NovelToon NovelToon
JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Poligami / Mafia
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

kumpulan fic Jaewoo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SOULMATE JAEWOO Part 003

...***...

Pada akhirnya Jaehyun berkenalan dengan Jungwoo lebih jauh. Tidak mudah, sungguh. Pemuda itu benar-benar memiliki masalah kepribadian dan ringan tangan!

Jungwoo memang mudah merona, tapi kalau Jaehyun menggodanya sedikit, pukulan akan melayang di kepalanya tanpa ampun. Beruntung ia punya kepala keras seperti batu! Dan ibu selalu bilang itu bukan hal bagus; tapi lihat sekarang! Berguna sekali, atau ia akan berakhir di rumah sakit dengan kepala remuk saking seringnya Jungwoo memukulnya.

Jaehyun tidak mengerti kenapa dia bertahan dengan sifat Jungwoo yang demikian. Yang ia tahu, waktu tidak pernah salah. Seperti kata Taeyong. Dan bagaimana mungkin ia tidak jatuh cinta semakin dalam melihat Jungwoo salah tingkah dan bersikap canggung-tapi-manis di hadapannya?

Jaehyun hampir tidak percaya kalau pemuda ini seniornya. Reaksinya terhadap gestur romantis dari Jaehyun seperti anak SMA! Jaehyun tidak keberatan menerima pukulan di kepala demi melihat Jungwoo kehilangan komposurnya.

Hari ini seperti biasa Jaehyun mengikuti Jungwoo pulang ke rumah. Pemuda itu selalu melarangnya dan mengatakan kalau ia harus melakukan sesuatu, tapi Jaehyun tidak pernah menggubrisnya.

Jungwoo mengatakan tidak hanya di mulut saja, tidak pernah benar-benar mengusir Jaehyun pergi. Lagipula mereka selalu berakhir di sofa, Jaehyun tidur-tiduran di paha Jungwoo sambil bermain game di ponselnya, sementara pemuda itu entah sibuk membaca atau menyelesaikan rajutannya.

Merajut, benar sekali. Jaehyun tidak menyangka Jungwoo bisa lebih aneh dari perkiraannya.

Pertama kali mengetahuinya, Jaehyun mengatakan pada Jungwoo kalau ia mengingatkannya pada neneknya yang tinggal jauh di USA. Hal itu berujung pada pukulan di puncak kepalanya, menggunakan cawan teh. Porselen itu sampai retak saking kerasnya.

Sakit, tentu saja. Jaehyun mengaduh, merintih, mengusap-usap kepalanya, mengerang kalau kepalanya berdarah. Jungwoo langsung panik, sadar kalau ia sudah kelewat batas.

Saat pemuda itu mencoba memeriksa kepalanya, Jaehyun memeluknya erat, menjatuhkan mereka berdua ke atas sofa.

Menyadari dirinya telah ditipu, Jungwoo melancarkan pukulan dan cakaran pada punggung Jaehyun.

Pada akhirnya Jaehyun yang minta maaf karena telah bersikap kekanakan, sementara Jungwoo sibuk mengoleskan obat merah pada bekas cakaran di punggungnya dan mengomelinya.

Karakter yang ia mainkan pada game di ponselnya mati, Jaehyun menggeram kesal. Ia menahan diri untuk tidak membanting ponselnya ke sudut ruangan. Ia menghela nafas pendek, mengalihkan perhatiannya pada Jungwoo.

Pemuda itu terlihat serius dengan bacaannya. Jaehyun tersenyum, membenarkan posisi kepalanya pada paha Jungwoo. Pasangannya itu memang kurus, tapi pahanya adalah bantal yang nyaman, meski agak keras.

Kemudian Jungwoo meletakkan bukunya dan melihat ke bawah, ke arah Jaehyun.

"Sampai kapan kau akan berada di sini? Bukankah sebentar lagi kau ada ujian? Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau gagal di kelas Profesor Choi!" Seperti biasa Jungwoo memukul puncak kepalanya.

Tapi semakin lama pukulannya semakin pelan―mungkin Jaehyun saja yang terbiasa menerimanya―bahkan kalau Jaehyun berani bilang, dilakukan dengan kasih sayang?

"Mmhmm. Sebentar lagi, Sayang. Tidak ada siapa-siapa di rumah, kau tahu aku tidak suka pulang untuk mendapati rumah dalam keadaan kosong." Dan Jaehyun menerima pukulan kedua―kali ini lebih keras―pada kepalanya karena memanggil Jungwoo demikian.

Kedengarannya seperti keanak-kanakan, begitu alasan Jungwoo. Padahal Jaehyun sangat suka dengan panggilan sayang itu, terdengar manis di telinganya.

"Aku tidak percaya sebesar ini kau masih takut berada di rumah sendiri."

