NovelToon NovelToon
Lonceng Cinta

Lonceng Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa / Slice of Life
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Alya harus menjalani kehidupan yang penuh dengan luka . Jatuh Bangun menjalani kehidupan rumah tangga, dengan Zain sang suami yang sangat berbeda dengan dirinya. Mampukah Alya untuk berdiri tegak di dalam pernikahan yang rumit dan penuh luka itu? Atau apakah ia bisa membuat Zain jatuh hati padanya?

Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....

yuk ramaikan....

Update setiap hari....

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gife, vote and komen ya...

Buat yang sudah baca lanjut terus , jangan nunggu tamat dulu baru lanjut. Dan buat yang belum ayo buruan segera merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....

Selamat membaca....

Semoga suka dengan cerita nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Bagaimana caranya Zain menyentuh wanita yang tidak Zain cintai, sulit sekali bagi ia melakukan itu semuanya.

"Jangan bawa-bawa nama, Mira. Apa kau, tahu? Dia bahkan ke kantorku karena kau memberitahukan pada dia. Bahwa aku sudah menikah," ketus Zain.

Fatan menghela napas kasar.

"Aku tidak sengaja mengatakan itu, kan cepat atau lambat mantan kekasihmu itu akan tahu. Kau tidak lagi memiliki perasaan pada dia, kan?" Fatan menatap ke arah Zain dengan mata menyelidik.

Zain balik menatap tajam ke arah Fatan, pria satu ini sangat mengesalkan.

"Ku rasa itu bukan urusanmu, Fatan. Kau fokus saja dengan masalah hidupmu, jangan menyerempet ke dalam kehidupanku. Sampai detik ini kau masih saja tidak menikah, padahal kau lebih dituntut untuk menikah dibandingkan dengan aku," cemooh Zain.

Fatan terkekeh renyah, mendengar cemooh Zain. Bagi Fatan pernikahan bukan hal yang bisa diburu-buru, dan tidak pula bisa ditunda-tunda. Meskipun demikian, Fatan menyelidiki latar belakang Alya secara diam-diam. Lantaran sang sahabat menikah tanpa banyak yang tahu, itu cukup menggelitik rasa penasaran Fatan.

Siapa Alya Putri sebenarnya, bagaimana kehidupan gadis asal Padang itu. Serta apa kelebihan Alya sampai dinikahi oleh sahabatnya, yang memiliki selera tinggi seperti Zain. Nihil, tidak ada yang spesial yang Fatan temukan.

Alya hanyalah gadis biasa saja, dari desa dengan kepribadian yang baik. Tidak ada yang aneh dari latar belakang Alya, yang sampai detik ini yang Fatan tidak mengerti adalah kalau Zain sama sekali tidak pernah menaruh hati pada Alya. Lantas apa alasan Zain menikahi gadis itu diam-diam?

"Kau tidak menyukai dia, dia pun bukan berasal dari keluarga kaya. Apa yang membuat kau menikah dengan dia?"

"Masalah klise," jawab Zain pelan.

"Dijodohkan, dia adalah gadis pilihan kakek."

"Hello! Kau itu bukan lelaki yang penurut. Aku tahu kau, berapa kali kau membantah ayahmu sendiri. Tidak begitu menurut dengan apa yang diinginkan oleh kakekmu, itu, lantas kau ingin aku percaya kalau kau itu mau mengikuti perjodohan. Sedangkan hatimu masih untuk Mira," sahut Fatan blakblakan.

Kedua sisi bahu Zain terangkat tinggi ke atas, dan berkata.

"No comment," balas Zain.

Fatan dibuat mengeleng-geleng kecil mendengar jawaban dari Zain.

"Kau ini, sebegitu mudahnya mengambil keputusan. Kau sih menduda, enak. Masih bisa gaet daun muda, atau balik lagi ke mantan kekasihmu. Bagaimana dengan dia? Menjadi janda muda. Kasihan, karena yang selalu disudutkan dan tidak diuntungkan dalam perceraian adalah wanita. Jangan menikah untuk bercerai, Zain."

Fatan memberikan sedikit nasihat pada sang sahabat, jangan sampai untuk kedua kalinya mengambil langkah yang salah.

.

.

.

"Alya!" seruan dari arah belakang menghentikan langkah kaki Alya.

Gadis itu menoleh ke belakang, derap langkah kaki setengah berlari mendekati Alya. Dahi Alya mengerut, melihat salah satu anggota divisi telemarketing. Ia beberapa kali berpapasan dengan wanita cantik berkulit kuning langsat itu, mengingat lantai divisi telemarketing ada di lantai 4.

"Ya, ada apa, Bu?" tanya Alya dengan sopan.

"Selesai ini mau bersih-bersih di lantai berapa lagi?" tanyanya pada Alya.

"Ee, lantai 5 mungkin, Bu. Soalnya Bu Ayu belum ngomong buat lantai mana lagi yang harus kami kerjakan," balas Alya.

" Memangnya ada apa, ya, Bu?"

