NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:51k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4. Rumah impian Mika

“Urgent, please?”

Mika memberanikan diri menatap wajah tampan di hadapannya itu. Pupil matanya bergerak-gerak gelisah, kedua tangannya meraih lengan King dan mengguncangnya perlahan. Sikapnya sudah seperti seorang pasangan yang sedang berusaha merayu kekasihnya agar mau menuruti keinginannya. “Mau kan, ya?” pintanya lagi.

King mengernyit heran, bertanya-tanya dalam hati menyadari sikap Mika yang tiba-tiba berubah dalam sekejap. Sorot matanya terarah pada tangan yang memeluk lengannya. Ketegangan di wajahnya yang sempat hadir tadi perlahan-lahan mengendur. Sebuah senyum samar membayang di wajahnya, timbul ide untuk menjaili wanita di hadapannya itu. Ia menoleh dan menatap tajam Mika tepat pada manik matanya.

“Yakin mau Aku antar ke sana? Bukannya barusan Kamu menolak tawaranku? Aku orang asing bagimu dan kita baru saja bertemu. Pikiran orang bisa saja berubah-ubah setiap waktu, ditambah cuaca hujan seperti ini. Apa Kamu tidak takut kalau Aku akan membawamu ke tempat lain?”

Mika menggeleng kuat, bibirnya menyunggingkan senyuman. “Aku tidak takut padamu. Aku percaya Kau orang baik. Kau sahabat kakakku Joe, Kau pasti akan menjagaku sama seperti Joe menjagaku dulu.”

Deg! Seperti ada benda tajam yang menghunus dadanya, sakit sekali. Ucapan Mika mengingatkan janjinya pada Joe, tentu saja ia akan melakukannya untuk menjaga adik sahabatnya itu. Ia memuji keberanian Mika, bahkan wanita itu kini sudah mengubah panggilannya. Tidak memanggil tuan lagi padanya. Tapi King masih belum puas, ingin melihat reaksinya bila ia melakukan hal sedikit lebih berani tanpa berniat mele cehkan wanita itu.

King menangkup tangan Mika dengan sebelah tangannya, ia mencondongkan tubuhnya hingga mengikis jarak di antara mereka dan wajahnya begitu dekat dengan wajah Mika. Ia bahkan bisa merasakan degup jantung wanita itu berdetak lebih cepat. “Aku harap Kau bisa lebih menjaga sikapmu. Jangan bersikap terlalu manis pada lelaki asing yang baru dikenal.”

Tanpa dapat dicegah semburat warna merah merambat di pipi Mika. Sontak ia langsung melepaskan pegangan tangannya dan bergeser menjauh dari King. Ia tahu tindakannya barusan bisa membuat lelaki itu salah paham padanya. “Aku akan mengingat baik-baik ucapanmu itu barusan. Jadi, apa Kau bersedia mengantar kami ke sana?”

Sekali lagi Mika bertanya dan menunggu jawaban King. Ia yang tadi bersikeras menolak pertolongannya, sekarang malah berbalik cepat meminta bantuannya. Tapi Mika tidak punya pilihan lain. Agen properti sedang menunggu kedatangannya, mereka sudah mendapatkan rumah yang diinginkannya. Terlambat datang maka mereka akan menawarkannya pada pihak lain, karena ada beberapa pembeli lain yang sudah siap menggantikan.

“Tentu saja. Aku siap mengantar kalian ke mana saja,” ujar King menyanggupi, lalu mengajak Mika dan Dita berjalan menuju mobilnya.

Wajah Mika berubah cerah seketika. “Terima kasih,” ucapnya kemudian lalu balik badan dan berlari, buru-buru menarik lengan Dita yang sedari tadi hanya berdiri bengong mengawasi dari kejauhan.

Hujan mulai reda, menyisakan gerimis kecil. Mika dan Dita tertawa bersama saat berjalan menuju pelataran parkir. Sambil sesekali memeriksa ponselnya dan menarik napas lega saat menerima pesan dari agen properti yang bersedia menunggu satu jam ke depan.

“Di mana mobilmu?” tanya Mika celingukan, menolehkan wajahnya ke kiri dan kanan. Di depan gerbang sekolah terparkir sebuah mobil bak terbuka yang sedang mengangkut beberapa barang material bangunan, tak ada mobil lain di sana.

“Itu!” Tunjuk King ke arah mobil bak terbuka di depan mereka. Ia berlari ke sana lalu membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalamnya, duduk di belakang kemudi. Dan dengan senyum lebar melambaikan tangan pada dua wanita yang masih berdiri bengong di tempatnya. “Ayo, naik!”

“Dit, gak salah lihat. Kita beneran mau naik mobil itu?” setengah tak percaya Mika bertanya pada Dita yang tampak takjub melihat penampakan mobil di depannya itu. Warna cat mobil itu kecokelatan, sudah hampir pudar dan banyak ditempeli striker promosi. Di kanan kiri terdapat tali pengikat barang yang melintang tak beraturan. Benar-benar di luar dugaan!

“Tidak salah lagi,” sahutnya sambil menatap tak berkedip. “Aku jadi bertanya-tanya sekarang, apa benar dia seorang anggota marinir sahabat kakakmu seperti yang dia ucapkan?”

“Mantan anggota marinir,” koreksi Mika. “Mungkin sekarang dia bekerja sebagai sopir toko material.”

Keduanya saling pandang, saling menatap tajam lalu tak lama kemudian tertawa lepas. “Ya, Tuhan. Mimpi apa Aku semalam sempat bersitegang dengannya tadi.”

“Yuk, ah. Kita kemon. Yang penting kita bisa sampai tujuan dan gak kehujanan!” ucap Dita, lalu menggandeng lengan Mika menuju mobil King.

