Jodoh Lewat Wasiat

Jasmine masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Vano. Ternyata menyembunyikan pernikahannya malah semakin memperkeruh suasana.

Vano menekuk lututnya membungkuk sembari menggenggam tangan Jasmine. Ia menatap Jasmine penuh cinta membuat Jasmine semakin merasa bersalah.

"Aku mencintaimu Jasmine, lupakanlah pria itu. Dia tidak baik buat kamu, dia sudah memiliki istri. Aku enggak mau kamu kecewa nantinya." Tutur Vano membuat Jasmine menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Ia tidak tahu selama ini Vano memendam perasaan terhadapnya. Ia pikir Vano hanya ingin bersahabat saja dengannya.

"Van, kita cuma sahabat? Kamu ingat itu kan? Maaf aku enggak tahu perasaan kamu" pungkas Jasmine merasa canggung.

Sementara itu saat ini, Junior telah selesai menyiapkan makan malam romantis untuk dirinya dan sang istri. Ia tersenyum lebar melihat semuanya telah siap dalam waktu cepat. Untungnya ia tadi pulang terlebih dahulu, sehingga ia dapat menyiapkan semua ini untuk Jasmine.

Kening Junior mengkerut ketika mendengar suara berisik dari depan rumahnya. Ia melihat Vano sedang berbicara dengan Jasmine. Pria itu kini bahkan bertekuk lutut di dosan Jasmine sembari menggenggam tangan istrinya.

Junior bergegas keluar dari rumah, menghampiri Vano dan istrinya.

Bugh!

"Ngapain lo pegang-pegang Jasmine?" tanya Junior dengan tatapan menyalang.

Jasmine memeluk suaminya agar ia tidak bertindak lebih jauh. Ia melihat suaminya sangat emosi saat ini, ia tidak mau mereka berkelahi hanya karena kesalahpahaman ini.

Vano tersenyum sinis melihat mereka berdua, Vano dapat melihat betapa ketakutannya Jasmine ketika melihat Junior yang sangat marah saat ini.

"Bahkan kalian tinggal bersama, aku enggak nyangka Jasmine" ejek Vano dengan senyum mengejek.

"Emang kenapa kalau gue tinggal sama istri gue, hah!" Junior sudah sangat emosi, ingin rasanya ia kembali mengajar Vano.

"Istri?"

Vano sangat terkejut ketika mengetahui kebenarannya, istri? Jasmine istri Junior? Berarti dia putri keluarga William. Vano menggelengkan kepalanya, ia merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Jangan membuat drama yang enggak mungkin Junior, lo itu nikah sama putri keluarga William" timpal Vano.

"Maaf Van, tapi yang dikatakan Junior benar, aku istrinya. Aku putri Gerry William adik bungsu mendiang Paris" jawab Jasmine sambil memegang lengan suaminya.

Vano mengacak rambutnya frustasi, selama ini ia mencintai wanita yang sudah bersuami. Salah, wanita yang ia cintai sudah dinikahi oleh Junior.

Vano melenggangkan kakinya memasuki mobilnya, ia melajukan kendaraannya meninggalkan area rumah Junior dan Jasmine.

Junior membawa Jasmine masuk ke dalam rumah, suasana hatinya memburuk karena Vano berani mengatakan cinta kepada istrinya.

"Dia pasti marah?" ucap Jasmine lirih.

"Kenapa? Kamu nyesel kalau Vano tahu semuanya? Atau kamu mau menerima cinta dia?" tanya Junior semakin emosi.

Pria itu bahkan pergi meninggalkan Jasmine, ia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju lantai atas. Jasmine memijat pelipisnya yang semakin pusing, ia lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum.

Sesampainya di dapur, ia semakin merasa bersalah kepada Junior. Ia terlalu memikirkan perasaan orang lain, tanpa memikirkan perasaan suaminya. Suaminya sudah mempersiapkan lagi kejutan indah untuknya.

Jasmine merasa kebingungan, kini ia harus apa. Di sisi lain suaminya saat ini sedang marah karena perkataannya tadi. Belum lagi Vano sahabatnya yang kecewa karena ia menutupi pernikahan mereka. Andai Jasmine sejak awal tidak merahasiakan semua ini tidak terjadi.

