NovelToon NovelToon
Permainan Terlarang

Permainan Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Pembantu / Pembaca Pikiran
Popularitas:15.6k
Nilai: 5
Nama Author: Alim farid

**Sinopsis:**

Luna selalu mengagumi hubungan sempurna kakaknya, Elise, dengan suaminya, Damon. Namun, ketika Luna tanpa sengaja menemukan bahwa mereka tidur di kamar terpisah, dia tak bisa lagi mengabaikan firasat buruknya. Saat mencoba mengungkap rahasia di balik senyum palsu mereka, Damon memergoki Luna dan memintanya mendengar kisah yang tak pernah ia bayangkan. Rahasia kelam yang terungkap mengancam untuk menghancurkan segalanya, dan Luna kini terjebak dalam dilema: Haruskah dia membuka kebenaran yang akan merusak keluarga mereka, atau membiarkan rahasia ini terkubur selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alim farid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BaB 4

Sandra memimpin kelompok itu ke sebuah ruang yang sebelumnya tidak pernah dilihat oleh Luna. Sejak awal, fokus Luna terpecah oleh hal-hal kecil di sekitarnya, membuatnya tidak menghiraukan penjelasan Sandra yang detail. Bahkan ketika mereka sudah memasuki kantor direktur utama, Luna tetap tidak menyadari.

Namun, begitu pandangannya tertuju ke depan, jantungnya berhenti sesaat. Di sana berdiri seorang pria dengan wajah yang kaku dan tanpa emosi. Refleks, Luna melangkah mendekat ke Ester, berusaha mencari rasa aman dari tinggi badan temannya yang lebih besar.

"Hah, apa-apaan ini?" pikirnya. Luna mati-matian berharap agar tidak dikenali sebagai adik ipar, tetapi ironisnya, justru hari pertama magangnya mempertemukan dirinya dengan pria yang seharusnya ia hindari. "Ya Tuhan, apa lagi yang Kau rencanakan untukku?"

Damon menatapnya dengan sorot mata tajam sebelum dengan cepat menyembunyikan ketertarikannya di balik ekspresi yang kembali dingin. Ketika Sandra memperkenalkan para peserta magang, Damon merasa bosan dengan dua gadis lain yang jelas berusaha mencuri perhatiannya. Namun, bukan mereka yang menarik baginya. Fokusnya tetap pada Luna—sosok yang selalu berhasil membangkitkan sesuatu dalam dirinya. Luna memiliki keistimewaan tersendiri; kejujuran yang terpancar dari setiap gerak-geriknya adalah hal yang sulit untuk diabaikan. "Menggemaskan," pikirnya.

“Selama masa orientasi ini, kalian akan diberikan panduan tentang peraturan-peraturan perusahaan,” ujar Damon dengan nada yang tak terbantahkan. “Meski status kalian hanya magang, aturan ini tetap harus ditaati tanpa pengecualian.” Ucapan tegasnya meninggalkan kesan bahwa tidak ada tempat untuk argumen.

Luna menghela napas panjang. "Pria yang menyebalkan," gumamnya nyaris tak terdengar.

Damon menoleh ke arah Sandra. “Sandra, apakah semua penempatan sudah diatur?”

“Sudah, Pak. Semua peserta magang akan ditempatkan di departemen pemasaran,” jawab Sandra dengan sopan, sedikit menundukkan kepala.

"Bagus. Sekarang, antar mereka ke sana,” perintahnya dengan singkat namun penuh otoritas.

“Baik, Pak.” Dengan cepat, Sandra mengarahkan kelompok magang untuk meninggalkan ruangan tersebut. Sementara itu, Damon tak bisa melepaskan pandangannya dari Luna. Ada senyum tipis yang muncul di bibirnya, hampir tak terlihat. "Tunggu saja, gadis manis, aku akan membuatmu mengingatku selamanya," batinnya penuh keyakinan.

Hari pertama bekerja sudah membuat Luna merasa kelelahan. Bagaimana tidak? Sejak pagi, mereka diperlakukan seperti anak bawang oleh karyawan tetap. Disuruh mengurus fotokopi, membuat kopi, dan menyelesaikan tugas-tugas sepele lainnya. Pada akhirnya, Luna mendapat tugas untuk mengatur ruang meeting di lantai empat.

Luna memeriksa ulang peralatan pendukung rapat. Proyektor sudah siap, sistem suara sudah menyala, dan kursi telah tersusun rapi. Tugas terakhirnya adalah menata botol air mineral dan bahan meeting di atas meja.

Dia melihat ke sekeliling, memastikan tidak ada siapa pun di ruangan itu. Petugas OB yang sempat membantunya sudah pergi, meninggalkannya sendirian untuk menyelesaikan pekerjaan ini. "Andai saja aku bisa berteriak," pikirnya. "Aku ingin sekali pulang dan beristirahat. Perusahaan besar macam apa ini? Katanya profesional, tapi mereka memperlakukan kami, anak magang, dengan seenaknya."

Luna sempat terpikir untuk melaporkan perilaku tidak profesional beberapa karyawan ini kepada kakak iparnya. Namun, ia langsung menepis ide itu, mengingat usahanya untuk menghindari pria itu sejak kejadian memalukan semalam. Perlakuan Damon semalam memang sangat tidak pantas, tapi Luna tidak bisa memungkiri bahwa dirinya juga terjebak dalam momen tersebut.

