NovelToon NovelToon
Aku Di Sini Istriku

Aku Di Sini Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / CEO / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Suami ideal
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Nadya

Demi menjalankan wasiat dari almarhum Om nya Kean rela menikahi Tasila yang merupakan istri dari sang om yang ditinggal meninggal. Kean rela menikahinya secara diam-diam demi bisa merawat dan menjaganya karena sejak ditinggal meninggal oleh sang Om Tasila menderita obsessive compulsive disorder.
Dengan sabar dan ikhlas Kean berusaha mempertahankan pernikahannya walaupun beberapa kali ia merasakan sakitnya tak dianggap. Namun, Kean tak menyerah! Demi mendapatkan hati istrinya Kean rela melakukan apapun bahkan hal-hal konyol yang sebenarnya bukanlah ciri khasnya sebagai seorang CEO muda yang cool.
____
Mampukah Kean mendapatkan hati Tasila seiring berjalannya waktu? Dan mampukah ia membuat sang istri benar-benar sembuh dari penyakitnya?
•••••••
(SEQUEL The Waits Gets Duda Elegan-Bisa dibaca terpisah)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keindahan Kota Sydney

Selepas acara akad nikah tadi pagi Kean tak langsung pulang melainkan Ia sampai sore hari ini masih duduk di sofa ruang tamu rumah mewah Tasila. Kean telah disuguhkan beberapa makanan ringan juga kopi oleh pembantu yang lain selain Bi Siti.

Sesekali Kean menoleh ke arah pintu keluar berharap Tasila dan Bi Siti pulang cepat karena Ia sudah tidak sabar ingin memandang wajah cantik istrinya.

Senyuman manis terukir dari bibir tebalnya memikirkan hal itu. Entah kenapa hanya memikirkannya saja sudah dapat membuatnya salting. Kean menarik nafas berusaha mengontrol perasaannya.

Mendengar suara derap langkah membuat jantung Kean semakin terpacu. Kean menggenggam tangannya yang sudah berkeringat dingin. Walaupun Ia sudah sering bertemu dengan Tasila bahkan mengobrol dan makan siang bersama waktu mereka masih menjadi seorang Bos dan asisten namun, entah kenapa kali ini Ia begitu grogi untuk bertemu dengan perempuan itu. Mungkin karena perpindahan status mereka.

Kean melirik ke arah pintu keluar. Sepasang kaki melangkah perlahan memasuki rumah dengan diiringi suara canda tawa.

"Bibi si gak hati-hati kasian tau OB nya." Tasila tertawa lepas hingga gigi putihnya ternampak.

Begitupun dengan Bi Siti yang nampak malu-malu ditertawai oleh majikannya.

"Hehe maaf Nya, namanya juga Bibi orang kampung gak paham sama benda begituan."

"Yaudah Bibi istirahat gih pasti Bibi capek, kan nemenin aku seharian?"

"Makasih ya Nya, Bibi ke kamar dulu." Tasila Mengangguk sambil memandang kepergian Bi Siti.

Atensi Tasila akhirnya teralihkan ke arah Kean. Tasila mengernyitkan dahinya melihat Kean datang ke rumahnya setelah sekian lama.

"Kean? Dari kapan di sini?"

"Ee__ss__saya d__dari pagi eh, m__maksudnya dari tadi ya... Satu jam__an lah." Kean tak mungkin berkata jujur jika Ia dari pagi berada di rumah Tasila, Ia tidak mau membuat perempuan itu curiga.

Tasila menatap Kean aneh mendengar ucapan laki-laki itu yang terdengar terbata-bata.

"Oh kirain beneran dari pagi. Ada apa kamu ke sini?" Tasila berjalan mendekat dan duduk di depan Kean. Walaupun Tasila lelah namun Ia harus tetap menjamu tamunya.

Sontak jarak mereka yang semakin dekat membuat Kean semakin panas dingin tak karuan.

"S__saya mmm... Itu mau pamit sama kamu."

"Pamit? Pamit mau kemana emang?"

Kean mengusap tengkuknya untuk mengurangi rasa groginya.

"Mau ke Sydney besok."

"Oh, berapa hari?"

"Tiga hari doang kok. Eh, maksudnya tiga hari aja eh, enggak maksudnya tiga hari, iya tiga hari." Kean merasa jika menggunakan kata kok atau pun aja seperti Ia sedang membujuk Tasila agar mengizinkannya pergi padahal sepertinya Tasila acuh-acuh saja.

"Oh gitu, yaudah hati-hati."

Kean menunduk menyembunyikan ringisannya. Kean menarik nafas dan membuangnya perlahan Ia pun kembali menegakkan kepalanya.

"J__aga baik diri-diri ya eh, m__maksudnya Kamu diri jaga baik-baik emm... Enggak maksudnya Jaga__"

"Jaga diri baik-baik." Potong Tasila membenarkan ucapan Kean yang berantakan itu.

"Kamu tenang aja saya bisa jaga diri kok. Semenjak Mas Gezze gak ada saya emang harus bisa jaga diri saya. Juga jaga hati saya dan cinta murni saya untuk dia supaya kita bisa bertemu di surganya Allah kelak." Tasila menatap ke arah lain dengan senyuman simpulnya.

Melihat wajah berseri Tasila saat perempuan itu sedang mengingat Gezze membuat Kean terdiam dengan perasaan yang sulit di artikan. Yang jelas Ia merasakan hatinya seperti tertusuk belati yang amat dalam. Hanya harapan kecil namun sukses membuat Kean merasa bersalah.

"Saya pulang dulu. Terimakasih, assalamu'alaikum." Kean menunduk dengan ekspresi dinginnya.

