Setelah divonis 20 tahun penjara, yaaa mau tidak mau, Sobarna 30 Tahun, harus rela berpisah dengan isteri tercintanya, Larsih 28 tahun yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sedikit beruntung, Sobarna divonis penjara setelah anak perempuannya lahir, dan baru usia 1 bulan. bahkan yang ngasih nama pada anak perempuannya itu Sobarna sendiri sebagai ayah kandungnya, yaa walaupun nama anaknya agak sedikit berbeda dengan nama-nama bayi di kampungnya itu.
Nama bayi perempuan yang malang itu, adalah Berkah Rahayu.
Siapapun pasti mengira, betapa berat dan sengsaranya seorang isteri yang ditinggal suaminya, bukan ditinggalkan untuk mencari nafkah, melainkan ditinggal demi menjalani hukuman.
Apalagi Larsih. wanita sebatang kara yang dinikahi Sobarna.
Dengan penuh keprihatinan. Terpaksa Larsih harus mampu berjuang membesarkan putri kesayangannya itu. Dan diuji kesetiaan sebagai seorang Isteri yang masih bersuami yang Sah.
Simak yah alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23. Bergabung
Si Gendut Ireng mendekati laki-laki sebayanya yang bernama Gardi. Ia mengulurkan tangannya ngajak bersalaman. Dan Gardi pun menerimanya.
"Apa udah lupa ke Gue, luh.?" tanya Gendut Ireng sedikit menyeringai.
Beberapa saat, Gardi menatap Ki Gendut Ireng. Bahkan dari kepala sampai kaki, dan dari kaki hingga ke kepala lagi. Tiba-tiba ia terbahak, sambil menonjok pelan bahu Ki Gendut Ireng, membuat Ki Gendut Ireng sedikit kaget juga dengan sikap Gardi.
"Hahahahah..ternyata Lu. Lu Rastim kan, alias si Gendut Ireng, makin gendut aja luh, Tim hahahah.. Kulit lu juga makin hitam melegam hahaha?" Canda Gardi. Lu dengan siapa, sendiri, apa?"
"Hehehe syukurlah kalau Lu masih ingat ke Gue mah. Gue berdua, brow sama anak buah Gue. Ayo gue kenalin." Ajak Rastim alias Gendut Ireng langsung menarik tangan Gardi. Dan Gardi pun tak banyak bicara, ia mengikuti Si Gendut Ireng.
Di ruangan vip, Ki Gendut Ireng, Si Codet dan Gardi langsung melanjutkan aktifitas senang-senangnya. Gardi telah di kenalkan dengan Si Codet, oleh Ki Gendut Ireng yang langsung akrab saja. Apalagi saat itu mereka sedang acara pesta miras nya. Ditemani empat cewek seksi dan bohay tentunya.
"Gar, mau nambah lagi nggak. ntar aku cariin lagi. Mau satu apa dua sekaligus?" tawar Gendut Ireng menonjolkan kesombongannya.
"Nggak ah, Gue mah udah bosen, Ndut. Apalagi cewek di club ini. Hampir tiap malam gue pake. Hehehe" Gardi terkekeh menolak tawaran Gendut Ireng.
"Wah hebat Lu, Gar... jadi preman di Kota. Nggak kaya Gue. Cuman cari mangsa di kampung saja. Hahahah." Ucap Ki Gendut Ireng, kedua matanya sayu memerah, pengaruh alkohol yang sudah menaik ke kepalanya. Sementara, Gardi masih tampak biasa saja, tidak menandakan mabuknya.
"Makanya, mumpung Lu berdua lagi di sini, Lu puas-puasin seeepuas-puasnya. Hahaha. Kecuali kalau Lu mau ikut Gue, gabung sama Gue, pasti Kalian bisa bebas menikmatin hidup ini, sama kupu-kupu malam." Gardi mulai menebar umpannya.
Walau kondisi lagi mabuk, Gendut Ireng masih bisa mencerna apa yang dikatakan Gardi. Apalagi urusan kupu-kupu malam. Bak gayung bersambut bagi Ki Gendut Ireng dan Si Codet.
"Wah, ide bagus. Bos. Apalagi kita tak mungkin ke kampung lagi. Gimana kalau kita terima saja, tawaran si Abang Gardi ini." Si Codet pun ikut bicara. Dan memberikan saran pada Ki Gendut Ireng.
"Hahahaha..memang kita ditakdirkan harus bersama. Det. Pikiran Gue juga ke arah sana." Ki Gendut Ireng terbahak tanda mengiyakan saran Si Codet.
"Hahaha..gitu dooong. Itu namanya sahabat Gue. Gue pastikan, kalian akan senang jika gabung sama Gue. Gue udah punya rumah sendiri, hasil kerjaan selalu gede." Ungkap Gardi, merasa senang hati karena akan mendapat teman baru untuk kerjasama dalam mengelola bisnisnya. ( kira-kira bisnis apa yah..😊, Author jadi sangsi ke si Gadi."
