Karena tidak sengaja terluka oleh barang berbahaya dari seorang pelanggan gila. Hisa harus berakhir dengan penyakit aneh yang sekian detik menghancurkan bagian tubuhnya.
racunnya terlalu kuat membuatnya harus mencari beberapa bahan ramuan yang langka atau bahkan sudah menjadi legenda hanya untuk sekedar sembuh.
tapi...kejadian berbahaya yang tidak dia inginkan terjadi satu demi satu, mengejarnya sekuat tenaga seolah mencegahnya untuk hidup.
"Dewi keberuntungan, dimanakah engkau? aku sangat lelah hingga raga ku tidak sanggup lagi untuk hidup!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lulanan astraya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anomali lagi
Caramel mengeong keras saat Hisa membuka pintu, dia kelaparan hingga merasa perutnya telah dikosongkan organnya. Seharusnya kucing itu sudah makan malam bahkan jika Hisa tidak ada di toko. namun, sebagai kucing yang tidak memiliki tangan sefleksibel manusia dia tetap kesulitan membuka tutup toples kaca yang terbuat dari kayu yang tertutup erat.
"meong! mengapa kau lama sekali Hisa....aku kelaparan!" dia memprotes sambil menghentak-hentakkan kakinya.
Hisa tertawa meminta maaf dan segera membuka toples makanan kering yang dia buat sendiri untuk kucing itu dan memberinya sesuai porsinya.
Caramel turun dari meja depan dan dengan kecepatan seperti angin dia berlari menuju mangkuknya, suara yang mendengkur darinya bisa terdengar dan kecepatan makannya yang bisa membuat Hisa merasa tenggorokannya akan tersedak menandakan betapa laparnya dia.
"aku hanya meninggalkan kau sebentar, matahari bahkan terbenam dua jam yang lalu namun melihat betapa laparnya kamu membuatku ragu apakah aku memberimu terlalu sedikit makanan?"
Jawaban dari caramel hanya geraman dan jentikan ekornya.
Tidak ingin peduli, Hisa mandi dan menyegarkan diri. Tokonya menyatu dengan rumahnya dan sebagian ruang dia jadikan untuk menyimpan barang tetapi masih ada dua ruangan besar yang khusus untuk kamar tidur dan dapur serta kamar mandi.
Dia kembali ke meja depan setelah membersihkan diri, awalnya dia ingin memeriksa pengeluaran toko namun memikirkan batu giok yang diberikan nona blair atau wanita gila tadi dia segera berubah haluan.
ada sekitar enam lemari besar ditoko itu satunya berisi kebutuhan sehari-hari berupa tas, koper, dan bumbu masak atau barang kehidupan sehari-hari lainnya dan lima sisanya penuh dengan benda beragam bentuk yang entah dia kumpulkan ketika berpergian atau pembayaran dari pelanggan yang datang.
Hisa membuka salah satunya. lemari yang penuh dengan koleksi antiknya, segala macam kotak kayu yang indah, permata hingga teko emas ada didalam lemari besar itu namun kotak yang dimaksud tidak ada disana, dia membuka kelima lemari yang tersisa namun masih belum menemukannya.
"Caramel, dimana kau menyimpan kotak yang diberikan pelanggan tadi sore?" tanyanya sambil mengobrak-abrik rak penyimpanan.
gumaman samar terdengar dari caramel namun tidak jelas apa yang dia ucapkan. Hisa segera mendecakan lidahnya kesal sebelum mencari lagi secara menyeluruh disetiap sudut toko.
"seingatku aku menyimpannya disini"
Hisa kesal hingga dia ingin mencabut kulit kepalanya. Dia menghembuskan napas untuk tenang, dia berdiri lalu berjalan dan duduk di meja yang diperuntukkan menerima tamu. Dia memperagakan kejadian tadi sore untuk mengingat kemana dia menaruh kotak berisi batu itu.
lama dia mencari sebelum mendongak menatap atas lemari penyimpanan kebutuhan sehari-harinya. Disana kotak persegi indah tergeletak dan berdiri diam seolah mengejeknya. Tetapi, Hisa hanya menatap kotak itu dengan bingung karena menurut sifatnya yang tidak menyukai tempat tinggi dia tidak akan mungkin menyimpan benda itu disana bahkan jika tidak ada tempat didalam lemari lagi.
Dia mengambilnya dan menemukan kotak mewah dan cantik itu sudah dipenuhi debu seolah bertahun-tahun tidak dipindahkan.
Itu tidak mungkin.
Tokonya selalu bersih dan berbau harum, bahkan setitik debu tidak bisa hinggap didalam toko miliknya. Tapi kotak yang ditukarkan nona blair untuk mencari anjingnya ini malah melanggar hukum tidak tertulis tokonya.
