Kisah sederhana tentang dua anak manusia yng ingin saling menemukan kebahagiaan. Nia, gadis sebatang kara yang mentalnya hancur saat kecil karena orang-orang di sekitarnya. Bertemu dengan Bagus, laki-laki sederhana yang bekerja sebagai tukang bangunan. Niat tulus Bagus mampu membuat Nia luluh dan mau menjalin hubungan dengan Bagus hingga akhirnya menikah.
Bagaimana kisah keduanya? Yuk kita baca bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Muslikah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Bagus mengambil nasi yang masih mengepulkan asap dari dalam penanak nasi. Dua centong nasi ia pindahkan ke piring seng miliknya. Lalu ia masukkan orek tempe, oseng sayur tahu, sambal terasi dan bakwan jagung. Bagus membawa makanannya ke arah depan. Duduk sendiri memandang kos-kosan depan. Dia masih penasaran dengan perempuan yang bernama Nia tadi.
Bagus meniup nasi yang ada di sendoknya dan memasukkannya ke mulut tapi pandangan matanya lurus ke depan. Ke arah pintu kos itu. Hampir habis nasi Bagus tapi sosok wanita yang bernama Nia itu belum juga muncul.
Tapi penantian Bagus tak mengecewakan, akhirnya Nia keluar juga dari kos itu. Dengan mengendarai sepeda motor matic warna hitam. Tapi ada yang lain, wanita itu menggunakan penutup kepala alias hijab. Semakin cantik saja wanita itu. Bagus benar-benar terpana di buatnya.
Wanita itu berlalu dengan motornya dan Bagus masih terpaku di tempat yang sama, menatap bayangan wanita cantik itu.
"Oeyyyyy Bagus" Hingga suara teriakan Fatur membuyarkan lamunan Bagus.
Bagus pun segera berjalan ke arah teman-temannya. Cukup memikirkan Nia untuk saat ini, saatnya mencari sesuap nasi, itu yang Bagus pikirkan sekarang.
Pukul setengah delapan Bagus mulai bekerja, pasir, semen, dan cat adalah rekan setia Bagus dalam mencari sesuap nasi. Hari ini ia kebagian mengaci bagian dalam bagunan. Sementara yang lain meneruskan bagian luar.
Plakkk
Sebuah geplakan keras nan panas menyapa bahu Bagus. Bagus meringis dan sang pelaku tersenyum iblis.
"Lecet bayar" Ucapnya pada sang mandor, Agung.
"Tak pikir gak balik, lama amat di kampung, udah kaya lu? " Ucap Agung.
"Nyinom komandan, gak tahu musim kondangan ya anda? "
"Nyinom terus lu, kapan lu yang ganti disinomi? "
"Kapan-kapanlah, kayak mau nyumbang campur sari aja kalau gua nikah"
"Lah campur sari gak jaman, dangdut gua bayarin kalau lu beneran nikah gus" ucap Agung enteng.
"Gua pegang omongan lu ye, awas kalau lu mangkir" ucap Bagus.
"Tagih aja, tapi kalau lu bisa nikah tahun ini"
"Wokeyyyyy, bener lu ya, awas bohong, gua acak-acak proyek lu" Ancam Bagus membuat Agung mengangkat jempolnya.
.
.
Tak terasa waktu kerja Bagus telah selesai, tepat jam empat sore semua pekerja telah merapikan semua peralatan. Yang tinggal di bedeng sedang tiduran untuk melepas lelah, sementara yang rumahnya dekat sudah pada pulang. Bagus kembali ke depan, duduk sambil selonjoran menatap kos depan. Berharap bisa melihat Nia, si wanita cantik yang mencuri perhatiannya tadi.
Sambil mendengarkan musik Bagus menatap lurus kedepan. Semoga hari ini nasibnya baik, bisa ketemu wanita cantik itu lagi. Dan setelah hampir setengah jam menunggu sebuah motor matic warna hitam masuk ke halaman kos itu. Mata Bagus menatap dengan awas. Yah wanita itu lagi, Nia, sudah pulang dari tempat kerjanya.
Kamar kos Nia ternyata berada di bagian depan paling ujung, jadi Bagus bisa melihat dengan jelas saat perempuan itu melepas helm dan sepatunya lalu meletakkannya di rak yang ada di depan kamar kostnya.
"Cantik" ucap Bagus sambil tersenyum.