Alih-alih merasa marah, rasa malu lebih mendolunasi perasaannya. Bagaimana bisa dia menikmati sentuhan dari pria yang, meskipun kakak iparnya, tetaplah pria lain yang bukan pasangannya? "Astaga, aku ini sama buruknya dengan Damon," pikirnya. Jika Damon adalah pria brengsek, maka dirinya tidak lebih dari perempuan yang tidak tahu harga diri. Bagaimana mungkin ia bisa menikmati sentuhan suami kakaknya sendiri?

Di tengah lamunannya, Luna tiba-tiba merasa hembusan angin di tengkuknya. Jantungnya berdetak kencang. Siapa yang berdiri sedekat itu di belakangnya? Dengan hati-hati, dia berbalik, bersiap untuk memarahi siapapun yang mengganggu ruang pribadinya. Namun, niat itu sirna begitu dia melihat siapa yang berdiri di sana. "Damon..." desisnya pelan.

Pria tampan itu berdiri terlalu dekat, membuat Luna merasa sesak napas karena gugup. Dengan gerakan refleks, dia melangkah mundur, namun kakinya yang goyah membuatnya hampir jatuh ke belakang. Untunglah tangan Damon dengan cepat menangkapnya sebelum ia terjerembap.

Tubuhnya bersentuhan dengan dada keras Damon, memicu jantungnya berdetak lebih cepat. Pikirannya segera dipenuhi dengan kenangan akan tangan pria itu yang menjelajahi tubuhnya semalam, sebuah pengalaman yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

“Tenang saja, aku tidak akan memakanmu,” kata Damon dengan seringai. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Luna dan berbisik pelan, “Bukan gayaku untuk menyentuh gadis yang aku inginkan di tempat umum seperti ini,” bisiknya, membuat Luna merinding. Cepat-cepat ia menjauh, berpura-pura sibuk mengatur botol air di atas meja.

Luna terus berdoa dalam hati, berharap ruangan itu segera dipenuhi orang lain. Berada hanya berdua dengan pria ini sungguh membuatnya tidak nyaman. Tatapan Damon yang tajam membuatnya merasa seperti terjebak.

"Damon, baru kau sendiri? Yang lain di mana?" Sebuah suara wanita tiba-tiba terdengar, mengalihkan perhatian Luna. Seorang wanita cantik dengan penampilan menawan masuk ke ruangan dan dengan angkuh duduk di sebelah Damon. Dia tidak menganggap keberadaan Luna sedikit pun, seolah gadis itu hanya bayang-bayang.

Luna menahan tawa jengkel dalam hatinya. "Siapa wanita ini? Apakah dia punya kedudukan penting di perusahaan ini? Dari sikapnya yang sombong, kelihatannya iya."

"Oh ya, aku bertemu istrimu semalam, dan dia bersama pria lain..."

luna berdiri di meja kerjanya, pura-pura sibuk mengatur berkas-berkas, tetapi fokusnya terpecah ketika mendengar suara seorang wanita. "Istrinya sangat mesra..." kata wanita itu. luna mengerutkan dahi, mencoba menebak siapa yang sedang dibicarakan. Apakah ini tentang kakaknya? Dia terus merapikan berkas-berkas itu, meski sebenarnya mendengarkan dengan seksama.

Di sisi lain ruangan, damon menyadari betapa penasaran luna. Ia menahan tawa, menikmati momen itu seolah sedang menonton drama. Setiap gerakan luna seolah-olah diteliti olehnya, dan itu sangat menghiburnya.

Sementara itu, wanita yang tak dikenal, dengan nada semakin kesal, bertanya, "damon, kau mendengarku atau tidak?" Tetapi damon hanya melirik sekilas, lebih tertarik pada gadis magang daripada cerita yang sedang disampaikan.

"Diamlah, aku sedang menikmati hiburanku," jawab damon santai. Nama wanita itu akhirnya terdengar, Angel. Dan tanpa sadar, luna baru mengetahui siapa dia. Angel melemparkan tatapan tajam ke arah luna, seperti ingin menandai gadis itu sebagai saingan yang harus diwaspadai. Tatapan itu membuat luna merasa suasana semakin tegang.

Syukurlah, orang-orang mulai berdatangan ke ruang rapat, mengalihkan perhatian Angel, sementara luna akhirnya bisa bernapas lega—untuk sementara.

1
Endang Yusiani
mirip-mirip
Alim Farid: apanya mirip"kak
total 1 replies
Debby Tewu
lanjut ceritanya
Debby Tewu
lanjut dong veritanya
Divana Mareta
lanjut thor...
Subrianti Subrianti
Luar biasa
Alim Farid: makasih kakak 🙏🙏🙂
total 1 replies
bb_yang_yang
Yuk, thor, update secepatnya! Pembaca mu sudah tidak sabar lagi. 😍
Jock◯△□
Ganti tanggal jadi sekarang ya thor!
Asnisa Amallia
Gimana ceritanya bisa sehebat ini? 😮
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!