Hisa bertanya pada caramel: "Caramel, apakah kau memainkannya dan membuangnya keluar sebelum kau menaruhnya sembarangan disini?"
Dengan hentakan kaki dari caramel, dia mendesis dan memprotes dengan marah.
"apakah aku begitu nakal dihati mu Hisa, tidak mungkin. Kucingmu yang imut dan manis ini tidak akan melakukan tindakan seperti itu. Aku sang kucing yang punya kesadaran spiritual dan yang mulia ini tidak mungkin bertingkah seperti kucing liar."
Setelah protes dia kembali makan dengan lahap.
Mendengarnya, Hisa merasa ingin muntah. Tidak pasti siapa yang mengajarinya menjadi begitu centil namun yang pasti bukan dia yang mengajarinya.
Hisa hanya menahan keraguan didalam hatinya sebelum duduk di meja kerjanya di samping meja depan untuk mengamati bola giok ini.
Warna hijaunya bahkan semakin cantik dibawah permata cahaya. Cahaya putih dari permata itu memantulkan warna cantik batu giok yang nampak bergelombang.
Hisa mengambil sarung tangan dan juga kacamata, lalu mengamatinya dibawah cahaya.
Didalam batu bulat itu seperti ada yang cairan yang akan berputar indah, bergoyang ketika digerakkan disertai cahaya keperakan yang menyatu dengan warna hijau. Awalnya dia tidak terlalu memperhatikan tadi sore tapi saat mengamati lebih dalam dia menemukan bahwa batu ini nampak aneh dia tidak tahu apakah itu keberuntungan atau kesialan namun yang pasti ada perasaan buruk saat Hisa memegangnya.
Dia melepas sarung tangannya dan merasakan suhu batu itu sangat dingin, berbeda dengan rasa dingin batu biasa ketika di sentuh, batu ini lebih dingin dan terasa menusuk daging ketika disentuh seakan-akan ada ribuan jarum tipis di permukaannya.
Semakin dia lihat semakin aneh, Hisa segera meletakkannya kembali ke dalam kotak. Dia bersandar pada kursi dan berpikir keras. Jika ini adalah semacam senjata sihir maka dengan betapa sensitifnya dia terhadap aura spiritual seharusnya dia merasakan fluktuasi spiritual tersebut saat pertama kali dia menyentuhnya.
Tapi, bahkan auranya serta gelombang warna sihir saja tidak ada disana seolah-olah dia hanya batu biasa yang dipahat indah oleh pemahat.
"aneh sekali, kebanyakan giok akan memiliki sedikit aura spiritual ditiap bagiannya bahkan jika hanya seutas benang. Namun batu ini sama sekali tidak memilikinya.....apakah aku ditipu? Tidak...itu tidak mungkin, pengalaman ku selama bertahun-tahun dalam mengamati benda tua sudah terasah tinggi hingga benda palsu tidak akan bisa menipuku. tapi mengapa? Dan juga....debu di kotaknya sangat menggangguku."
Keningnya berkerut kencang dan dia berpikir keras. Saat pandangannya mulai tidak fokus pada benda yang dia amati, secara perlahan batu giok itu bergetar mengeluarkan partikel perak dan debu kotor di sekujur tubuhnya. Seketika tempat disekitarnya berdebu dan nampak kotor.
Hisa baru menyadarinya pada saat pandangannya kembali beralih kebatu giok itu, matanya melebar lalu berseru dengan nada tinggi.
Ternyata debu yang terkumpul di atas kotak yang menyimpannya tercipta dari giok itu sendiri. Hisa tersenyum karena tebakannya.
Namun, tidak! Tunggu dulu!
Bagaimana debu itu bisa begitu rapi menumpuk di atasnya jika giok itu sendiri sama sekali tidak berada di luar kotak.
Giok bulat hijau kembali bergetar dengan napas dingin, ada tanda-tanda retakan di permukaannya yang mengeluarkan bau busuk. jarum cahaya hijau terbang sangat dari retakan itu dan menuju kearahnya, Hisa menghindar dengan reflek namun masih tetap mendapat goresan di pipinya.
Rasa dingin yang menusuk seketika membuatnya menggigil dan darah mengalir deras dari luka setipis benang itu seolah pembekuan darahnya tidak berhasil, dia mengambil ramuan penyembuh dari dalam cincin penyimpanannya dan segera mengoleskannya pada luka gores itu.
ah dia lengah!
Hisa kembali mengamati dan dengan pandangan tajam dia tiba-tiba berdiri lalu berlari membawa kotak berisi giok itu keluar toko hingga membuat pintunya membanting dinding.
Gebrakannya sendiri mengagetkan caramel yang sedang makan hingga dia melompat.