"Wa'alaikumsalam." Tasila memperhatikan kepergian Kean dengan ekspresi bingungnya. Tadi bersemangat sampai terbata-bata kini mendadak menjadi kaku dan dingin.

"Kean kenapa ya?" Monolognya bingung.

****

Mata hazelnya menatap ke luar jendela pesawat dengan perasaan berkecamuk. Jujur Ia tidak ingin meninggalkan Indonesia juga istrinya yang belum sempat Ia perjuangkan setelah tanggung jawab perempuan itu berpindah kepadanya.

Kean tau ini tidak akan mudah untuk Ia jalani. Cinta Tasila kepada almarhum Gezze sangat besar bahkan sampai membuat perempuan itu setengah gila saat ditinggalkan. Nyelekit memang jika dikatakan setengah gila namun, memang seperti itu kenyataannya.

Dahulu waktu Tasila sempat menyamar menjadi Nata yang merupakan asisten mamahnya yang akhirnya beralih menjadi asistennya saat mamahnya sakit, Tasila melakukan pekerjaannya semata-mata hanya untuk membantu Gezze yang waktu itu sedang terkena teror dari kakak kakaknya yang dzolim, yang mana Kakak kedua dari Gezze merupakan Papah tirinya.

Kean dapat melihat bagaimana kesungguhan perempuan itu dalam melakukan misinya hingga akhirnya semua kejahatan mantan papah tirinya itu terkuak berkat bantuan Tasila.

Tak terasa pesawat pun telah melakukan pendaratan, semua penumpang berbondong-bondong turun dengan tertib.

Kean keluar dari dalam pesawat sambil menghirup udara segar kota Sydney yang pada sore ini terasa cukup sejuk.

"Kita langsung menuju apartemen." Pinta Kean menatap asistennya.

*****

Berkali-kali Bi Siti menghela nafas saat melihat majikannya nampak sedang melipat ulang baju-baju almarhum tuannya yang padahal awalnya sudah Bi Siti rapihkan.

"Besok Mas Gezze pake baju ini ya aku suka liat Mas Gezze pake baju ini keren." Tasila menunjukan kemeja polos berwarna biru itu ke arah boneka gajah di sampingnya.

Sebelumnya Bi Siti memang pernah mengambil boneka gajah itu dan menyembunyikannya namun, Bi Siti akhirnya tidak tega melihat Tasila meraung dan menangis keras mencari-cari suaminya yang di dalam imajinasinya adalah boneka itu. Bi Siti tidak mau Tasila sampai menyakiti dirinya sendiri hingga akhirnya terpaksa Bi Siti mengembalikannya.

"Nyonya..." Bi Siti mendekati Tasila.

"Bibi." Tasila tersenyum ceria menatap Bi Siti.

"Ada apa Bi? Bibi mau bantuin aku? Gak usah Bi aku udah ada Mas Gezze yang bantuin aku iya, kan Mas." Tasila menatap boneka gajahnya.

"Yaudah Bibi keluar dulu ya." Tasila mengangguk dan tersenyum.

"Semoga Den Kean adalah jalan keluar yang Allah kirimkan untuk mengatasi masalah mental nyonya Tasila." Monolog Bi Siti sangat berharap.

*****

"So my arrival here actually didn't take long, I just wanted to let you know that maybe from now on I will be in Indonesia more."

"Now I already have a big responsibility there. so I hope you can work well even without me."

"Sir, what about the construction of our project?" Salah satu karyawan mengangkat tangan.

"I have handed over the land management and construction contract to Steven, so you don't need to worry."

"Oke, that's all I want to say, everyone can go back to work."

Semua karyawan Kean pun berbondong-bondong keluar ruangan. Kini hanya ada Kean sendiri di ruang meeting. Ia pun berjalan mendekati salah satu jendela yang terbuka dan menatap pemandangan indah yang di tampilkan. Kean tersenyum melihat betapa indahnya kota kelahirannya.

Kean memang di lahirlah di kota ini karena mendiang Papahnya memiliki darah blasteran Sydney. Setelah Kean berusia 5 tahun Ia pindah ke Indonesia karena mamahnya harus mengurus perusahaannya di sana. Kean pun sering bolak balik Jakarta Sidney setiap bulannya. Sampai akhirnya musibah menimpanya, Papahnya jatuh sakit dan meninggal dunia.

Lalu 5 bulan setelah meninggalnya sang Papah, Mamahnya memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang laki-laki yang kini telah menjadi narapidana karena kelicikannya yang memiliki niat jahat untuk merebut kantor Mamahnya dan kantor warisan milik almarhum Om nya, Gezze.

Kean mengulurkan tangannya keluar jendela dan menangkap debu-debu salju yang mulai turun perlahan.

"Ketika proyek saya sudah selesai saya berjanji akan mengajak kamu kesini saat grand opening nanti. Setelahnya aku akan mengajakmu menyaksikan turunnya salju dari jembatan Harbor Bridge dan berjalan-jalan di sekitaran kota bersamamu." Kean terkekeh pelan membayangkan ketika Ia sudah berada di titik bahagia yang Ia rasa masih sangat jauh itu.

1
Marya Dina
gak pp sila goda aja kean terus
semoga kebahgiaan menghampiri kalian .
Marya Dina
cie ciee tasila seneng kan.
mooga bisa nerima kean.. sila..
Marya Dina
yes . akhirnya biar tasila tau...
mau liat bucin nya mereka lgi.
v3r4
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Marya Dina
sy udh baca sampe 7bab. tapi kyak nya d baru y thor kemren d hapus
larasatiayu: bc pnyaku jg dong
Marya Dina: eh iya yak q baca sampe rasa syukur..🤭
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!