NovelToon NovelToon
Tergila-gila Padamu

Tergila-gila Padamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: dochi_19

Benarkah mereka saling tergila-tergila satu sama lain?

Safira Halim, gadis kaya raya yang selalu mendambakan kehidupan orang biasa. Ia sangat menggilai kekasihnya- Gavin. Pujaan hati semua orang. Dan ia selalu percaya pria itu juga sama sepertinya.

...

Cerita ini murni imajinasiku aja. Kalau ada kesamaan nama, tempat, atau cerita, aku minta maaf. Kalau isinya sangat tidak masuk akal, harap maklum. Nikmati aja ya temen-temen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dochi_19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peringkat

Silaunya mentari pagi yang menelusup dari jendela membangunkan Safira dari tidurnya. Safira hendak menghalau sinar itu, dan saat itu pula ia menyadari di tangannya terpasang selang infus. Dia mengedarkan pandangannya, lalu menyadari sepertinya semalam ia kambuh lagi. Dan sosok yang tidur di sofa panjang itu menarik perhatiannya. Rupanya Gavin menemaninya semalaman.

"Kamu sudah sadar?" Ibunya masuk dengan tiba-tiba. Penampilannya sudah rapi dengan setelan Marlène jacket dan mid skirt dari Dior.

"Ya."

"Lain kali jangan makan yang aneh-aneh. Perhatikan kondisimu. Makan sehat aja masih sering kambuh, apalagi jajanan di luar." Ibunya menceramahi dalam posisi berdiri, seperti enggan mendekati anaknya.

"Iya, bu. Maaf."

Ibunya melirik ke arah sofa. "Dia masih belum pulang? Hari ini 'kan dia sekolah. Safira, kamu itu sudah Ibu izinkan masuk SMA, jadi berusahalah tidak membuat masalah. Apalagi untuk Gavin, sebentar lagi dia ujian, jadi nilai dan kehadirannya harus sempurna."

Safira tidak menjawab.

"Oh ya, kamu berhasil jadi peringkat pertama kemarin." Sang Ibu pun keluar dari kamar.

Safira bingung. Haruskah ia senang? Tapi Ibunya saja tidak terlihat demikian. Masuk sekolah memang jadi impiannya sejak kecil. Dan bagaimanapun jalan ke depannya dia harus semangat.

"Selamat ya, cantik. Aku tahu kamu pasti berhasil." Gavin berucap masih dengan wajah kusutnya.

"Kamu udah bangun? Sejak kapan?"

"Sejak Ibumu mengatakan peringkat pertama." Gavin bangkit lalu berjalan menuju ranjang Safira.

Safira sedikit lega tahu Gavin tidak mendengar semuanya.

"Gimana kondisi kamu sekarang?" Gavin mengusap pipi Safira.

"Sangat baik." Safira tersenyum.

"Maaf untuk kemarin. Harusnya—"

"Gak. Itu 'kan permintaan aku. Lagian juga kemarin akan jadi yang terakhir."

"Kenapa kamu gak cerita kalau kondisi kamu akhir-akhir ini memburuk?"

"Bukan masalah besar juga kok."

"Safira, aku gak suka kamu anggap sepele hal ini. Aku tahu kamu pasti sembuh sebentar lagi, tapi bukan berarti kamu bisa berbuat hal egois seperti kemarin." Gavin menasehati dengan nada lembut.

"Iya, maaf."

"Ya sudah, aku pulang dulu ya mau siap-siap sekolah."

"Iya sana gih, kamu bau tahu."

"Masa sih? Perasaan enggak deh." Gavin mencium ketiaknya satu persatu. "Mau coba nyium gak?"

"Idih, ya gak mau lah."

Gavin pun pergi sambil tertawa meninggalkan Safira juga dengan tawanya. Dan sebenarnya dia berbohong. Dia mendengar semuanya.

.

.

"Katanya kemarin semua ruang kelas sampai penuh, ya."

"Iya, gue juga denger jumlahnya lebih banyak dari tahun kita masuk."

"Gak heran sih, ini kan sekolah elit."

Tiga orang siswi sedang asyik bergosip di depan cermin toilet. Mereka sibuk bersolek hingga sosok Maura keluar dari salah satu bilik di sana.

"Eh, ada si gratisan." Salah satu dari mereka berseru.

"Maksud kalian siapa?" Maura tersinggung karena selain mereka bertiga hanya ada dirinya di sana.

"Maksud dia itu, kamu." Yang lainnya menjawab.

"Lanjut sekolah jalur gratis, makan menu kantin yang gratis. Kelas juga turun tingkatan 'kan? Itu apa namanya kalau bukan si tukang cari gratisan?" Gadis itu menutup mulutnya pura-pura kaget. "Jangan bilang lo masuk sini karna tidur sama orang dalem, wah."

"Sayang ya, sekolah elit begini kedatangan murid sampah."

Maura kesal. Dia mendekati siswi yang menghinanya tadi. "Jaga, ya, mulut kamu atau aku akan—"

"Akan apa, hah?!" Siswi itu menjambak rambut Maura. Dan Maura menjambak balik.

"Ahh... sakit. Sialan lo!" Siswi itu semakin berang. Dua lainnya menyeret Maura keluar dari toilet.