“Gimana cara bukanya,” ucap Mika kebingungan saat hendak membuka pintu mobil yang seperti terkunci dari dalam. Ia menatap King yang masih duduk di dalam mobil sedang menerima panggilan telepon. “Bantuin!”

“Ditekan agak ke atas, baru tahan dikit.” Ujar King memberi arahan, bicara dengan ponsel yang masih melekat di telinga.

“Astaga!” keluh Dita, mau tak mau ia ikut membantu dan berhasil. Terdengar derit panjang suara besi tua, dan pintu itu pun terbuka setengahnya saja. "Gini amat, yak.”

Kedua wanita di dalam mobil itu duduk saling berimpitan, suhu panas yang terasa menyengat juga bau aneh lainnya memaksa mereka membuka lebar kaca jendela. Merelakan rambut yang tadi tertata rapi jadi berantakan. Cubit-cubitan terjadi di antara mereka, saling mendelik juga pinggul sakit dan bo kong penat karena duduk di atas jok yang tipis.

“Tahan ... tahan. Sebentar lagi sampai tujuan,” ucap Mika mencoba menenangkan Dita yang bling satan sejak tadi. Ia yang duduk persis di samping King harus terkaget-kaget dan segera menggeser kakinya saat tangan lelaki itu memegang tuas mobil di dekatnya.

“Maafkan Aku. Kalau Aku tahu akan mengantar kalian pergi, Aku pasti akan membawa mobilku yang lain.” King meminta maaf, meski dalam hati tersenyum geli melihat tingkah dua wanita di sebelahnya.

“Gapapa, biasa saja. Syukur-syukur diantar,” sahut Mika berusaha menampilkan senyuman.

Mobil melaju cepat membelah jalanan kota, jarak pandang mulai terang seiring hujan yang mulai berhenti. Mata King fokus menatap jalanan di depannya, mengabaikan suara bisik-bisik dua wanita muda di sebelahnya.

Bukan tanpa alasan King membawa mobil bak terbuka itu, ia meminjamnya dari sahabatnya yang memiliki toko material setelah membeli banyak bahan untuk perbaikan rumah yang baru dibelinya. Tanpa sepengetahuan Mika, ia membeli sebuah rumah besar di pinggiran kota yang sudah lama kosong. Rumah yang akan disulapnya jadi indah seperti yang pernah diceritakan Joe padanya. Rumah impian Mika yang suatu hari nanti akan ia persembahkan untuk wanita itu, salah satu janjinya pada sahabatnya. Semua yang terbaik untuk Mika.

“Stop, stop. Itu tempatnya!” teriak Mika, menunjuk bangunan kafe di depan sana. King pun langsung menepi dan berhenti tepat di sisi bangunan kafe yang tepat mengarah ke jalan raya. Kali ini ia turun dan membantu membuka pintu lalu mempersilakan Mika dan Dita turun.

“Tenang saja, Aku setia menunggu di sini.” Ucap King setelah melihat kedua wanita di depannya itu tampak ragu-ragu untuk menyuruhnya pulang.

“Terima kasih,” sahut Mika tulus, ia benar-benar percaya kalau King orang baik. Buktinya lelaki itu mau mengantarnya pergi dan rela menunggu ia selesai berurusan. “Aku tidak akan pernah melupakan jasamu ini.”

King tersenyum menanggapi, “Semoga lancar urusannya dan sukses sesuai harapan,” doanya yang langsung diaminkan Mika.

Satu jam berlalu, Mika keluar dari dalam kafe dengan wajah tertunduk lesu. Ia menyandarkan tubuhnya di pintu mobil dengan kedua tangan menyilang di dada. “Gak sesuai harapan,” ucapnya pelan. "Rumahnya sudah dibeli orang."

“Kenapa? Sebelumnya Kamu bilang mereka sudah mendapatkan rumah seperti yang Kamu inginkan?” tanya King heran.

“Ada dua pilihan, dan yang Aku mau ternyata sudah dibeli orang.” Jawab Mika seraya menghela napas berat.

“Sayang sekali,” sahut King bersimpati. “Kalau boleh tahu, memang rumah seperti apa yang Kamu inginkan. Mungkin Aku bisa membantu mencarikan.”

Mika mengeluarkan ponselnya, membuka galeri foto dan memperlihatkannya pada King. Seketika mata King melebar mengetahui rumah yang diminati Mika adalah rumah yang ia beli dan sedang dalam tahap renovasi.

☆☆☆

1
Dany atmdja
👍👍👍
Adi Nugroho
😁😁😁
Deni Rustam
lanjut thor
Anggi
lanjut kak
Yeni Nuril
🤗🤗🤗🤗
Dewi tanjung
😅😅😅
💕 yang yang 💝
😮😮😮
chaira rara
🤭🤭🤭
Hiro
👍👍👍
Brav Movie
next up
🎆 Mr.Goblin ✨
semangat
Allent
👍👍👍
Evans
😆😆😆😆
Moba Analog
lanjut up
Seo Ye Ji
sebut saja nama joe, seketika beres urusan dengan mika 🤣🤣🤣🤣🤣
Seo Ye Ji
akting maksimal king meyakinkan mika biar percaya tak ada komplain dari kekasihnya soal barang pilihannya, salut 👍
Kim Ye Jin
semangat say 😙
Kim Ye Jin
otw kerja and nginap di rumah baru, semangat 💪
❤ Kinan 💙
Hari pertama kerja di rumah king banyak perubahan terjadi di depan mata, semua perubahan merujuk pada selera dan kesukaan mika, pertanda apa ini? kebetulan atau memang direncanakan jauh jauh hari?
Rizky Ramadhan
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!