****
Anan di bawa ke kantor Polsek setempat dengan diantar sama Pak RT, Kang Inon, Juragan Basri dan isterinya yang bernama Nyi Sumarti.
Hampir kurang lebih empat jam, Anan diperiksa ditanyai itu dan ini begitu detail dan rincinya oleh pihak kepolisian. Anan pun selama menjalani proses pemeriksaan dan selama menjawab apa-apa berbagai pertanyaan yang dilayangkan padanya, selalu menjawab dengan jelas dan apa adanya. Tidak ada hal yang disembunyikan sedikitpun.
Sementara itu, Pak RT dan Kang Inon juga, dipintai keterangan dan juga kesaksiannya. Sedangkan Juragan Basri dan Nyi Sumarti, sebagai pihak pelapor yang juga sebagai korban.
Hasil kesepakatan bersama, akhirnya Juragan Basri mencabut segala tuntutan kepada Anan, walaupun tadinya Nyi Sumarti menolaknya.
Padahal, Anan sudah menjelaskan semuanya pada saat di rumah juragan basri
dan di kepolisian, perempuan paruh baya yang masih terlihat seksi dan cantik itu tetap ingin Anan diberikan hukuman. Karena bagaimana pun menurutnya, Anan tetap dianggap melakukan kejahatan yang merugikan orang lain dan melakukan tindakan yang meresahkan masyarakat.
Namun, dengan kebijakan Juragan Basri, akhirnya, Anan dibebaskan dengan bersyarat. Syaratnya adalah, Anan berjanji dengan menandatangani surat perjanjian, bahwa tidak akan mengulangi perbuatan yang merugikan orang lain lagi.
Serta Anan harus bersedia membantu pihak kepolisian untuk melacak dan menemukan Ki Gendut Ireng dan Si Codet yang ternyata kedua orang itu sudah lama menjadi target kejaran polisi. Karena terjerat hukum bukan hanya kasus pencurian saja, melainkan kasus perdagangan wanita, narkoba dan kasus yang lainnya.
Sehingga seandainya Ki Gendut Ireng dan Si Codet bisa tertangkap kemungkinan besar akan diberikan sanksi yang berat, minimal diberikan hukuman seumur hidup dan atau hukum mati tergantung dari hasil persidangan.
Tidak berpikir lama lagi, Anan pun langsung menyanggupi dan menyetujuinya. Walaupun Ia tetap diproses dengan status tahanan luar. Bahkan Anan bersedia bergabung dengan pihak kepolisian dalam menumpas segala kejahatan.
Keesokan harinya, Anan bersama beberapa Polisi lainnya menuju ke kediaman Ki Gendut Ireng.
"Bi, Mas Ndut kok nggak ada di rumahnya yah. Apa Bi Warni melihatnya?" Tanya Anan, ketika sudah sampai ke tempatnya Ki Gendut Ireng.
"Owh..Bibi juga nggak tahu, kemana mana nya, Jang Anan. Kemarin sebelum waktu Dzuhur, pas Bibi pulang dari kuli 'ngarambet' ( mencabuti rumput di sawah), bibi bertemu dan Bibi bertanya. Katanya mau ke kota dulu, mau menyelesaikan proyeknya. Kota kan banyak. Sementara, Mas Ndut usaha nya di berbagai kota, kan? " Jawab Bi Warni. Salah satu tetangga yang rumahnya paling dekat dengan tempat Ki Gendut Ireng yang panggilan sehari-harinya dengan panggilan Mas Ndut.
Setelah pamitan ke Bi Warni, Anan berlalu dari sana, dan melangkahkan kakinya menuju pada sebuah warung kopi yang tidak terlalu jauh dari tempatnya. Nampak empat orang pria gagah dan tampan yang sedang menikmati secangkir kopi. Mereka adalah Polisi dengan pakaian preman yang sengaja pura-pura mau bertamu ke Ki Gendut Ireng.
"Bagaimana?" Tanya salah seorang polisi yang usinya paruh baya an. Rupanya lelaki itu komandan dari mereka.
"Saya mendapat laporan dari Bi Warni. Ki Gendut Ireng dan Si Codet katanya pergi ke kota. Ndan.." Jawab Anan.
"Apa kamu tahu, kira - kira ke kota mana mereka perginya?"
"Saya juga tidak tahu. Komandan. Tapi yang Saya ingat, Ki Gendut Ireng pernah bercerita bahwa Ia juga mempunyai kawan lama nya yang beroperasi di Kota Bandung, Komandan."
"Hmmm... Begitu ?." Lelaki yang dipanggil dengan komandan itu berpikir sejenak. Kemudian ia melanjutkan perkataannya tanpa menunggu meng Iya kan dari Anan.
"Aku akan koordinasi dengan pihak yang terkait di kota sana. Secepatnya kamu harus berangkat ke sana, Anan. Dan bergabung dengan mereka."
ucapnya lagi.
"Siap, Komandan, laksanakan.!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩ...
harta paling indah itu isteri sholehah
aku rindu komen sampeyan.
author baik... aku suka. hehehe