Maura didorong sekuat tenaga hingga tersungkur ke lantai. Salah satu dari mereka datang membawa kopi lalu menyiramkannya pada Maura. Seakan tak cukup, mereka juga menyiramnya dengan air putih dari dua botol sekaligus. Mereka pun tertawa puas.

"Sayang gak ada air comberan."

"Harus banget upload ini." Mereka pun mengeluarkan ponsel dan memotret Maura tanpa berhenti mencemooh.

"Berhenti!"

Seseorang datang menghentikan mereka.

"E-eh, Gavin," ucap mereka berbarengan.

Gavin menghampiri mereka. "Ada apa ini?"

"Gak ada apa-apa kok. Tadi dia kepeleset terus mau kita bantuin."

"Hati-hati nanti kalian bisa dilaporkan atas tindak kekerasan."

"Kita gak ngapa-ngapain kok." Mereka berkilah kemudian berlari pergi dari sana.

Gavin membantu Maura berdiri. "Kamu gak apa-apa?"

"Gak kok. Untung ada kamu, makasih, ya."

Gavin membuka jasnya lalu memberikannya pada Maura. "Ini."

Maura menerimanya lalu tersenyum. "Kedua kalinya kamu nolongin aku."

"Maksudnya?"

"Waktu itu kamu nolongin aku pura-pura jadi pacar."

"Oh. Maaf lupa."

Maura tersenyum kecut. "Aku Maura. Kali ini jangan lupa."

"Nama kamu Maura?"

"Iya, kenapa?" Jantung Maura tiba-tiba saja berdebar.

"Miss Jessy minta kita ikut english speech contest. Aku tadi nyari kamu."

"Kenapa Miss Jessy milih aku?"

"Untuk detailnya kamu bisa tanya Miss Jessy langsung. Kalau ada perlu apa-apa kamu ke kelas 2-A aja." Setelah mengucapkan itu Gavin pun pergi.

Maura bingung. Tapi dia juga senang.

.

.

Gavin datang membawa mangkuk berisi camilan untuk Safira yang sedang berbaring di sofa. Dan Safira pun bangun.

"Apa ini?" tanya Safira melirik mangkuk dengan ukuran cukup besar di tangan Gavin.

"Anggur, berries, dan granola. Makanan sehat untuk nona cantik."

"Yah, masa nonton film makan yang begituan. Harusnya itu popcorn sama soda."

"Aku juga suka, masa kamu gak suka." Gavin menyuapkan isi dalam mangkuk itu ke mulutnya. "Coba dulu."

Safira menerima suapan dari Gavin. Dalam hati ia tersenyum menyadari fakta kalau sendok itu bekas dari mulut Gavin.

"Kenapa senyum gitu? Enak 'kan?"

Safira mengangguk saja. Gavin berdiri untuk mematikan lampu dan memutar film yang akan mereka tonton. Gavin menarik selimut untuk menyelimuti kaki Safira setelah itu kembali duduk disamping Safira. Film pun dimulai.

"Kak, bagaimana di sekolah? Baik?"

"Baik."

"Aku dengar kamu akan ikut lomba."

"Ya. Kamu tahu dari mana?"

"Ibu."

Hening kembali. Mereka kembali fokus pada film.

"Apa kamu akan pulang malam ini?"

"Tentu saja, besok 'kan sekolah."

Safira menghela napas. "Aku kira mau tidur di sini."

"Ya, gak mungkin lah, kamu ini ada-ada aja."

"Tau gak alasan aku mau sekolah?"

"Biar gak bosen di rumah?"

Safira menggeleng. "Bukan."

"Terus apa?"

"Supaya status kita sama. Jadi kamu gak ada alasan pulang lebih awal seperti sekarang. Kita kan sama-sama anak sekolahan." Safira nyengir.

"Dasar kamu ini." Gavin mengacak rambut Safira.

.

.

"Baru pulang kamu?"

Gavin baru saja menutup pintu rumahnya langsung disambut pertanyaan Mamanya yang sedang membaca majalah di sofa.

"Iya," jawab Gavin sekenanya.

Gavin hendak pergi ke kamar tapi langsung ditahan Mamanya. "Duduk dulu, kan Mama belum selesai ngobrol."

Gavin pun menurut. Lalu duduk di sofa single.

"Dari mana aja tadi?" Mamanya menutup majalah lalu fokus pada Gavin.

"Rumah Safira."

"Wah, bagus itu. Kamu harus sering-sering deket sama dia, ya."

"Iya, Ma."

"Gimana hubungan kalian?"

"Seperti biasa."

"Gak ada kemajuan?" Mamanya memberikan senyum serta tatapan penuh arti dengan gaya jenaka.

"Kemajuan apa?"

"Masa sih kalian gak ngapa-ngapain? Kurang cantik apalagi coba calon mantu Mama itu."

"Aku tidak melakukan hal seperti itu, Ma. Aku ke kamar dulu, cape." Gavin pun beranjak pergi.

"Yah, itu anak ditanyain malah kabur. Emang anak zaman sekarang udah gak berselera sama begituan, ya? Atau jangan-jangan otaknya udah penuh sama isi buku? Kayaknya aku harus mulai beliin dia majalah-majalah dewasa deh, biar ada referensi." Mamanya mengoceh sendiri.

.

.

TBC

1
hayalan indah🍂
bagus
Dochi19_new: makasih kak, pantengin terus ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!