Bagus masih di tempat itu, menunggu siapa tahu wanita cantik itu kembali ke luar. Tapi hampir satu jam hasilnya nihil. Bagus pun kembali ke bedeng, mengambil peralatan mandi dan mandi.
Adzan magrib terdengar, waktunya untuk menghadap sang pemilik hidup. Bagus dengan rekan-rekannya yang lain jama'ah magrib di salah satu ruangan yang sudah hampir jadi bagian dalamnya, sengaja di buat selesai duluan untuk sholat dan tempat istirahat para kuli dan tukang.
"Gus mau lauk apa? " Tanya Gun saat keduanya selesai sholat maghrib.
"Mau sate aja" Jawabnya yang sedang tiduran di bedeng.
"Eh gun..." Ucapnya tiba-tiba saat tahu Guntoro akan berjalan ke arah luar.
"Aku saja yang beli, sekalian beli token buat rumah, ibu minta token " Ucap Bagus.
Aslinya bukan begitu. Bagus baru ingat kalau dia ada misi untuk mendekati Nia, sekecil apapun peluang harus dia manfaatkan. Meski badannya lelah tapi siapa tahu bisa berjumpa lagi dengan Nia.
Bagus berjalan ke luar area proyek sambil melirik kos depan. Tujuannya adalah penjual sate ayam yang ada di ujung jalan. Bagus berjalan pelan siapa tahu, Nia keluar lagi. Tapi nihil. Sampai di penjual sate tak ada bayangan Nia.
"Sate dua porsi mas, sumer dan lontongnya dobel" Ucap Bagus lalu duduk di kursi plastik dekat gerobak sate.
"Njih mas Bagus" Jawab penjual sate itu ramah.
"Eh mas Danang to, tak pikir adik e lho" Ucap Bagus ramah. Sudah akrab Bagus sama penjual sate ini, mulai dari bapak sampai adiknya Bagus kenal. Bahkan sama istri Danang dan anak-anaknya pun Bagus kenal.
"Kok baru kelihatan, bukannya proyek mas Agung sudah hampir sebulan ya? "
"Nyelesain yang di Malang dulu mas, baru ke sini"
"Tak pikir sudah gak kerja sama mas Agung lagi, kok gak kelihatan"
"Makan apa mas kalau gak ikut Agung, lagian...... "
"Sate satu mas pedas sama lontong satu" Lagi suara itu menjeda ucapan Bagus.
Yah itu suara Nia, si wanita cantik dengan aroma vanila yang manis. Aroma yang membuat Bagus kecanduan.
Bagus melirik wanita itu dengan perasaan yang tak karuan. Jujur jantungnya berdegup kencang saat ini. Apalagi posisinya saat ini sungguh dekat dengan Nia. Jantung Bagus bisa meledak ini.
"Njih mbak Nia, tunggu njih" Jawab Danang ramah.
Nia, wanita yang telah mengusik ketenangan hati Bagus itu, tak menyadari kalau ada seseorang yang saat ini sedang menahan napas karena duduk berdampingan dengannya. Aroma vanila itu kembali memenuhi rongga hidung Bagus.
"Mas Bagus monggo" Mas Danang menyerahkan pesan sate Bagus.
Bagus pun menerima kresek putih itu lalu.
"Mbak maaf " ucapnya pada wanita cantik itu. Nia mengangguk dan sedikit bergeser agar Bagus bisa lewat.
Bagus berjalan pelan agar bisa kembali berjumpa dengan wanita itu, dan benar saja tak lama perempuan cantik itu melewati Bagus meninggalkan Bagus dan menyisakan aroma vanila itu lagi.
Bagus menutup matanya menikmati aroma manis itu. Sungguh Bagus kecanduan aroma ini. Belum orangnya ya gus 😁😁😁😁😁😁.
Bagus bergegas menuju lokasi proyeknya dan kembali duduk manis di tempat biasa. Meninggalkan teman-temannya yang sedang asik gitaran dan menyanyi tak jelas. Bagus kembali menatap kos-kosan depan itu. Lebih tepatnya ke arah kamar Nia, si wanita cantik pemilik aroma vanila itu.
Semangat Bagus untuk mengenal wanita itu semakin berkobar saat tadi kembali bertemu dengan perempuan itu. Bagus yakin ini bukan ketidaksengajaan. Ini takdir. Takdir Bagus dengan wanita cantik itu. Yang yakin Bagus sendiri lah ya😁😁😁😁😁.
.
.
.
slm kenao