Jasmine berjalan menaiki anak tangga menuju kamar mereka, ia tidak melihat Junior di dalam sana. Jasmine melenggangkan kakinya menuju balkon kamar mereka, ia melihat Junior sedang berdiam diri sambil menatap ke depan. Entah apa yang dipikirkan oleh suaminya, Jasmine melingkarkan tangannya memeluk suaminya dari belakang.

"Aku kecewa, kamu lebih memikirkan perasaan Vano daripada suami kamu" cetus Junior dengan nada ketus.

"Maafkan aku, maaf karena aku tidak memahamimu."

Junior membalikkan tubuhnya menghadap kearah sang istri, Jasmine mengulum senyum mengingat kejutan romantis yang Junior siapkan di lantai bawah.

"Terimakasih kejutannya aku suka," bisik Jasmine.

"Ah.. gara-gara Vano kejutannya ambyar," keluh Junior mendengus.

"Enggak apa-apa, daripada mubadzir mending kita makan yuk! Aku pengen mencicipi masakan lezat buatan kamu" ajak Jasmine lalu menarik Junior untuk keluar dari kamar mereka.

Keduanya menuruni anak tangga dengan kedua tangan saling bertautan. Keduanya seolah melupakan masalah yang baru saja terjadi diantara mereka. Biarkanlah masalah Vano urusan belakangan, yang penting saat ini hanya ada Jasmine dan Junior. Jasmine tidak mau merusak momen manis ini bersama suaminya.

Jasmine dan Junior duduk di kursi yang sudah disediakan. Jasmine mulai mencicipi setiap menu makanan yang tersaji di depannya. Ia sangat antusias memakan masakan buatan suaminya.

"Masakan kamu kok enak banget?" tanya Jasmine selidik.

Jasmine merasa masakan buatan Junior hampir sama dengan masakan chef terkenal. Lidahnya merasa tergelitik oleh rasa dan aroma masakan yang menggugah selera. Selain bentuk dan plating yang cantik, rasanya pun sungguh luar biasa. Suaminya ini benar-benar sempurna, ia pandai dalam segala hal.

"Mungkin menurun dari Opa Dave yang dulunya jago memasak," jawab Junior seraya memotongkan daging steak untuk istrinya.

Ia lalu memberikan steak yang sudah dipotong tadi kepada Jasmine, lalu Junior mengambil piring berisi steak yang berada di depan Jasmine.

Jasmine sangat menikmati potongan daging yang smoky dengan saus mushroom dengan mashed potato yang lembut. Semua makanan Junior benar-benar memanjakan lidah Jasmine, meskipun sudah tidak terlalu hangat tapi semua makanan itu masih terasa enak.

"Kapan-kapan ajarin aku ya?" pinta Jasmine.

Ia pun ingin memasak masakan yang lezat untuk suaminya. Jasmine ingin seperti Juliet dan Joy yang selalu memasak untuk suaminya. Ia jadi membayangkan apabila ia seperti Juliet dan Joy yang berada di rumah mengurus suami dan anak.

Anak? Jasmine terkikik membayangkan apabila mereka memiliki anak nanti. Mungkin akan lucu jadinya apabila mereka memiliki anak.

"Kamu lagi mikirin apa hem?" tanya Junior selidik.

"Enggak apa-apa" jawab Jasmine merasa gugup.

Junior memicingkan matanya, ia menatap wajah Jasmine seolah mencari kebenaran di dalam matanya.

Ditatap seperti itu oleh Junior membuat jantung Jasmine berdetak lebih cepat, wajahnya kini bahkan sudah memerah seperti kepiting rebus.

Oh astaga, Junior benar-benar sukses mengobrak-abrik perasaannya. Junior terkekeh melihat wajah Jasmine yang saat ini tersipu malu kepadanya. Jasmine memang sedikit tomboy tapi ia tidak seagresif Paris.

Setelah selesai menikmati makan malam mereka, Junior menggendong Jasmine ala bridal style. Jasmine memekik karena terkejut oleh perbuatan suaminya. Pria itu menaiki anak tangga, membawanya masuk ke dalam kamar mereka.

"Mau ngapain?" taha Jasmine ketika melihat Junior begitu bersemangat.

"Mau makan kamu."

"Aku kan masih datang bulan," timpal Jasmine.

"Astaga, gagal lagi!" Junior mendengus sebal.