Harap bijak dalam membaca.
kesamaan nama keadaan atau apapun tidak berkaitan dalam kehidupan nyata hanya imajinasi penulis saja.
Seorang wanita muda kembali ke tanah kelahirannya setelah memilih pergi akibat insiden kecelakaan yang menimpanya dan merenggut nyawa sang Kakek.
Setelah tiba ia malah terlibat cinta yang rumit dengan sang Manager yang sudah seperti Pria Kutub baginya. Belum lagi sang Uncle dan mantan kekasih yang terus mengusik kehidupan asmaranya.
Lalu di mana hati Alice akan berlabuh? Dapatkah Alice menemukan pelaku pembunuh sang kakek..
Yuk ikutin kisahnya...
jangan Lupa Like Vote Komentar maupun Follow terimakasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanian June, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Dikamar Alice melihat pantulan dirinya di cermin, ia memakai riasan sekedarnya saja tanpa make up yang mencolok. Jika hari yang lalu dia memakai pakaian santai, kali ini ia memakai setelan kantor dengan rok selutut berwarna hitam dan kemeja broken white.
Tak lupa sepatu heels yang melengkapi penampilannya, ia ingin membuat kesan menarik untuk Steven.
Ia kembali berjalan menuju lemari kaca miliknya mencari tas dan aksesoris yang senada dengan penampilannya.
Sebenarnya dia ogah menjadi bagian dari perusahaan Omanya, Alice lebih suka kebebasan dengan kehidupannya di tempatnya tumbuh bersama kedua orangtuanya.
Setelah kejadian yang alami di sini dia seolah tak ingin memiliki sepeserpun harta dari keluarganya maka dari itu ia bermimpi bisa berdiri di atas kakinya sendiri.
Setelah Alice terlibat perbincangan dengan William kemarin akhirnya hari ini lah yang jadi hari pertama untuk Alice bekerja. Karena kemarin Alice hanya ingin melihat dahulu suasana kantor yang akan ia gunakan.
Setelah acara dandan selesai Alice bergegas turun menuju halaman. Tampak sebuah mobil beserta supir sudah siap menunggunya dengan membukakan pintu. Saat memastikan sang nona susah masuk dan nyaman, ia lantas mengitari mobil menuju kursi kemudi.
"Berangkat sekarang non?" Ujar Peter yang sudah bersiap akan berangkat di kursi sopir.
"Jangan panggil saya Non, panggil saja Alice kamu lebih tua dari saya" Balas Alice yang ikut duduk di kursi depan sambil memakai sabuk pengaman.
"Maaf Non Alice saya hanya menjalankan tugas, nanti dikira saya lancang. Saya masih sangat membutuhkan pekerjaan ini Non" Sahut Peter sambil melajukan mobil keluar dari halaman rumah besar Oma Rochelle
"Berangkat dulu Pak. Terimakasih ya." Sapa Alice pada seseorang yang membukakan gerbang untuknya.
"Ah iya semangat ya Non" Jawab Mang Asep dengan sumringah.
Tidak ada obrolan diantara keduanya, pandangan Peter fokus dengan jalanan didepannya.
Dia takut jika dikira tidak sopan jika mengobrol atau bertanya dengan Nona muda nya
Karena jalanan pagi ini tidak terlalu padat mobil berwarna hitam itu pun melaju dengan cepat sampai di are kantor Christopher Company.
Berhenti di sebuah area parkir adalah pilihan Alice yang diutarakan pada Peter.
Setelah mobil berhenti bergegas Peter turun lalu mengitari mobil membuka pintu mobil untuk Nona nya.
"Non, nanti tolong telepon saya jika sudah selesai ya biar saya jemput. Ini perintah Nyonya Rochelle"
Pinta Peter sembari menutup pintu mobil.
Alice pun menjawab dengan anggukan melempar senyum ramah memperlihatkan gigi kelincinya.
"Hati-hati dijalan ya Peter. Sebenarnya aku bisa aja bawa mobil sendiri loh" Imbuh Alice lalu berjalan meninggalkan Peter yang masih berjaga di depan mobil. Memastikan Alice masuk ke dalam gedung dengan aman.
Sudah baik cantik pula
Ulasnya dalam hati memandang Alice yang menghilang dalam gedung. Peter pun dibuat takjub, entah kenapa pesona Alice selalu membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Satu lesung pipi yang tergores di baby face milik Alice menambah daya tariknya. Selain mata belok dan hidung bengir nya.
Di ruangan kerja William, ada seorang yang datang setelah mendapatkan panggilan melalui telepon yang tersambung beberapa menit lalu.
