NovelToon NovelToon
That'S My Girl

That'S My Girl

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Teen School/College
Popularitas:27.1k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Dealova, gadis cantik dengan segala kesedihannya. Dipaksa menjadi orang sempurna membuat Lova tumbuh menjadi gadis yang kuat. Dia tetap berdiri saat masalah datang bertubi-tubi menghantamnya. Namun, sayangnya penyakit mematikan yang menyerang tubuhnya membuat Lova nyaris menyerah detik itu juga. Fakta itulah yang sulit Lova terima karena selama ini dia sudah menyusun masa depannya, tapi hancur dalam hitungan detik.

***

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

"Dea, bangun! Sebentar lagi guru pembimbing kamu datang!"

Gea masuk menyelonong ke dalam kamar anaknya dan menarik selimut yang membungkus tubuh Lova.

"Bentar lagi, Ma...," rengek Lova.

"Gak bisa, Dea, kamu harus bangun sekarang! Ayo cepat!"

"Aku masih ngantuk..." Lova kembali merengek. Matanya terasa lengket sekali.

"Cepat bangun atau Mama panggil papamu?" ancam Gea.

Kalau papa sudah turun tangan, Lova tidak akan bisa membantah lagi. Pasalnya, cara membangunkan versi Vincent sangatlah berbeda dengan versi Gea yang masih terlihat pelan dan tenang.

"Dea!" panggil Gea saat Lova hendak kembali tidur.

Terdengar decakan dari anak gadis itu. Dengan terpaksa, Lova bangun dan menyambar handuknya. Dia langsung menuju kamar mandi, tak mau mendengarkan ocehan sang mama.

"Jangan tidur di kamar mandi lagi!" seru Gea memperingati anaknya.

Gea menghela nafas berat. Dia berpikir, kapan Lova berubah menjadi anak baik dan tidak pemalas? Semoga pilihannya kali ini tepat. Yaitu memberi guru pembimbing untuk Lova. Bukan hanya membimbing, tapi juga bisa mengajarkan materi pelajaran agar Lova menjadi anak pintar.

Guru pembimbing + guru les.

****

Rahang Lova nyaris jatuh kala melihat guru les yang dimaksud oleh orang tuanya.

Sumpah, dia tak pernah menyangka jika Aksara lah yang akan menjadi guru les nya. Bisa apa pria itu selain marah-marah?

"Duduk, Dea," tegur sang ayah.

Lova tersadar dari lamunannya, ia berdehem sebelum ikut bergabung.

"Maaf agak lama," ucap Lova. Pura-pura sopan.

Vincent menatap anaknya dengan tatapan serius.

"Dia adalah guru les kamu. Jangan pernah menentang atau menolak peraturan yang dibuat oleh guru les kamu ini. Satu lagi, jangan macam-macam, tetap lah bersikap sopan. Ingat itu, Dea," jelas Vincent.

Meskipun malas, Lova pun mengangguk, "Iya, Pa."

"Ah iya, satu lagi, terserah mau belajar di mana, yang penting kalian nyaman, tapi jangan macam-macam. Kalian hanya sebatas murid dan guru," ucap Vincent. Dia tau kalau Aksara adalah seorang guru di sekolah tempat Lova menuntut ilmu. Dengan begitu pula, Vincent bisa meminta Aksa agar memantau kegiatan anaknya di sekolah.

"Baik," jawab Aksa. Sedangkan Lova hanya mengangguk tak ikhlas.

"Hari ini Papa sama Mama lembur, dan kamu tetap belajar di rumah, jangan keluyuran," timpal Gea.

"Iya," jawab Lova.

"Aksa, saya percayakan anak kami pada kamu. Kalau dia salah, tolong ditegur," ucap Vincent.

"Baik, Pak," jawab Aksa.

"Gak usah terlalu formal, panggil Om aja," kata Vincent. Mengingat istrinya adalah teman orang tua Aksa, sepertinya bicara santai juga tak apa.