"Ah, itu. Jadi begini, lantai 4 lagi kotor banget. Tadi kami rapat, gak sengaja tumpah in kopi yang ada di atas meja. Jadi, mau minta tolong Alya bersihkan untuk ruang rapat lantai 4. Tadinya mau cari anggota cs yang lain, eh, gak tahunya aku ketemu sama Alya. Kita butuh buru-buru buat bersihin ruangan rapatnya. Tolong, ya, Alya. Nanti aku bilangin ke Bu Ayu, deh. Kalau Alya bantuin bersihin ruangan rapat di lantai 4," tuturnya.

Alya mengigit bibir bawahnya, melihat wanita di depannya ini memelas. Mau tak mau Alya merasa sungkan, menghela napas berat. Tidak masalah bukan membatu wanita di depannya ini, karena mereka butuh cepat.

"Ya, sudah kalau begitu, Bu. Saya akan cari peralatan dulu untuk mem-"

"Eh, gak usah. Di atas udah ada kok, yuk! Buruan!"

Wanita itu memotong perkataan Alya, lalu menarik gadis itu menuju lift.

.

.

.

Alya membersihkan pecahan kaca, dan tumpahan kopi di atas lantai. Sebelum mengelapnya dengan kain, derit pintu yang terbuka sama sekali tidak Alya pedulikan. Paling-paling wanita yang tadi, sentuhan di pundak Alya membuat gadis itu mendongak.

"Astaghfirullah!" Alya terduduk hingga sentuhan pada bahu Alya terlepas.

Pria paruh baya dengan pandangan mata mesum itu tersenyum kecil pada Alya, gadis itu dengan cepat bangkit dari posisi duduknya.

"Pak! Kok Bapak masuk ke ruangan ini," gumam Alya antara takut dan cemas menjadi satu.

"Dek Alya yang manis, capek gak kerja di sini. Kalau mau, Bapak bisa cariin kerjaan yang bagus untuk di Alya," ujarnya dengan nada mendayu-dayu.

Tangannya ditepis oleh Alya, kala ingin meraih pundak Alya. Dahi Alya langsung dibanjiri peluh, matanya melirik kecil ke arah pintu yang berada di belakang tubuh pria paruh baya yang dinilai sangat mesum satu ini. Alya merapalkan doa dalam hati, untuk bisa kabur dari sana.

.

.

.

Ayu menyelimuti tubuh Alya dengan jaket kulit miliknya, keadaan Ayu tampak cukup berantakan. Peluh menetes di kedua sisi dahinya, baju belakangnya pun basah kuyup. Wanita itu tegak dengan kedua sisi bahu kuat, ia berlari dari lantai 1 ke lantai 4 hanya untuk bisa menolong Alya.

Ayu jauh lebih tahu bagaimana pria paruh baya gila itu, memperlakukan seorang wanita. Beruntung saat ia sampai gadis di bawah asuhan dalam bekerja itu masih bisa diselamatkan, baju bagian depan robek. Hijab putih yang selalu diulurkan untuk menutup dada, tampak berantakan.

"Apa yang terjadi, Pak Yudi?" tanya salah team keamanan perusahaan.

Mereka berada di ruangan keamanan, satu gedung kantor dibuat heboh karena peristiwa ini. Sebenarnya ini bukanlah yang pertama terjadi, bedanya. Saat itu tidak ada yang berbicara secara terus-terang, dan tidak didapatkan bukti.

"Saya kurang tahu, saya hanya membatu dia. Tapi dia malah berteriak dan membuka kerudungnya itu, lalu si Ayu datang memukul kepala belakang saya dengan kemoceng," ujarnya penuh dusta.

Kini pria itu melirik ke arah Ayu, dengan pandangan mata menelisik.

"Itu bohong! Saya jelas melihat pria bajingan ini ingin melecehkan Alya." Ayu menunjuk-nunjuk ke arah Yudi dengan wajah merah padam.

"Tutup mulutmu, Ayu. Kau ada bukti? Hah? Jangan seenaknya memfitnah aku," kelit Yudi dengan wajah marah.

Ayu berkacak pinggang, tiga orang pihak keamanan saling adu tatapan mata. Ayu melirik ke arah monitor yang ada di ruangan, ia menunjuk ke arah monitor.

"Kita bisa cek cctv ruangan rapat, saya yakin dengan sangat. Kalau pria mesum ini ingin melecehkan Alya," putusnya.

Samar-samar senyum miring tampak tercetak di bibir Yudi, pria paruh baya ini tidak pernah bergerak dengan gegabah dalam melakukan apa yang ia kerjakan. Cctv sudah memang rusak kemarin sore, ia tentu saja melakukan aksi dengan pertimbangan yang matang.

Sebelum masuk ke dalam ruangan, dari ekor matanya. Mereka bergerak menuju monitor kontrol, mengecek cctv. Dahi pria itu mengerut, dan menengadah menatap ke arah leader team.

1
Annisa Rahman
Mari mari yuk mampir kesini ditinggu kedatangannya
bolu
selama baca dari chapter 1-22 jalan ceritanya sangat bagus dan fresh, tolong secepatnya update chapter ya kak ✨🌼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!