🏆Sekuel Pewaris Dewa Naga🏆
Tujuh tahun setelah perang besar, kedamaian di Benua Feng hanyalah ilusi. Dunia di luar perbatasan telah jatuh ke tangan iblis, dan seorang pria asing muncul membawa rahasia besar. Dunia jauh lebih luas dari yang mereka kira, dan apa yang tersembunyi di balik kabut sejarah mulai terungkap—termasuk rahasia tentang asal-usul Liang Fei sendiri.
Siapa sebenarnya orang tuanya? Apa kaitannya dengan Pemimpin Sekte Demonic? Dan bisakah Zhiyuan, murid yang terjatuh dalam kegelapan, masih bisa diselamatkan?
Dengan persekutuan lama yang diuji, musuh baru yang lebih kuat, dan petunjuk yang mengarah ke dunia yang terkubur dalam sejarah, Liang Fei harus meninggalkan takhta dan melangkah ke medan pertempuran yang lebih besar dari sebelumnya.
Dunia telah berubah.
Dan perang yang sesungguhnya baru saja dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13 Iblis Yang Berlagak Seperti Raja: Lautan Neraka Xuanhai
Xiao Lu meneguk ludah. "Y-Yang Mulia... Jika leluconku tidak membuatmu tertawa, bisakah aku tetap hidup?"
Guingming menatapnya dengan ekspresi penuh ketertarikan. Jemari panjangnya mengetuk pegangan kursi yang dihiasi tengkorak. "Tergantung seberapa buruk leluconmu."
Xiao Lu menarik napas, mencoba menenangkan detak jantungnya. Dengan suara yang sedikit gemetar, ia mulai berbicara.
"Baiklah, Yang Mulia... Apa perbedaan antara seorang raja dan seorang maling?"
Guingming menatapnya tanpa ekspresi. "Apa itu?"
Xiao Lu tersenyum kaku. "Jika seorang maling mengambil uang rakyat, dia akan dipenjara. Tapi jika seorang raja melakukannya… itu namanya pajak, Yang Mulia."
Hening.
Para iblis menteri saling melirik. Beberapa tangan bercakar mulai meraba gagang senjata mereka.
Lalu…
Guingming tertawa.
Bukan sekadar tawa kecil, melainkan tawa keras yang bergema di seluruh aula. Suara itu bercampur dengan retakan di dinding, seolah kastil ini sendiri ikut menikmati momen tersebut.
"HAHAHAHA! Luar biasa!" Guingming menepuk lengan kursinya. "Aku suka orang ini!"
Xiao Lu ikut tertawa, meski terdengar lebih seperti tawa putus asa. "T-terima kasih, Yang Mulia! Tentu saja, aku hanya bercanda… Pajak itu penting, hahahaha…!"
Guingming menyeringai, matanya menyipit. "Bagus sekali. Karena itu, mulai besok, pajak akan dinaikkan." Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan nada ringan, "Dan namamu akan tercatat sebagai penyebabnya."
Xiao Lu langsung pucat.
Para iblis di sekelilingnya menoleh dengan tatapan penuh arti—seakan menunggu kapan perintah eksekusi akan dijatuhkan.
Hari itu, Xiao Lu tidak tahu apakah ia harus bangga telah membuat Raja Iblis tertawa… atau segera mencari jalan keluar sebelum namanya benar-benar tercatat dalam sejarah kegelapan.
...
Lautan Neraka Xuanhai
Angin laut menerpa wajah Liang Fei saat ia berdiri di geladak Lancang Roh Naga. Kapal megah itu melaju tanpa awak, digerakkan oleh artefak-artefak kuno yang tertanam di dalamnya.
Layar bergerak mengikuti arah angin tanpa bantuan tangan manusia, sementara di sisi kapal, sebuah lonceng berukir naga menggantung tenang. Benda itu hanya akan berbunyi jika ada beast dalam radius satu kilometer.
Di sebelahnya, Feng Xian menatap kompas di tangannya. Jarum pada alat itu bergetar tak menentu, seolah-olah sedang mencari sesuatu yang belum jelas bentuknya.
Liang Fei menyilangkan tangan, bersandar pada tiang layar. “Aku dengar setidaknya ada dua iblis kuno yang menguasai setiap benua,” katanya santai. “Bisa kau ceritakan tentang mereka?”