Aksa mengangguk patuh.

"Ayo, Pa. Kita berangkat sekarang, udah telat," celetuk Gea.

Keduanya pun segera berangkat setelah berpamitan pada Lova dan Aksa.

Saat melihat orang tuanya yang sudah masuk mobil, Lova langsung menatap sinis Aksa. Namun, pria itu tak menggubris dan malah mengeluarkan buku-buku pelajaran.

"Sebelum mulai, saya buat peraturan untuk kamu," ucap Aksa. Dia mengeluarkan selembar kertas yang berisi peraturan untuk Lova.

"Ini bukan sekolah, Pak. Masa ada peraturannya juga?" protes Lova.

"Harus. Saya gurunya dan kamu adalah murid. Jangan membantah," balas Aksa.

"Baca dan pahami," lanjut pria itu seraya menyerahkan kertas selembar tadi.

Dengan wajah tertekuk dan bibir cemberut, Lova terpaksa membaca deretan huruf-huruf itu. Peraturannya sama seperti di sekolah, yaitu: Tidak boleh membolos atau kabur. Poin pentingnya hanya itu saja. Tanpa berlama-lama lagi, Lova menyetujui semua peraturan tersebut.

"Kamu harus tanda tangan di sini." Lagi, Aksara menyerahkan pulpen agar Lova mendatangi peraturan tersebut.

"Kenapa harus tanda tangan? Segala pakai materai lagi." Lova bertanya sekaligus bingung. Dia juga melihat materai yang tertempel di sana.

Padahal hanya peraturan biasa.

"Surat ini nantinya akan saya berikan kepada atasan saya," jelas Aksa.

"Beneran? Bapak gak coba-coba nipu saya, kan?" tanya Lova. Matanya menatap Aksa dengan tatapan penuh curiga.

"Untuk apa saya berbohong?" Aksa malah balik bertanya.

Bibir Lova mencebik, dia membuka tutup pulpen tersebut dan langsung menandatanganinya dengan cepat.

"Udah, nih!"

"Oke. Saya juga punya jadwal. 3 hari belajar materi dan 4 hari belajar sikap. Itu permintaan orang tua kamu," jelas Aksa sungguh-sungguh, wajahnya tetap biasa tanpa ekspresi.

Dalam hati Lova berteriak kesal. Padahal sifat dan sikapnya sudah begini dari lahir, itu juga menurun dari orang tuanya. Mau dirubah bagaimana lagi?

****

"Lova, hari ini belajar di apartemen saya."

"Kenapa?"

"Karena memang jadwalnya."

Di seberang sana, Lova mendengus kesal. Dia baru bangun tidur sekarang.

"Saya tunggu di apartemen. Saya udah kirim alamatnya," lanjut Aksa saat Lova tak bersuara.

"Hm!"

Tanpa menunggu sang guru menjawab, Lova segera mematikan sambungannya.

Aksara menatap layar ponselnya yang menampilkan foto profil Lova. Bibirnya tersenyum miring, menambah kesan tampan pada wajahnya.

Senyuman penuh arti yang selama ini tak terlihat oleh siapapun. Entah apa yang sebenarnya terjadi, hanya Aksa dan Tuhan yang tau.

Di sisi lain, Lova menendang selimutnya dan langsung bangkit menuju kamar mandi dengan rasa malas yang membara.

Kalau saja Gea dan Vincent tidak menyuruhnya less, mungkin sekarang Lova masih bergelung dalam selimut, mengingat hari ini adalah hari libur. Tak tanggung-tanggung kedua orang tuanya memberi jadwal setiap hari. Gila, ini sangat gila. Lalu kapan waktu istirahatnya? Hanya malam saja?

Lova menatap kosong ke arah dinding. Melamun sudah menjadi kebiasaan Lova. Karena mengosongkan pikiran sangatlah lega.