"H-hei! Aku tidak takut!" Jaehyun beringsut bangkit untuk duduk. Satu tangannya beristirahat pada sandaran sofa, tepat di belakang kepala Jungwoo. Tangannya yang lain berada di atas lutut Jungwoo.

"Tidak usah berpura-pura, Hyunie. Aku mengerti kalau kau penakut." Sudut mata Jaehyun mengejang mendengar nama itu.

"Aku akan menciummu karena kau menyebut nama itu lagi!"

Muka Jungwoo memerah saat itu juga.

"Apa maksud―"

"Aku pernah bilang kan, sayang, aku akan menciummu kalau kau memanggilku demikian. Atau kau melakukannya dengan sengaja, hm?" Jaehyun meremas lutut Jungwoo.

"B-Bodoh!"

Jungwoo pasti sengaja bersikap begitu manis untuk menggodanya.

Tanpa menunggu lagi, Jaehyun mencondongkan badannya ke depan dan mencium bibir Jungwoo. Tangan kirinya yang berada di sandaran sofa lebih dulu bergerak mengamankan bagian belakang kepala Jungwoo, tidak membiarkannya pergi.

Mencium Jungwoo adalah hal yang jarang sekali ia lakukan. Jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari sebelah tangannya saja.

Jungwoo seperti tahu gelagat Jaehyun saat akan menciumnya, sehingga dapat berkelit dan mencari alasan untuk menghindar. Padahal Jaehyun yakin sekali dirinya adalah seorang pencium yang handal.

Jaehyun bahkan dapat menyimpulkan gagang ceri dengan lidahnya! Taeyong saja mengakui hal itu. Bukan sesuatu yang ia banggakan, tapi ia pernah begitu mencintai Taeyong dan memperlakukannya seperti pasangannya, jujur saja. Masa-masa labil SMA.

"Mmhn―"

Jaehyun menarik diri sejenak untuk mengambil nafas, begitu pula dengan Jungwoo. Tak sampai tiga detik kemudian Jaehyun kembali melumat bibir Jungwoo.

Awalnya Jaehyun tidak menyukai teh, tapi begitu merasainya sendiri dari bibir Jungwoo, ia memutuskan kalau rasanya menakjubkan. Bukan berarti dia mau minum rebusan dedaunan itu dengan sukarela. Dia hanya mau menikmatinya dari Jungwoo. Itu saja. Titik.

Entah hanya perasaannya saja atau udara di sekitar mereka memang memanas.

Jaehyun menjulurkan lidahnya, menyapu garis bibir Jungwoo meminta akses masuk. Jungwoo menolaknya, kemudian tangan kiri Jaehyun merayap dan menyentuh daun telinga Jungwoo, memainkannya.

Tidak banyak titik-titik sensitif Jungwoo yang ia tahu. Belum, karena Jungwoo tak memberinya kesempatan menjejalah. Yang ia tahu baru telinga dan sekitar leher.

Jungwoo mengerang dan Jaehyun menyusupkan lidahnya masuk. Harus ia akui ini selangkah lebih maju dari yang sebelumnya.

Jaehyun mulai bosan mendengar Mino menertawakannya. Kondom yang pemuda itu berikan padanya masih tersimpan di dompetnya. Untuk jaga-jaga, begitu pikirnya.

"Idiot."

Sebuah pukulan mendarat di puncak kepalanya. Menggunakan koran.

Jaehyun menarik diri dan melompat menjauh dari Jungwoo hingga hampir terjatuh dari sofa saat melihat siapa yang tiba-tiba muncul.

Jaehyun sama sekali tidak mendengar suara pintu dibuka atau pun derap langkah mendekat. Pasti karena terlalu asyik berciuman dengan Jungwoo.

"Pergilah ke kamar. Jangan mengotori sofa ruang TV."

Kim Mingyu.

Saat marah Jungwoo memang menakutkan, tapi kakak laki-lakinya bahkan terlihat menyeramkan ketika diam.

Pria bertampang garang itu sulit untuk diabaikan. Siapa pun yang melihatnya pasti akan terus mengingatnya. Jaehyun tidak kenal dekat dengan pria ini, tapi ia yakin sekali kalau kakak-beradik Kim ini sama-sama memiliki masalah kepribadian dan ringan tangan. Tapi Jaehyun tidak akan cukup bodoh untuk mencari masalah dengan Mingyu. Tidak, terima kasih. Dia masih ingin hidup.

"A-ah, kenapa kau sudah pulang jam segini?" Jungwoo mengusap mulutnya dengan punggung tangan.

"Hmm, aku hanya datang untuk mengambil tas. Aku harus ke Busan malam ini, Nayeon mulai merengek-rengek, mengancam akan menggugurkan kandungannya kalau aku tidak datang. Dasar wanita itu."