"apa apa? Ada apa?!" ekornya mekar terangkat tinggi membuatnya nampak seperti bunga dandelion tua yang tengah mekar.
Tidak ada yang menjawabnya kecuali angin bersiul rendah yang masuk dari pintu yang terbuka lebar.
Kembali ke Hisa yang kini berlari kencang ke jalan buntu sepi, tidak jauh dari daerah kumuh. Dia segera melempar kotak itu beserta gioknya kejalan dan dengan keras yang membuat benda itu pecah berkeping-keping.
Udara seketika mengeluarkan bau busuk seperti bangkai yang dibiarkan dijemur, kepingan giok itu bergetar dan meleleh namun tidak menghilang. Mereka mulai bergerak menyatu seperti lintah dan menciptakan tubuh penuh lendir yang sangat menjijikan.
Kesal, Hisa benar-benar kesal. Sedetik saja jika dia tidak ingat akan benda ini mungkin saja tokonya akan bau dengan benda ini. Baru kali ini dia begitu ceroboh hingga tidak memperhatikan dengan cermat benda apa yang diberikan pelanggan.
Hisa tidak begitu saja melihat Dabael ini hilang dan mengganggu warga. Dia menjentikkan jari dan mengeluarkan sabit besar miliknya.
Dengan ayunan keras dia mencoba menebas anomali hijau itu, namun Dabael yang dia hadapi ini tidak memiliki tubuh tetap membuatnya tidak bisa disentuh oleh benda fisik. Badannya yang terdiri dari lendir dan gas hitam mampu melanggar senjata besar miliknya.
Jika dalam wujud ini hanya senjata yang dapat mengurungnya yang bisa menghadapinya dibanding senjata dingin.
"ck....sialan"
Anomali itu berputar dan mengejeknya, dia melemparkan ratusan jarum tajam kearahnya yang segera Hisa hindari dengan terampil. Setelah melihat Hisa tidak selengah ketika di toko tadi anomali tersebut berlari menjauh menciptakan adegan kejar-kejaran antara Hisa dan makhluk tersebut.
Pemuda itu marah hingga wajahnya memerah. Dia tidak suka ini.
Kembali menjentikkan jari, dia menukar sabitnya dengan senjata lain berupa botol kecil yang terbuat dari batu gunung berapi.
Botol ini adalah senjata khusus yang diciptakan asosiasi penyihir diseluruh benua selatan untuk menampung cairan atau gas dari Dabael yang tidak memiliki bentuk tetap. Ketika dilempar atau dekat dengan tubuh Dabael, dia akan menyedotnya tanpa ada batas kapasitas.
Tetapi kendalanya hanya satu, benda ini tidak bisa digunakan untuk kedua kalinya. Botol kecil ini akan hancur bersamaan dengan tubuh makhluk itu.
Jujur saja dia tidak membelinya namun mencurinya dari seorang teman.
Semoga dia tidak akan mengingatnya.
"ah...aku harus mencari yang lain sebagai gantinya" setelah mengucapkan kalimat menyedihkan itu dia segera melempar botol kecil itu kearah anomali yang semakin menjauh.
Sepertinya anomali hijau ini cukup pintar dia menyebar seperti air ketika botol itu hampir mengenainya. Tetapi sayang usahanya sia-sia, botol itu tetap menyedotnya seperti seorang kekasih yang tidak mau ditinggalkan.
"dan...boom!"
suara letupan kaca terdengar berbarengan dengan ucapan Hisa. Dia menepuk tangannya seolah ingin menghapus debu dan dengan gerakan ringan Hisa menyapu serpihan botol itu dan menyebarnya ketanah agar tidak melukai kaki seseorang.
awalnya dia akan kembali dengan tenang tapi ada dada kekar dalam balutan pakaian mewah berlindung jubah abu-abu yang segera menghantam wajahnya ketika dia berbalik.
Ah tolong dia akan jatuh.
Sepertinya dewa memberkatinya, sebelum dia jatuh terlentang di atas tanah dengan begitu menyakitkan sebuah lengan besar menahan pinggang rampingnya dan menariknya untuk menstabilkan diri.
ah pantatnya selamat. Syukurlah.
Dia berkata dalam hati sambil mengusap dadanya dengan bersyukur.
"Terimakasih telah—"
ketika dia mendongak dan akan berterimakasih pada orang didepannya tatapan dingin yang begitu tajam menghantam dirinya seolah ingin meremukkannya dalam beberapa bagian hingga bisa membuatnya bermimpi buruk itu.
Tatapan mata yang sangat familiar.
Seperti itulah tatapan temannya ketika dia berlari keluar dari rumah sambil membawa banyak barang milik temannya.
"Caine....."