"Sebenarnya, aku anak mereka apa boneka?" gumamnya bertanya-tanya.

Pertanyaan itu yang selalu memenuhi pikirannya. Namun, Lova tak berani bertanya seperti itu ada orang tuanya. Meskipun mereka terlalu mengekang dirinya, Lova juga masih punya rasa sayang.

Yang bisa Lova lakukan hanyalah menurut meski kadang sedikit suka membantah.

****

Aksara menyiapkan makanan untuk Lova. Seperti biasa, sebelum belajar mereka wajib makan.

"Ini Bapak yang masak?" tanya Lova.

"Menurut kamu?"

"Gak tau lah! Makanya saya nanya!" kesal Lova.

Aksa tersenyum kecil menanggapinya. Dia kembali ke dapur untuk mengambil air.

"Kayaknya dia lebih jago dari pada gue," gumam Lova saat melihat masakan Aksa yang menggodanya.

"Padahal saya udah sarapan loh, Pak," ucap Lova.

Aksa duduk di kursinya sebelum menjawab, "Tapi belum kenyang, kan?"

"Hehehe... Iya, sih." Lova menyengir. Bagaimana Aksa bisa tau?

"Habisin semuanya kalau kamu suka," ujar Aksa. Dia mengambilkan nasi untuk Lova.

"Kenapa Bapak jadi manis begini? Gak ada maksud lain, kan?" Lova adalah orang yang suka curiga, wajar kalau dia tak percaya dengan perlakuan manis Aksa padanya saat ini.

"Rasa curiga yang terlalu berlebihan itu gak baik, Lova. Kamu harus menepis itu jauh-jauh," peringat Aksa.

"Wajar kalau saya curiga, orang sebelumnya Bapak gak pernah semanis ini. Segala dimasakin, kan bisa beli, segala diambilin nasi, kan saya bisa ambil sendiri," jelas Lova.

"Terus, apa yang harus saya lakukan supaya kamu gak curiga?" tanya Aksa pasrah. Apapun yang dia lakukan, sepertinya akan Lova curigai.

"Ya gak tau, itu kan badan Bapak! Kok tanya saya?"

Lihat, perempuan memang seribet itu.

***

1
Ditha Maherani
Emang top nih karyanya kak 😍
Hany Prasetyowanti
terhanyut di dalamnya
Evi Marena
bagus
aca
pantes jahat bukan anak nya toh
Yhunie Andrianie
bisa setres sih jdi lova klo dituntut harus sempurna knak bpk ny, udh mendekati depresi, sukur" lova mampu mengendalikn diri ny!!!
Susanti Susanti
Luar biasa
Muji Lestari
bagus kok ceritanya tp kok GK ada boncap nya ya harusnya kan punya anak biar lbih bahagia keduanya
Widya: iya, nantu aku usahakan ada extra chapter nya ya🥰
total 1 replies
strawberry milk
aku bacanya maraton. ceritanya bagus, penulisannya jg rapi❣️
strawberry milk
jadi kami baik itu karena ada perasaan . bukan syg sebagai adik tp sebagai perempuan
Anonymous
Yaampoonn aku ga tahan kalo cuma baca 1 bab per hariii
Jasmine
cerita nya bagus menarik
Anonymous
Habisss dah luuu, pastii bakal nangezz darah dah tuuu bisabisanya dia kasar sama loba😌
neyla Hasyim
good
Jasmine
hoalahhhh kasihan lova/Sob//Sob//Sob//Sob/
🧸fre_love❦
visualnya seorang cha eunwoo/Hey/
up up up! CRAZY UP!
Duwi Aminah
mungkinkah ada masa lalu yg dilupan lova tentang dirinya dan pak aksa
🧸fre_love❦
up ya up! pen liat plot lagi
🧸fre_love❦
bisa aja!
🧸fre_love❦
mirisnya dealovaa/Sob//Sob/

oiya janlup up ya kak
Jasmine
next Thor seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!