Yang Jaehyun tahu, Mingyu sudah menikahi pasangannya, Nayeon, seorang wanita yang kini tinggal di Busan. Jungwoo pernah bilang kalau kakaknya sedang mengurus untuk pindah tugas ke Busan.

Jaehyun harap Mingyu segera pergi. Jaehyun merasa kalau pria itu tidak menyukainya, tapi tentu saja tidak ada yang bisa ia lakukan. Bagaimana pun juga Jaehyun adalah pasangan takdir Jungwoo.

"Sampaikan salamku pada istrimu."

Mingyu hanya menggumam, kemudian menghembuskan asap rokoknya di hadapan mereka berdua. Di hadapan Jaehyun lebih tepatnya. Jaehyun menahan diri untuk tidak batuk-batuk terlalu keras.

"Sampaikan terima kasihku pada Mrs. Jung. Pie apel yang kemarin enak sekali."

Sekali lagi Mingyu menghembuskan asap rokoknya pada wajah Jaehyun.

"Dan jaga adikku. Jangan bercinta dengannya terlalu berlebihan. Aku akan membunuhmu kalau adikku mengeluh sakit pinggang kepadaku."

Pintu depan tertutup dan Jaehyun menghela nafas lega. Ia hampir tidak sadar telah menahan nafas selama Mingyu berada di sekitar mereka.

Jaehyun melirik ke arah Jungwoo dan mendapati pemuda itu menggigit bibir bawahnya, terlihat berpikir. Tentu saja dia tidak mungkin sedang memikirkan tentang penyebab sakit pinggang yang disebutkan Mingyu, batin Jaehyun.

"Jaehyun?"

"Hm?"

"Apa kau― menyukai anak kecil?"

Pertanyaan macam apa itu? Jaehyun mengerjapkan sepasang matanya.

Oh..

Oh…

Cling, sebuah lampu pijar menyala di atas kepalanya.

Tanpa berkata apa-apa, Jaehyun memindahkan Jungwoo ke lengannya dan beranjak dari sofa.

Jungwoo memberontak tentu saja, memukul-pukul bahunya minta diturunkan.

Tapi Jaehyun ingat betul apa kata Kim Mingyu tadi, tidak boleh mengotori sofa. Dan Jaehyun ingat pernah menangkap Jungwoo tengah serius memperhatikan foto Nayeon dengan perut buncit, yang wanita itu kirim padanya melalui tautan Instagram.

Jungwoo menyukai anak kecil, tentu saja dia menginginkan anak untuknya sendiri.

Hah! Dan Jaehyun kira ia yang mesum dalam hubungan mereka. Tidak menyangka kalau Jungwoo, kekasihnya sudah berpikir sejauh itu.

Waktu tidak pernah salah. Ketika takdir memutuskan untuk memasangkan mereka berdua, salah satu di antara mereka akan mengambil peran ibu.

Jaehyun hanya perlu memastikan kalau itu bukan perannya. Karena dia sudah bisa membayangkan Jungwoo berdiri di dekat jendela di bawah siraman sinar keemasan matahari sore, mengelus perutnya yang membuncit.

Bayangan yang menyenangkan, Jaehyun tidak sabar untuk segera mewujudkannya.

"Jaehyun, turunkan aku! Bodoh, apa yang kau―ah!"

Jaehyun menjatuhkan Jungwoo di atas tempat tidur, kemudian menahannya agar tidak kabur.

Kali ini Jaehyun akan mengambil lompatan jauh. Salah Jungwoo sendiri, menggodanya seperti itu, memberinya ide untuk melakukan saran Kim Mingyu.

"Kau…" Sepasang mata itu terlihat panik, tapi Jaehyun tahu ada emosi lain di sana.

"Kau menyukai anak kecil, kan?"

"Err... I-Itu"

"Kalau begitu mari kita ciptakan makhluk-makhluk menggemaskan itu."

"Jae―!"

Jaehyun membungkamnya dengan ciuman.

***

Sinar matahari pagi yang hangat menembus masuk dari balik tirai, jatuh pada tempat tidur, tepat pada wajahnya. Jaehyun mengerutkan kening, mengerang pelan, kemudian perlahan membuka sepasang mata.

Mengerjap sekali, dua kali; lalu tangannya terangkat untuk menghapus bekas-bekas tidur di sekitar matanya.

Jam berapa ini? Dan di mana dia berada? Seingatnya kamarnya tidak serapi ini.

Jaehyun memutar badannya ke samping, hanya untuk mendapati tempat di sebelahnya kosong. Tapi ia masih dapat merasakan jejak-jejak hangat tubuh orang yang berbaring di sana tak kurang dari sepuluh menit yang lalu. Jaehyun beralih ke posisi duduk dan merenggangkan badannya.