"Permisi ada apa Pak William memanggil saya. Apa ada pekerjaan saya yang tidak beres?" Kata Steven dengan sopan.
"Ah tidak justru pekerjaan kamu selalu bagus dan rapi .Tapi Stev maaf saya membuat keputusan mendadak, hari ini saya memberikan bantuan karyawan untuk menggantikan posisi Bu Clara yang sedang cuti Hamil"
"Dia adalah keponakan saya namanya Alice maka dari itu saya ingin mempercayakan kamu untuk menjadi partner kerjanya. Saya ingat kamu akhir-akhir ini selalu lembur karena kewalahan dengan pekerjaan yang kamu handle sendiri. Dan tolong bimbing dia seperti halnya karyawan yang lain, jangan anggap dia itu cucu pemilik perusahaan ini" Jelas Steven To the poin, tipe William yang menghargai Waktu namun tidak melupakan detail setiap tujuan.
"Baik jika Bapak menginginkan demikian. Tolong berikan saya izin bekerja sama sesuai dengan kebiasaan saya dengan Bu Clara. Jika tidak ada lagi yang ingin di sampaikan saya izin permisi pak
Steven pun beranjak meninggalkan ruangan Direktur, lalu berjalan menuju ruangannya. Saat melewati ruangan karyawan ia mendengar orang-orang membicarakan tentang seorang wanita yang sedang menunggu di ruangan nya.
Betapa beruntungnya karena banyak yang mengantre untuk jadi sekertaris pengganti Bu Clara. Bahkan karyawan yang kompeten disini sekalipun tidak ada yang diterima.
Ia pun mengerti bahwa yang mereka bicarakan pastilah Alice.
CEKLEK
Suara pintu ruangan terbuka diikuti langkah kaki panjang yang membuat Alice akhirnya berdiri dari sofa. Ia pun berjalan menghampiri Steven yang langsung duduk di meja kebesaran nya.
"Pagi Pak Steven saya Alice Isabelle, mulai hari ini saya akan menjadi sekertaris Pak Steven menggantikan Bu Clara yang sedang cuti hamil. Mohon bantuannya"
Tutur Alice sopan lalu mengulurkan tangan dengan guratan senyum yang dibuat semanis mungkin.
"Ya. Kamu bisa pergi ke ruangan kamu"
Jawab Steven dengan muka datar tanpa menerima uluran tangan Alice.
Steven pun langsung mengambil tablet dan berkas untuk ia kerjakan.
Alice berjalan keluar ruangan dengan segala ocehan di dalam hatinya. Berhenti di depan pintu dengan memegangi dadanya yang penuh emosi, berulangkali umpatan dia lontarkan dalam hati.
...****************...
Di rumah besar Oma Rochelle sedang berada di kamarnya memandangi bingkai foto yang berbeda di nakas dekat tempat tidurnya.
Ia ambil foto tersebut, di usapnya dengan perlahan seperti ia membelai seseorang yang ia sayangi.
"Pah.. papah apa kabar di sana? Mama kangen pah, Alhamdulillah sekarang ada Alice di sini. William juga sering nginep pah gak terus-terusan tidur di apartemen. Mama jadi ada temen ngobrolnya, rumah juga jadi rame kalo William lagi jail sama Alice kayak dulu itu pah. Mama jadi ingat Florence pah, apa kabarnya ya? Mamah takut mau menghubungi nya sekedar bertanya. Mama menyesal pah, kenapa waktu itu mamah biarin aja Florence membawa keluarganya angkat kaki dari rumah ini. Mamah janji pah akan menebus semua kesalahan mama lewat Alice. Papah yang tenang ya di sana."
Ucap Oma Rochelle seraya memeluk bingkai foto berisikan dirinya dan mendiang suaminya tersebut.
Diapun terisak mengingat masa-masa dengan suaminya, di mana dia seseorang yang di ratu kan oleh suaminya. Ia amat disayang oleh Anthony melebihi segalanya.
Dari pernikahan Oma Rochelle dan Opa Anthony ia memiliki 3 anak , 2 perempuan dan satu anak laki-laki namun sudah meninggal.
Florence adalah anak pertama, dia adalah anak kesayangan Papa Anthony karena sifatnya yang penurut dan lembut.
Tidak seperti Berlian yang selalu iri dan merebut apa yang dimiliki oleh kakaknya.
Namun kasih Sayang mereka yang tulus tidak membuat mereka membedakan kasih Sayang terhadap anak-anak nya.
Sebenarnya William bukanlah anak kandung dari Anthony dan Rochelle. Namun baginya sudah dianggap seperti anak kandung yang lahir dari rahim Rochelle.