Feng Xian terdiam sejenak, lalu akhirnya berbicara setelah berpikir beberapa saat.
“Yang pertama adalah Guingming,” ujarnya, nada suaranya menyiratkan kejengkelan. “Dia… bagaimana mengatakannya… terlalu menikmati perannya sebagai penguasa. Bukan sekadar iblis yang kuat, dia berlagak seperti raja manusia—memakai mahkota, duduk di singgasana, bahkan punya ‘menteri’ yang mengelilinginya.”
Liang Fei menaikkan alis. “Jadi dia menjalankan sebuah kerajaan?”
Feng Xian mendengus. “Jika kau bisa menyebutnya begitu. Guingming memaksa semua makhluk hidup di Benua Lingxu untuk tunduk padanya. Manusia yang tersisa dijadikan budak, iblis yang lebih lemah harus bersumpah setia, dan setiap hari ia mengadakan perjamuan besar hanya untuk memamerkan dirinya.”
Liang Fei mengangguk kecil, ekspresinya datar. “Jadi dia menikmati kekuasaannya.” Ia berpikir sejenak. “Lalu, iblis kuno yang kedua?”
Feng Xian menggeleng. “Itulah masalahnya… Sejauh ini, belum ada yang benar-benar melihat sosok iblis kedua. Jika memang ada, dia mungkin masih bersembunyi atau bergerak di balik bayang-bayang.”
Liang Fei menatap laut yang membentang luas di hadapan mereka. Ombak bergulung tenang, menyembunyikan sesuatu di kedalamannya.
“Kalau memang hanya Guingming, ini akan lebih mudah,” gumamnya.
Feng Xian tertawa kecil, hambar. “Jangan remehkan dia. Dia memang tampak bodoh dan nyentrik, tapi kekuatannya bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng.”
Liang Fei tersenyum tipis. “Kalau dia benar-benar bodoh, itu hanya soal waktu sebelum dia jatuh. Kita hanya perlu mendorongnya ke arah yang tepat.”
Angin bertiup lebih kencang. Semakin jauh mereka meninggalkan Benua Feng, hawa dingin merayap, menusuk hingga ke tulang.
Di kejauhan, badai mulai berkumpul di cakrawala. Liang Fei tetap berdiri tenang di tempatnya, tidak menunjukkan sedikit pun tanda kekhawatiran.
Sebaliknya, Feng Xian menggenggam kemudi lebih erat. Jemarinya menegang saat jarum di kompas bergetar semakin liar.
"Ada yang tidak beres..." gumamnya.
Liang Fei meliriknya. “Kau tampak tegang.”
Feng Xian mendengus. “Tentu saja! Itu bukan badai biasa!”
Awan hitam menggulung di depan mereka, berputar seperti pusaran raksasa yang siap menelan apa pun yang masuk ke dalamnya. Kilat menyambar permukaan laut, meninggalkan percikan energi yang tidak wajar. Ombak naik semakin tinggi, mengguncang Lancang Roh Naga seperti daun kecil di tengah angin topan.
Feng Xian menatap lurus ke depan. “Ini adalah Lautan Neraka Xuanhai.”
Liang Fei mengangkat alis. “Nama yang menarik.”
Feng Xian tidak membalas sarkasmenya. "Dulu aku dan beberapa temanku mencoba menyeberangi jalur ini. Kami pikir badai ini hanyalah fenomena cuaca biasa, sesuatu yang bisa kami lalui dengan sedikit usaha lebih…”
Nada suaranya menegang. "Tapi ternyata kami salah."
Petir menyambar lagi. Angin semakin liar, membuat layar kapal bergetar keras.
"Badai ini bukan sesuatu yang alami." Feng Xian menggigit bibir, ekspresinya menggelap. “Ini adalah kutukan.”
Liang Fei tetap diam, mendengarkan dengan saksama.
“Ketika kami masuk lebih dalam, ombak mulai menggila, dan kami diserang… oleh sesuatu yang bersembunyi di kedalaman laut.”
Tiba-tiba, suara denting tajam terdengar dari sisi kapal.
DIIING!
Feng Xian membelalakkan mata.
Lonceng Roh Naga berdenting.