Pagi yang cerah. Jaehyun merasa segar bugar. Hebat sekali. Sudah lama ia tak merasa sesegar ini. Benar-benar tidur yang berkualitas.

Jaehyun tersenyum mengingat kejadian semalam. Kalau tahu Jungwoo begitu responsif di atas tempat tidur, Jaehyun sudah melakukannya sejak lama. Ah, sayang sekali ia terlambat menyadarinya.

Dan ke mana perginya pemuda itu?

Jaehyun memungut boxernya dari tumpukan teratas bajunya yang telah dilipat rapi di ujung tempat tidur. Dia tidak punya waktu untuk melepas bajunya dengan elegan dan melipatnya, jadi tentu saja Jungwoo yang telah membereskannya.

Ah, Jaehyun akan segera menikahi pemuda itu begitu mendapat lampu hijau dari keluarga mereka.

Tanpa repot-repot menutupi tubuh bagian atasnya, Jaehyun melangkah keluar dari kamar untuk mencari Jungwoo. Dia tidak perlu khawatir akan bertemu orang lain.

Kedua orang tua Jungwoo tinggal di Itaewon bersama adik angkatnya, Jaemin. Jaehyun pernah bertemu sekali dengannya dan langsung akrab dengan anak itu.

Jaehyun tidak percaya saat Jungwoo mengatakan kalau Jaemin bukan adik kandungnya, karena mereka serupa! Dan ternyata Jaemin adalah sepupu Jungwoo yang orang tuanya meninggal saat ia masih sangat kecil.

"Jungwoo―" Kemudian Jaehyun diam, bersandar pada bingkai pintu kamar mandi dan tersenyum.

Jungwoo tengah berdiri di depan cermin sepanjang badan, mengelus perutnya yang datar. Tentu saja Jaehyun memahami pasangannya.

Jaehyun tahu apa yang diinginkan Jungwoo, meski pemuda itu tidak mengatakannya secara langsung.

Perlahan ia melangkah dan berdiri di belakang Jungwoo, memeluk pemuda itu sebelum ia dapat membalikkan badan.

"J-Jaehyun?"

"Hmm, kau tidak ada di sebelahku saat aku bangun, honey." Pemuda itu mengenakan kemeja Jaehyun yang kebesaran untuknya. Jaehyun yakin sekali Jungwoo melakukannya dengan sengaja!

Jaehyun mengeratkan pelukannya, menyembunyikan kepalanya pada lekukan leher Jungwoo.

"Lepas…" Tentu saja Jungwoo mengatakannya dengan muka merona merah. Jaehyun mengangkat kepalanya dan tertawa melihatnya.

"Selamat pagi juga, Jung Jungwoo." Jaehyun menempatkan ciuman pada puncak kepala Jungwoo.

"Kalau kau berpikir percobaan pertama pasti berhasil, kau salah, Jungwoo. Kurasa kita perlu mencoba berkali-kali hingga perutmu membuncit. Bagaimana?"

Jaehyun menyeringai, meraba perut Jungwoo.  Pemuda itu menepis tangannya dengan cepat, lalu melemparkan tatapan tajam dari pantulan di cermin.

"Bodoh."

"Mmhmm. I love you too."

Jaehyun memutar badan Jungwoo, mengangkat dagunya dan mempertemukan bibir mereka. Ketika Jaehyun hendak mengikutkan lidahnya dalam ciuman mereka pagi itu, Jungwoo mendorongnya menjauh.

"Kau belum sikat gigi!"

Jaehyun mengerucutkan bibirnya.

"Aww, ayolah, sayang!"

"Jae―mmphm!"

Jaehyun tertawa dalam hati. Kalau Jungwoo terus menerus bersikap manis, bagaimana mungkin ia berhenti menggodanya?

"Mmph―phuah! Jaehyun!"

Kemudian Jaehyun menerima pukulan pada puncak kepalanya untuk mengawali hari.

...END...

See you in the next story...

1
🌸 Airyein 🌸
Buset bang 😭
🌸 Airyein 🌸
Heleh nanti juga kau suka. Banyak pula cerita kau woo
🌸 Airyein 🌸
Bisa bisanya aku ketinggalan notif ini
Novita Handriyani
masak iya tiap kali selesai baca harus ninggalin jejak, Thor. saya hadir ✋️
Novita Handriyani
ngga suka cerita sedih
Novita Handriyani
kayaknya pernah baca nih cerita
kebikusi
astaga cerita ini mau dibaca berapa kali kok tetep bikin berkaca-kaca ya, untung banget punya otak pikunan jadi setiap baca selalu ngerasa kaya buat yang pertama kalinya.. NANGIS
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!