuk apa membutuhkan ku, masih banyak tuh cucu kesayangan mereka jadi untuk apa mencariku saja"
"Astaga kau ini masih saja membenci mereka, apa masih kurang kau menyiksa mereka diatas kerinduan nya untuk melihat kondisi cucu kesayangan nya ini"
"Cih... Aku tidak sudi dengan kata itu kak, asal kakak tau kehidupanku tuh bukan yang sebenarnya disana. Akan tetapi disinilah tempatku, kalau kau sendiri mungkin lebih cocok hidup dilingkup mereka bukan" sebari melipatkan kedua tangannya
"Tidak juga, malah aku ditolak mentah - mentah ikut dalam urusan mereka, malah yang begitu dibutuhkan itu kamu Shin bagi kakek"
"Aku tetap tidak akan ikut turun kedalam jebakan permainan dia, karena hidupku selamanya bahagia berada disini bukan disana"
"Tapi kenapa tidak kau memulai dengan bisnis lain yang bisa kau urus disini"
"Iya, dengan cara mengorbankan diri untuk mengikuti kemauan dia saja begitu, tanpa memperbolehkan kita melakukan apapun yang kita mau, apa mereka sanggup menuruti nya cih... Pasti tidak kak, karena aku juga tidak mau melibatkan cintaku nantinya masuk kedalam perangkap kegelapan yang mereka anut sedari dulu" kata Shin dengan penuh emosi
"Shin aku tau ini berat bagimu, tapi bisakah kau mengerti akan kondisi beliau sekarang yang membutuhkan pewaris selanjutnya untuk meneruskan jabatan nya itu selama ini"
"Selamanya aku tidak akan pernah sudi masuk kedalam perangkap nya kak, jadi kan saja cucu nya yang lain kan masih banyak bukan aku saja"
"Tapi Shin kau...."
"Sudahlah kak, alangkah baiknya kau jangan paksa aku untuk masuk kedalam kegelapan mereka, cukup biarkan hidupku tenang berada dilingkup dunia ku ini" bantah Shin dengan tegas
"Baiklah aku tak akan memaksa mu, tapi ijinkan aku memberikan waktu luangmu untuk datang kesana melihatnya untuk terakhir kalinya, karena beliau begitu sangat merindukan mu Shin, apalagi orang tuamu sudah memaksa mu tapi tetap saja kau tak mau"
"Itu juga salah dia sendiri bagaimana cara membuat ku tidak sudi untuk datang kesana"
Miura hanya terdiam, tak tau harus bagaimana. Disitu lah kedua nya langsung terdiam. Sedangkan Takashi tidak tau apa yang sudah terjadi tetapi obrolan keduanya begitu sangat serius nan sensitif, karena baru pertama bagi Takashi melihat tatapan Shin yang begitu marah dalam diam karena itu sangat menggerikan bagi dirinya.
"Aku pergi dulu" Disitu Shin beranjak pergi menuju kamar mandi sedangkan Miura sendiri merasa sangat sedih dan bingung didalam diamnya.
"Maaf kek, aku tak dapat membawa dia pulang bersamaku" suara hati Miura
Bersambung....